TRIBUNWOW.COM - Seorang pensiunan perwira keamanan Rusia ditemukan tergeletak di rumahnya pada hari Senin, (20/6/2022).
Pria tersebut hampir tewas di genangan darahnya sendiri dengan luka tembak di kepala.
Dikutip TribunWow.com dari Newsweek, Jumat (24/6/2022), kasus ini mejadi sorotan karena pensiunan tersebut pernah ditugasi menjadi pengawal dan membawa tas kerja Presiden Vladimir Putin yang berisi kode nuklir.
Baca juga: Beri Ancaman Nuklir, Putin Justru Dikabarkan Makin Terlihat Sakit hingga Kencangnya Isu Kudeta
Hingga saat ini, pihak berwenang belum mendapat petunjuk, motif maupun pelaku atas insiden tersebut.
The Kyiv Post melaporkan bahwa pensiunan kolonel, Vadim Zimin, saat ini dalam perawatan intensif setelah ditemukan oleh saudaranya di kota Krasnogorsk, yang terletak di dekat Moskow.
Surat kabar Ukraina itu menulis bahwa media pemerintah Rusia mengatakan Zimin ditemukan dalam genangan darah setelah diduga mengalami luka tembak di kepala.
Zimin (53), adalah pensiunan kolonel dari Federal Security Service (FSB), badan keamanan utama Rusia, yang telah difoto bersama Putin sambil membawa 'Cheget'.
Cheget adalah tas yang berfungsi sebagai pusat pertahanan strategis seluler dengan kode di dalamnya yang memungkinkan Putin mengirimkan perintah peluncuran untuk serangan nuklir.
Sementara itu, surat kabar Rusia Moskovsky Komsomolets menulis bahwa Zimin telah bebas tugas sejak tahun lalu.
Ia ditahan pada bulan Desember karena dicurigai menerima suap dari seorang pengusaha untuk kesepakatan yang melibatkan kontrak pemerintah.
Dia dilaporkan berada di bawah tahanan rumah selama penyelidikan kriminal yang sedang berlangsung hingga terjadinya insiden penembakan itu.
Adapun Zimin dilaporkan telah membantah melakukan kesalahan sehubungan dengan tuduhan kriminal terkait.
Moskovsky Komsomolets juga mencatat bahwa cedera Zimin mengarah pada kesimpulan ia telah mencoba untuk bunuh diri.
The Kyiv Post dan outlet lainnya melaporkan bahwa diyakini bahwa Zimin juga didakwa membawa Cheget untuk mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin.
Baca juga: Mantan Jenderal NATO Sebut Perdamaian Eropa Tak Bisa Dicapai jika Rezim Putin Masih Kuasai Rusia
Isu Pejabat Tinggi dan Elit Rusia akan Kudeta Putin
Rumor penggulingan kekuasaan Presiden Rusia Vladimir Putin semakin santer beredar.
Terakhir, pejabat tinggi Rusia dikatakan telah merencanakan kudeta untuk menjalankan pemerintahan tanpa presidennya.
Sumber Kremlin mengklaim Putin telah membuat hampir semua orang menentangnya di tengah invasi ke Ukraina.
Baca juga: Juluki Putin sebagai Orang Gila, Tokoh Oposisi Sebut Rusia Serang Ukraina Tanpa Alasan Jelas
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Selasa (24/5/2022), tiga bulan sejak tank Rusia pertama kali meluncur melintasi perbatasan Ukraina, masih banyak pertentangan dan kontroversi terjadi.
Bahkan, sumber pemerintah mengatakan kepada media Rusia-Latvia Meduza bahwa di antara pejabat Kremlin dan elit Rusia, hampir tidak ada orang yang puas dengan Putin.
"Pebisnis dan banyak anggota pemerintah tidak senang bahwa presiden memulai perang tanpa memikirkan skala sanksi, tidak mungkin kita hidup dengan sanksi seperti itu," kata sumber tersebut.
"Masalah (di Rusia akibat perang) sudah terlihat, dan pada pertengahan musim panas mereka akan datang dari arah yang berbeda: transportasi, obat-obatan, bahkan pertanian. Tidak ada yang hanya memikirkan skala seperti itu," imbuhnya.
Pengungkapan itu muncul ketika kepala mata-mata Kyiv mengklaim bahwa Putin telah lolos dari upaya pembunuhan sekitar satu bulan setelah perang.
Sumber itu juga menyatakan isolasi pemimpin Rusia itu adalah tindakan pencegahan yang lahir dari ketidakpercayaan yang mendalam terhadap bawahannya.
Hal ini diperkuat dengan klaim Meduza yang menyebut pejabat tinggi di dinas keamanan Rusia FSB dan GRU percaya bahwa Putin telah merusak invasi dan ingin menguasai operasi tersebut.
"Elang (FSB dan GRU-red) tidak puas dengan kecepatan 'operasi khusus'. Mereka pikir mereka bisa bertindak lebih tegas," kata seorang sumber.
Putin dilaporkan mencopot FSB, badan keamanan domestik Rusia, sebagai organisasi utama yang bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen di Ukraina.
Setelah kemunduran Rusia dari Kiev,Putin pun menggantinya dengan badan intelijen militer GRU.
Tetapi ia telah menguasai operasi militer, secara pribadi memberikan perintah kepada para jenderal untuk mendelegasikan tanggung jawab.
Sementara itu, kepala direktorat intelijen utama kementerian pertahanan Ukraina menyatakan bahwa Putin memutuskan hubungan dekat dengan bawahannya untuk menghindari upaya pembunuhan.
"Melihat beberapa sindrom maniknya, dia takut untuk serius mempersiapkan seorang penerus, menyadari bahwa dalam persiapan, penerus ini mungkin ingin mengambil kedudukannya sedikit lebih awal dari yang diinginkan Putin," kata Mayor Jenderal Kyrylo Budanov kepada Ukrainskaya Pravda.
"Oleh karena itu, dia menjaga semua orang pada jarak tertentu. Dan dia percaya bahwa dia akan memerintah selamanya. Tapi itu tidak akan terjadi."
"Lihatlah sejarah diktator mana pun di abad ke-20 dan ke-21. Semuanya berakhir sama. Dalam kebanyakan kasus, mereka mati di luar perkiraan mereka. (TribunWow.com/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina