TRIBUNWOW.COM - Minggu ini Ukraina mengklaim berhasil merebut kembali daerahnya yang tadi sempat dikuasai oleh pasukan militer Rusia.
Daerah tersebut adalah Kota Balakleya, Kharkiv.
Dikutip TribunWow dari rt, seusai merebut kota tersebut, Biro Investigasi Negara Ukraina berencana melakukan filtering atau penyaringan warga sipil yang tinggal di sana.
Baca juga: Rusia Tuding Barat Manfaatkan Ukraina untuk Berkonspirasi Melakukan Skema Korupsi Global
Pemerintah Ukraina khawatir ada warga yang kini dapat mengancam keamanan Ukraina.
"Tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk mencegah kegiatan subversif Rusia dan sekutunya," jelas Biro Investigasi Ukraina.
Lewat proses penyaringan ini, pemerintah Ukraina berharap dapat menguak siapa warga yang menjadi pengkhianat membantu Rusia.
Wali Kota Balakleya sendiri telah ditetapkan sebagai pengkhianat oleh pemerintah Ukraina pada April 2022 atas tuduhan bekerja sama dengan pasukan militer Rusia.
Sebelumnya diberitakan, pejabat pemerintahan lokal di Kota Staryi Saltiv bernama Eduard Konovalov ditangkap oleh pasukan elit dan agen intelijen Ukraina atas tuduhan pengkhianatan.
Konovalov dituduh secara sukarela memihak ke musuh ketika pasukan militer Rusia melakukan invasi.
Tuduhan pengkhianatan Konovalov disampaikan oleh Gubernur Kharkiv, Oleh Syniegubov.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Konovalov diketahui menjabat sebagai ketua dewan lokal.
Pada saat pasukan militer Rusia datang menyerang, Konovalov dituding menyediakan rumah untuk ditempati tentara Rusia, bahkan menghasut agar warga setempat tidak memusuhi pasukan yang dikirimkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut.
Para pengkhianat ini diketahui dapat dituntut hukuman penjara seumur hidup atas kasus pengkhianatan di saat darurat militer.
Kepala Jaksa di Kharkiv, Olexandr Filchakov menjelaskan, pengkhianatan yang dilakukan oleh beberapa warga Ukraina berujung pada penyiksaan dan pembunuhan tentara Ukraina.
Filchakov menjelaskan, timnya kini tengah mengusut 900 kasus kejahatan perang, termasuk 29 kasus pembunuhan dan satu kasus pemerkosaan.
Ia bercerita, selain mengurus kejahatan perang, timnya juga menindak para pengkhianat.
Berdasarkan penjelasan Filchakov, total ada 47 kasus pengkhianatan.
Filchakov mengiyakan bahwa Kharkiv memiliki kasus pengkhiantan tertinggi dibandingkan daerah-daerah lainnya.
Seorang nenek-nenek warga Ukraina bernama Nadiya Antonova juga tiba-tiba ditangkap oleh pasukan elit dan agen intelijen Ukraina.
Baca juga: Sebut Istilah Perang Total, Pemerintahan Putin Ungkap Cara Ukraina hingga AS dkk Perangi Rusia
Nadiya yang bekerja sebagai sekretaris dewan lokal di Desa Kutuzivka, Kharkiv dianggap telah berkhianat membantu para tentara Rusia yang menginvasi Ukraina.
Meski sempat syok karena tiba-tiba ditangkap, Nadiya kemudian marah-marah dan berteriak mengeluhkan kondisi hidupnya di tengah konflik.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Nadiya dituding telah membocorkan identitas polisi, tentara, dan pasukan elit yang tergabung dalam pasukan pertahanan lokal.
Nadiya juga dituduh membocorkan identitas pemburu dan penjaga taman kepada Rusia.
Pemburu dan penjaga taman ini diketahui memiliki pengetahuan yang baik tentang wilayah pedesaan di Ukraina.
Nadiya diciduk saat sedang berlindung di basemen.
Ia lalu dibawa keluar dan digiring oleh pasukan elit Ukraina.
Sembari digiring melewati sejumlah penduduk desa, Nadia mendadak marah dan berteriak.
"Pengkhianat! Kalian pikir kalian telah menemukan seorang pengkhianat?" ucap Nadia.
"Tidak tahu malu. Saya selalu di sini sepanjang waktu. Bagaimana kalian pikir kami hidup di sini?" kata dia.
Baca juga: Ngaku Terbawa Emosi, Dubes Ukraina Minta Maaf Sempat Ucap akan Bantai Orang Rusia saat Wawancara
Nadia juga dituding memaksa penduduk desa untuk memakai pita lengan berwarna putih sebagai bentuk dukungan terhadap pasukan militer Rusia.
Tuduhan pengkhianatan yang dilakukan oleh Nadia dikonfirmasi Gubernur Kharkiv Oleh Syniegubov.
"Berdasarkan investigasi, Nadiya Antonova berpihak dengan musuh di Desa Kutuzivka," ujar Oleh.
"Dia membangun hubungan dengan kepala pasukan militer Rusia, dengan kode 'Ksatria'" ungkapnya.
Zelensky Umumkan 2 Pengkhianat
Sebelumnya, pada saat menyampaikan pidato rutin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan terdapat dua pengkhianat di dalam tubuh pemerintahan Ukraina.
Selama Rusia dan Ukraina berkonflik sejak 24 Februari 2022 lalu, kedua belah pihak kerap saling tuding termasuk soal pasukan militer yang menyerah hingga membelot.
Namun baru kali ini Zelensky sendiri menyatakan menemukan dua pengkhianat di internal pemerintah Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, kedua pengkhianat yang dimaksud oleh Zelensky diketahui berpangkat jenderal.
Menurut keterangan Zelensky, ada dua anggota senior dari badan intelijen Ukraina yang berhasil ditangkap atas tuduhan berkhianat.
Dua orang ini merupakan bagian dari Ukrainian National Security Service atau Sluzhba bezpeky Ukrayiny (SBU).
Badan ini diketahui merupakan penerus dari KGB Ukraina yang sempat didirikan pada era Uni Soviet dulu.
Satu pengkhianat merupakan pimpinan keamanan internal di SBU.
Sedangkan satu pengkhianat lainnya adalah bos SBU di Kherson.
Sebagai informasi, Kherson adalah kota besar pertama yang jatuh ke tangan Rusia selama konflik berlangsung.
"Saya tidak memiliki waktu untuk menangani para pengkhianat, tetapi mereka semua pasti akan dihukum," ujar Zelensky.
Zelensky menyebut siapapun yang melanggar sumpah militer setia kepada masyarakat Ukraina akan dicabut pangkatnya.
Tidak dijelaskan oleh Zelensky tindakan apa yang dilakukan oleh dua anggota senior ini sehingga dicap sebagai pengkhianat. (TribunWow.com/Anung/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina