TRIBUNWOW.COM - Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Rusia Vladimir Putin berlangsung dengan lancar pada Kamis (30/6/2022).
Dilansir TribunWow.com, Vladimir Putin bahkan menunjukkan ketertarikan untuk berinvestasi di Indonesia.
Dikabarkan bahwa Vladimir Putin ingin terlibat dalam proyek Ibu Kota Negara Baru (IKN), Nusantara.
Baca juga: Kunjungi Putin, Jokowi Ungkap Tujuan Damaikan Rusia-Ukraina: Indonesia Tidak Memiliki Kepentingan
Bahkan, presiden berusia 69 tahun itu menyatakan tertarik untuk membantu pengembangan nuklir di Indonesia.
Dilansir kanal YouTube Kompas.com, Jumat (1/7/2022), hal ini disampaikannya seusai pertemuan dengan Jokowi.
Menurut Putin, Rusia memiliki sejumlah perusahaan yang sudah beroperasi di Indonesia.
Satu di antaranya adalah perusahaan negeri yang memungkinkan untuk membantu pengembangan industri nuklir negara.
"Banyak perusahaan kami, termasuk perusahaan energi, beroperasi di Indonesia. Ada ketertarikan untuk mengembangkan industri tenaga nuklir nasional," kata Putin.
Sementara itu, seperti yang dilaporkan media Rusia RIA Novosti, Kamis (30/6/2022), Putin juga menyoroti rencana perpindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan.
Ia pun tertarik untuk ikut dalam mega proyek tersebut dengan melibatkan perusahaan perkereta apian Rusia.
"Rusia Railways bisa ikut melaksanakan inisiatif besar-besaran pimpinan Indonesia untuk memindahkan ibu kota negara ke pulau Kalimantan," kata Putin.
Baca juga: Konpers Bersama Putin, Jokowi Akui Siap Bantu Rusia dan Ukraina Berkomunikasi
Tak hanya itu, Rusia juga menawarkan kerja sama lebih lanjut dengan Indonesia di bidang lain.
Terutama di sisi kepariwisataan dan keimigrasian dengan membuat akses bebas visa serta jalur pesawat langsung dari Moskow ke Bali.
"Tentu saja, dalam negosiasi dengan Pak Joko Widodo, perhatian diberikan pada bidang kerja sama yang signifikan seperti pertukaran kemanusiaan, budaya, wisata, pendidikan," beber Putin.
"Ini, antara lain, akan difasilitasi oleh pelonggaran anti-Pembatasan Covid pada perjalanan warga, serta rezim bebas visa yang ada. Kemungkinan melanjutkan penerbangan langsung dari Moskow ke pulau resor Bali."
Ia menambahkan, bidang kerja sama kemanusiaan yang menjanjikan lainnya adalah perluasan dialog antardaerah dan antaragama, mengingat Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia dari segi jumlah penduduk.
Penjelasan Putin pada Jokowi soal Ukraina
Sebelumnya, Putin memberikan penjelasan panjang pada Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, keduanya membahas isu krisis pangan yang muncul akibat perang Rusia dan Ukraina.
Putin pun memberikan penjelasan mengenai peran pihak Barat yang disebutnya menjadi penyebab mendasar dalam bencana pangan tersebut.
Baca juga: Akhirnya Jokowi dan Putin Bertemu, Rusia Sebut Momen Penting dan Beri Klarifikasi soal Ukraina
Dilaporkan RIA Novosti, Kamis (30/6/2022), Jokowi menyinggung masalah ketahanan pangan dan situasi di pasar pupuk.
Ia terang-terangan menegur Putin dan meminta agar Rusia tidak memperpanjang larangan ekspor biji-bijian Ukraina yang bisa sebabkan krisis.
Membantah tudingan tersebut, Putin menekankan bahwa tidak ada yang mencegah militer Ukraina membersihkan pelabuhan yang sarat ranjau agar dapat membawa makanan ke kapal.
Dia mengatakan, gandum bisa diekspor melalui jalur lain.
"Kami tidak mengganggu ekspor gandum Ukraina. Otoritas militer Ukraina telah memasang ranjau berdekatan dengan pelabuhan mereka, tidak ada yang mencegah mereka membersihkan ranjau dan menarik kapal dengan gandum dari sana, kami menjamin keamanan," terang Putin.
"Selain itu, ada ekspor lainnya Melalui Rumania, Danube dan pergerakan selanjutnya di sepanjang Laut Hitam, melalui Polandia, melalui Belarusia, melalui pelabuhan Laut Azov."
Menurut Rusia, di Ukraina sekarang ada sekitar 5 juta ton biji-bijian yang diblokir, jumlah seperti itu tidak mempengaruhi pasar dunia dengan cara apa pun.
"Baru-baru ini, masalah yang berkaitan dengan ekspor gandum Ukraina telah dibahas secara aktif. Menurut Departemen Pertanian AS, di Ukraina ada 6 juta ton gandum, menurut data kami, sekitar 5 juta ton," beber Putin.
"Jika yang kami maksud adalah volume produksi di dunia, 800 juta ton, maka kami memahami bahwa ini adalah jumlah yang tidak mempengaruhi pasar dunia dengan cara apa pun. Ini sekitar 2,5 persen, dan 0,5 persen dari semua makanan yang diproduksi di dunia."
Baca juga: Temui Putin Hari Ini, Berikut Rute Penerbangan Jokowi ke Rusia, Memutar Tak Lewati Ukraina
Putin menambahkan bahwa dalam masalah gandum Ukraina, Rusia bekerja sama erat dengan organisasi PBB yang relevan.
PBB mengumumkan ancaman krisis pangan karena kekurangan biji-bijian, Barat menuduh Rusia menangkal pasokan biji-bijian Ukraina ke pasar dunia.
Moskow dengan tegas membantah tuduhan tersebut, dikatakan bahwa sanksi terhadap pelabuhan Rusia menciptakan kesulitan bagi pasar makanan dan pupuk.
"Masalahnya adalah negara-negara ini telah memberlakukan sanksi terhadap pelabuhan kami, menciptakan kesulitan dalam mengasuransikan kargo dalam pengiriman, dan ini semua menciptakan masalah tertentu untuk makanan dan pupuk," ungkap Putin.
Selain itu, kenaikan harga di pasar pangan disebabkan karena adanya pandemi Virus Corona, dan negara-negara Barat pun mulai menumpuk produk pangan dari pasar dunia.
"Untuk makanan, dalam rangka memerangi konsekuensi pandemi, negara-negara Barat mulai mengeluarkan emisi, meningkatkan defisit anggaran mereka, dan mulai meraup produk makanan dari pasar dunia karena emisi ini, harga pangan naik tajam," jelas Putin.
"Mereka membeli lebih banyak daripada menjual. Uang telah dicetak, dolar telah didistribusikan, dan mereka membeli makanan. Harga telah naik, dan negara-negara berkembang telah menemukan diri mereka dalam situasi yang paling buruk," pungkasnya.(TribunWow.com/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina