TRIBUNWOW.COM - Penduduk Rusia berduyun-duyun turun ke jalan di beberapa kota untuk memprotes wajib militer.
Dilansir TribunWow.com, mereka menolak keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memobilisasi sebagian warga sipil dan pasukan cadangan ke medan perang Ukraina.
Dilaporkan bahwa sejumlah kericuhan terjadi di beberapa titik yang berujung bentrokan antara pendemo dan polisi.
Baca juga: Putin Kirim Warga Sipil Rusia ke Medan Perang hingga Ancam Pakai Nuklir, Begini Tanggapan Ukraina
Hingga saat ini, ribuan orang ditangkap dalam demonstrasi anti-mobilisasi di kota-kota seperti Moskow dan St Petersburg pada Rabu (21/9/2022).
Para pengunjuk rasa di Moskow tersebut meneriakkan "Tidak untuk perang!" dan “Hidup untuk anak-anak kita!".
Sementara itu, di St Petersburg, pengunjuk rasa meneriakkan penolakan terhadap diadakannya mobilisasi atau wajib militer.
"Semua orang takut. Saya untuk perdamaian dan saya tidak ingin harus menembak. Tetapi keluar sekarang sangat berbahaya, jika tidak, akan ada lebih banyak orang," kata seorang pengunjuk rasa, Vasily Fedorov, dikutip Al Jazeera, Rabu (21/9/2022).
"Saya datang untuk mengatakan bahwa saya menentang perang dan mobilisasi," seru mahasiswa bernama Oksana Sidorenko.
"Mengapa mereka memutuskan masa depan saya untuk saya? Saya khawatir atas keselamatan diri saya sendiri, dan saudara saya," tambahnya.
Terlepas dari hukum keras Rusia yang melarang kritik terhadap militer dan perang, protes tetap terjadi di seluruh negeri.
Lebih dari 1.300 orang Rusia ditangkap dalam demonstrasi anti-perang di 38 kota, menurut kelompok hak asasi manusia independen Rusia OVD-Info.
Baca juga: Zelensky Sebut Rusia Panik, Tentara Putin Nekat Serang PLTN Ukraina hingga Percepat Referendum
Kantor berita Rusia Interfax mengutip kementerian dalam negeri yang mengatakan telah membatalkan upaya untuk mengorganisir pertemuan yang tidak sah.
Semua demonstrasi dihentikan dan mereka yang melakukan 'pelanggaran' ditangkap dan dibawa pergi oleh polisi sambil menunggu penyelidikan dan penuntutan.
Sebelumnya, gerakan anti-perang Pemuda Demokratik Vesna menyerukan untuk dilangsungkannya demonstrasi.
"Kami menyerukan kepada militer Rusia di unit dan di garis depan untuk menolak berpartisipasi dalam ‘operasi khusus’ atau menyerah sesegera mungkin," kata Vesna di situsnya, merujuk pada perang Rusia-Ukraina.
"Anda tidak harus mati untuk Putin. Kamu dibutuhkan di Rusia oleh mereka yang mencintaimu."
"Bagi pihak berwenang, anda hanyalah umpan meriam, di mana anda akan disia-siakan tanpa makna atau tujuan apa pun. ”
Situs web tersebut juga menyertakan bilik aduan untuk tentara di dalam militer yang tidak ingin berpartisipasi dalam perang.
Demonstrasi ini terjadi setelah pidato televisi Putin pada Rabu pagi, yang menyatakan mobilisasi untuk membela wilayah Rusia dan bahwa Barat ingin menghancurkan negara itu.
"Mereka (Rusia) kalah perang, dan mereka ingin melakukan sesuatu agar tidak kalah,” Oleg Ignatov, seorang analis Crisis Group yang berbasis di Moskow, mengatakan kepada Al Jazeera.
"Saya pikir masalah utamanya adalah mereka kekurangan personel di lapangan, mereka tidak memiliki cukup tentara untuk menyerang Ukraina, atau bahkan melindungi daerah yang diduduki. Mereka ingin menutup kesenjangan dengan Ukraina dan itulah mengapa mereka menyatakan mobilisasi."
Karena terdesaknya pasukan baru-baru ini, militer Rusia harus mencari tambahan tentara dari tempat lain.
Adapun menurut data Google Trends, beberapa jam sebelum pengumuman Putin, pertanyaan 'bagaimana meninggalkan Rusia' melonjak di mesin pencari, seperti halnya pertanyaan 'bagaimana mematahkan lengan sendiri'.
Bahkan, pada hari Rabu, semua penerbangan ke Istanbul dan hampir semua penerbangan ke Yerevan terjual habis.
Baca juga: Tuduh Pasukan Rusia Terobsesi Kebiri Korbannya, Zelensky Ungkit Kejahatan Perang di Ukraina
Putin Umumkan Wajib Militer
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan mobilisasi parsial di Rusia saat perang di Ukraina mencapai hampir tujuh bulan.
Dilansir TribunWow.com, Putin mengatakan dia telah menandatangani dekrit tentang mobilisasi parsial, yang akan dimulai pada Rabu (21/9/2022) malam.
Keputusan ini diumumkan sebagai tanggapan setelah pihak Ukraina berhasil menguasai kembali sebagian wilayah yang diduduki Rusia dan mengusir tentara Putin.
Baca juga: Rusia Disebut Takut Kalah, Penasihat Zelensky Soroti Siasat Putin Manipulasi Wilayah Ukraina
Dalam pidato yang disiarkan televisi negara, Putin mengatakan dia membela wilayah Rusia dan bahwa Barat ingin menghancurkan negara itu.
"Langkah mobilisasi akan dimulai hari ini, 21 September," kata Putin dikutip The Moscow Times, Rabu (21/9/2022).
"Kita berbicara tentang mobilisasi parsial, yaitu hanya warga negara yang saat ini berada di tentara cadangan yang akan dikenakan wajib militer, dan di atas semua itu, mereka yang bertugas di angkatan bersenjata memiliki spesialisasi militer tertentu dan pengalaman yang relevan,” katanya.
Dalam pidato yang disiarkan televisi beberapa menit setelah Putin selesai berbicara, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan bahwa 300.000 tentara cadangan Rusia akan dipanggil untuk bertugas sebagai bagian dari mobilisasi parsial.
Putin membenarkan keputusan tersebut dengan menggambarkan pertempuran sengit untuk wilayah Donbas di Ukraina timur dan mengklaim bahwa Barat mendorong Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia.
"Di Washington, London, dan Brussel, mereka secara langsung mendorong Kyiv untuk mengalihkan aksi militer ke wilayah kita," kata Putin.
"Mereka berbicara tentang bagaimana semua cara yang tersedia harus digunakan untuk menghancurkan Rusia di medan perang dengan kerugian politik, ekonomi, budaya, dan semua jenis kedaulatan untuk menjarah total negara kita."
Shoigu kemudian menyambung dan berkata bahwa inilah saatnya Rusia bertarung secara langsung dengan pihak Barat.
Meskipun pada faktanya, mereka hanya berperang dengan tentara Ukraina yang menggunakan senjata dari Barat.
"Kami membunuh, membunuh dan membunuh, dan saatnya telah tiba: kami berperang dengan Barat kolektif," kata Shoigu.
Baca juga: Momen Tentara Rusia Nangis saat Telepon Ibunya, Warga Ukraina Bujuk dan Sajikan Teh, Videonya Viral
Sebuah keputusan tentang mobilisasi yang kemudian diterbitkan di situs web Kremlin menyatakan bahwa kontrak tentara yang dimobilisasi tidak akan berakhir sampai akhir mobilisasi parsial.
Namun dicantumkan bahwa usia, kesehatan, dan hukuman penjara yang terdaftar sebagai pengecualian untuk menghentikan tugas mereka di medan perang.
Menurut Putin, semua orang yang akan dimobilisasi untuk berperang di Ukraina akan menerima gaji dan bonus yang sama dengan mereka yang menandatangani kontrak militer untuk bertugas di Angkatan Bersenjata dan orang-orang yang dimobilisasi akan menjalani pelatihan ekstra sebelum dikirim ke garis depan.
Dalam perkiraan resmi pertama kerugian medan perang Rusia sejak akhir Maret, Shoigu mengumumkan bahwa 5.937 tentara Rusia telah tewas di Ukraina sejak awal pertempuran.
Namun, bukti dari medan perang dan informasi yang tersedia untuk umum di Rusia menunjukkan angka sebenarnya jauh lebih tinggi.
Di sisi lain, Shoigu mengklaim pada Rabu lebih dari 61.000 tentara Ukraina telah tewas dan 49.000 terluka sejak Februari.
Namun, intelijen Barat serta laporan media independen menunjukkan angka sebenarnya jauh lebih tinggi, yakni hingga 80.000 tentara Rusia tewas atau terluka sejak awal perang.(TribunWow.com/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina