Konflik Rusia Vs Ukraina

Bagaimana Rasanya Tinggal di Wilayah yang Diduduki Rusia? Berikut Kesaksian Para Warga Ukraina

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria berjalan melalui halaman sebuah rumah yang rusak setelah penembakan di mana dua orang tewas di Lysychansk, Ukraina Timur. Terbaru, para warga Ukraina menuturkan rasanya tinggal di wilayah yang sudah dikuasai Rusia, Senin (4/7/2022).

TRIBUNWOW.COM - Sejumlah warga di berbagai daerah Ukraina yang pernah diduduki tentara Rusia membeberkan pengalaman mereka.

Dilansir TribunWow.com, di tengah konflik Rusia vs Ukraina yang memanas, simpang siur informasi makin membingungkan publik.

Namun dari mulut para warga Ukraina yang merasakan dampak perang, terdengar sejumlah kesaksian yang mengungkap kebenaran.

Seperti dilaporkan Al Jazeera, Senin (4/7/2022), di Kreminna, sebuah kota di wilayah Luhansk tenggara Ukraina yang diambil alih oleh Rusia pada akhir April.

Baca juga: Bayi Laki-laki 1 Tahun Tewas Dirudapaksa Tentara Rusia, 2 Orang Kakek Ikut Jadi Sasaran

Taras, warga sipil di daerah tersebut dikagetkan dengan dentuman keras, sekitar pukul 7:30 waktu setempat.

Ia membuka pintu apartemen dua kamar tidurnya untuk melihat tiga tentara bersenjata dalam seragam kamuflase.

"Apakah anda memiliki garasi di sudut?," tanya tentara yang tertua di antara mereka, berambut merah berusia akhir 20-an.

Tanpa menunggu jawabannya, prajurit itu langsung meminta Taras membuka pintunya dan masuk.

Dia berbicara tentang sejumlah garasi yang dibangun pada awal 1980-an, sebuah area yang telah menjadi klub informal, di mana pria dapat minum, bercanda, dan bermain backgammon atau catur.

Tetapi bagi penjajah Rusia, garasi adalah sumber bahaya, seorang prajurit yang lebih muda dan kurang tegas memberi tahu Taras yang berusia 53 tahun dalam perjalanan.

"Mereka melihat ke dalam, memeriksa ruang bawah tanah dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun," ujar Taras, yang meminta nama belakangnya dirahasiakan karena dia 'tidak ingin ditembak', kepada Al Jazeera.

Satu-satunya hal menarik yang mereka lihat dan ambil adalah toples tiga liter berisi mentimun yang telah diasinkan oleh istri Taras dengan cuka dan jus tomat.

Taras masih beruntung, mobil Lada Priora berwarna biru langit milik tetangganya disita, sementara sang pemilik dipukuli serta dibiarkan memar setelah dia ragu-ragu untuk menyerahkan kunci mobil selama sepersekian detik.

Vika (42) seorang warga Ukraina yang menjadi korban rudapaksa tentara Rusia memberikan kesaksian, Senin (16/5/2022). (Capture Video Sky News)

Baca juga: Tentara Rusia Dituding Rudapaksa para Wanita di Ukraina Berjam-jam lalu Bunuh Korbannya

Pada hari Senin (4/7/2022), setelah wilayah Luhansk dikuasai, outlet media di Rusia menayangkan wawancara dengan penduduk Lysychansk yang berterima kasih kepada Moskow karena 'membebaskan' mereka dan mengklaim pasukan Kyiv tidak manusiawi.

Tetapi orang-orang yang diajak bicara Al Jazeera memiliki pandangan yang agak berbeda.

Mereka mengatakan Moskow menunjuk pejabat baru dari kalangan pemberontak Ukraina atau separatis pro-Moskow.

Puluhan ribu orang dideportasi ke Rusia, dan mereka yang tersisa menjadi sasaran penghinaan, penyiksaan, perampokan atau pembunuhan sewenang-wenang di luar proses hukum.

Dan hanya di daerah-daerah yang Moskow rencanakan untuk memerintah secara langsung, pasukan pendudukan dan pejabat diperintahkan untuk memperlakukan penduduk setempat setidaknya dengan sedikit rasa hormat.

"Mereka tidak memperlakukan kami seperti manusia. Mereka bilang mereka datang untuk membebaskan kita, dari apa? Dari rumah kami? Dari kehidupan kami?" beber Taras memberi tahu Al Jazeera melalui aplikasi perpesanan.

'Pembebasan' adalah kata kunci yang digunakan Kremlin ketika menggambarkan apa yang disebutnya 'operasi khusus di Ukraina'.

Propaganda Rusia mengatakan Ukraina harus 'dibebaskan' dari rezim 'neo-Nazi', dan wilayah Ukraina timur dan selatan di mana mayoritas penduduknya berbicara bahasa Rusia membutuhkan 'pembebasan' dari 'nasionalis Ukraina'.

Namun pada kenyataanya, banyak warga sipil dilaporkan disiksa, diperkosa dan ditembak mati di bagian belakang kepala mereka.

Beberapa dibunuh hanya untuk bersenang-senang, kata seorang penyintas yang dipukuli dan disiram dengan bahan bakar solar pada akhir Maret.

"Mereka berkata: 'Mari kita bakar dia dan kirim [dia] kembali ke rakyatnya'," ungkap Viktor seorang penduduk Bucha, kepada Al Jazeera pada awal April.

Dia selamat hanya karena penembakan dari pihak Ukraina memaksa penyiksanya ke tempat perlindungan bom sementara dia berhasil melarikan diri.

Alasan lain mengapa kekejaman begitu meluas dan sewenang-wenang adalah karena narasi di jaringan televisi yang dikendalikan Kremlin yang selama bertahun-tahun menggambarkan orang Ukraina sebagai "neo-Nazi" yang menyetujui dugaan "genosida" penduduk Donbas yang berbahasa Rusia.

Hal ini menimbulkan kebencian di kalangan tentara Rusia terhadap para penduduk atau pasukan Ukraina.

Sementara itu, korban selamat lainnya menggambarkan ekspresi wajah tiga tentara Rusia yang menyerbu rumahnya di desa Myrotske 40 kilometer (25 mil) barat laut Kyiv.

"Mereka tampak penuh kebencian terhadap Ukraina sejak mereka lahir," kata psikolog anak Rivil Kofman kepada Al Jazeera pada pertengahan Maret.

Kofman dan putranya, David, berhasil meninggalkan desa setelah bersembunyi selama berhari-hari di ruang bawah tanah yang sedingin es.

Mereka mengamati duel antara tank Rusia dan artileri Ukraina dan menyaksikan pembunuhan tetangga mereka yang melarikan diri di mobil mereka. 

Rusia Mulai Tarik Upeti

Pihak Rusia diklaim mulai menerapkan pemungutan pajak atau upeti di wilayah Ukraina Timur yang berhasil dikuasai.

Separatis pro-Rusia di wilayah tersebut memaksa setiap penduduk untuk membayar hingga jutaan rupiah.

Rencananya, uang yang terkumpul akan digunakan untuk mendanai perang dengan Ukraina.

Tank Rusia T-72 terlihat di daerah yang dikuasai pemberontak di dekat bandara Donetsk, Ukraina. (AFP via BBC.com)

Baca juga: Maju ke Wilayah Perang, Zelensky Adakan Kunjungan Tiba-tiba ke Kota Ukraina yang Disasar Rusia

Hal ini dilaporkan telah diungkapkan oleh Vitaly Khotsenko, Perdana Menteri dari Donetsk People's Republik (DPR) yang memproklamirkan diri.

Dikutip TribunWow.com dari Mirror, Senin (18/6/2022), ia menyatakan bahwa setiap orang termasuk bayi dan orangtua, diminta menyerahkan 14 ribu rubel (Rp 3,6 juta).

Dilaporkan hal ini berlaku untuk semua orang di wilayah pendudukan Ukraina timur, di mana uang tersebut akan digunakan untuk berperang.

Adapun laporan ini pertama kali diunggah oleh Kira Yarmysh, juru bicara kritikus Kremlin Alexei Navalny, melalui akun Twitter pribadinya.

Padahal sebelumnya, Kremlin mengatakan mereka akan menginvestasikan lebih dari dua triliun rubel untuk perekonomian DPR, dalam waktu dua tahun.

Tetapi tidak diketahui bagaimana uang itu akan dipergunakan nantinya.

Diketahui, warga Ukraina yang tinggal di wilayah tenggara Donetsk dan Luhansk, yang dikenal sebagai Donbas, telah dikendalikan oleh separatis dukungan Moskow selama hampir delapan tahun.

Namun Presiden Rusia Vladimir Putin baru mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai republik resmi tiga hari sebelum menginvasi Ukraina, pada 21 Februari.

Hal ini dilihat sebagai dalih bagi penghasut perang untuk menyerang Ukraina.

Selama ini, semua negara anggota PBB, selain Rusia, menganggap DPR secara hukum masih bagian dari Ukraina dan bukan negara merdeka.

Namun awal pekan ini, Suriah menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui dua bagian Ukraina sebagai republik merdeka.

Dukungan tersebut diduga dilatari kedekatan Rusia dengan Suriah.

Pasalnya, Rusia adalah sekutu utama Presiden Suriah Bashar Al-Assad di mana kedua negara secara kolektif telah melakukan daftar panjang kejahatan perang dan saling menopang selama bertahun-tahun perang.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina