Konflik Rusia Vs Ukraina

Kadyrov Dukung Hukuman Mati untuk 3 Tentara Asing di Ukraina, Beri Pesan untuk Para Prajurit Bayaran

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov saat berpidato di depan pasukannya, diunggah Kamis (3/3/2022). Terbaru, Kadyrov dukung hukuman mati untuk tiga tentara asing yang bela Ukraina, Sabtu (11/6/2022).

TRIBUNWOW.COM - Ketua Chechnya, Ramzan Kadyrov, mendukung vonis mati yang dijatuhkan terhadap tiga orang tentara asing.

Hal ini merujuk pada keputusan Mahkamah Agung DPR terhadap warga Inggris Sean Pinner dan Aiden Aslin, serta warga Maroko Saadoun Brahim, yang berjuang di pihak Angkatan Bersenjata Ukraina.

Menurut Kadyrov, hukuman mati itu akan menjadi contoh bagi tentara asing lain agar berpikir dua kali jika ingin membela Ukraina.

Tangkapan layar dari video yang menunjukkan (dari kiri ke kanan) Aiden Aslin, Shaun Pinner, dan Saaudun Brahim. Ketiganya dituduh sebagai tentara bayaran dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di wilayah separatis pro-Rusia, Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri. (TWITTER @ChristopherJM)

Baca juga: Tahanan Perang di Ukraina Lihat Tentara Rusia Dipermalukan dan Disiksa hingga Tewas

Baca juga: Warga Jepang Santet Putin Gunakan Boneka Kutukan, Foto Kepala Presiden Rusia Dipaku ke Pohon Suci

Dilansir TribunWow.com dari Radio Sputnik, Sabtu (11/6/2022), pada 8 Juni, Pinner, Aslin dan Brahim dikabarkan mengaku bersalah di pengadilan Donetsk People's Republic (DPR).

Ketiga mengakui sebagian tindakan yang bertujuan merebut kekuasaan dengan paksa.

Keesokan harinya, Mahkamah Agung Republik Rakyat Donetsk menjatuhkan hukuman mati kepada ketiga tentara bayaran itu.

Mengetahui hal ini, Kadyrov melalui unggahan di Telegram mengungkapkan dukungannya.

"Saya sepenuhnya mendukung putusan Mahkamah Agung Republik Rakyat Donetsk pada warga negara Inggris Sean Pinner dan Aiden Aslin, serta Saadun Brahim Maroko untuk berpartisipasi dalam permusuhan di Ukraina sebagai tentara bayaran," tulis Kadyrov.

"Untuk tentara bayaran lainnya, ini adalah alasan bagus untuk memikirkan apakah itu layak untuk nyawa mereka."

Kepala Chechnya menambahkan bahwa dalam situasi ini dia paling terkejut dengan reaksi Inggris Raya.

Pasalnya, pihak Inggris menganggap hukuman itu tidak sah, dan rakyatnya sebagai tawanan perang harus mendapatkan haknya sesuai norma-norma hukum internasional.

Kadyrov mengaku ingat bahwa di Inggris, Pinner menjadi buron karena berpartisipasi dalam permusuhan di Irak dan Suriah dan diakui sebagai teroris.

"Namun, ketika datang ke Ukraina, bagi Barat, nasionalis selalu menjadi pahlawan, dan tentara bayaran dan teroris (menjadi) dermawan sejati," tutur Kadyrov.

"Dalam hal ini, saya ingin mengingatkan politisi Inggris bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka memanggil Stepan Bandera Mahatma Gandhi, dia tidak akan menjadi satu, sama seperti tentara bayaran Anda tidak akan menjadi tawanan perang."

Kadyrov juga mengatakan bahwa tangan orang-orang ini berlumuran darah, jadi mereka harus bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan.

Baca juga: Penampakan Warga Ukraina Rekreasi di Sungai, Pemerintah Sudah Peringatkan Bahaya Serangan Rusia

Baca juga: Ditangkap Pasukan Rusia, 2 Warga Inggris Dijatuhi Hukuman Mati, Keluarga Beri Pembelaan

Minta Tolong ke Media Inggris

Informasi terbaru, Aslin dan Pinner diketahui telah menghubungi media massa di negara asalnya mengirimkan permohonan tertulis.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Aslin dan Pinner menjelaskan bahwa mereka terancam dihukum mati jika permintaan pemerintah Rusia tidak dikabulkan.

Dengan suara bergetar, Pinner menjelaskan dirinya menghadapi ancaman hukuman 20 tahun penjara hingga mati seusai dihukum sebagai kombatan ilegal.

"Kami ketakutan," ujar Pinner.

Menanggapi kabar ini, keluarga Aslin telah menemui kedutaan Besar Ukraina di Notting Hill, London Barat.

Di sana ia menjelaskan bahwa Aslin dan Pinner merupakan bagian resmi dari pasukan militer Ukraina.

"Harus diperlakukan dengan hormat seperti tahanan perang lainnya. Mereka bukan dan tidak pernah menjadi tentara bayaran," ujar keluarga Aslin.

Keluarga Aslin kini berharap vonis Aslin dapat berubah, mereka juga memohon bantuan pemerintah Inggris dan Ukraina untuk berusaha maksimal membantu keselamatan Aslin dan Pinner.

Aslin dan Pinner kini memiliki waktu satu bulan untuk mengajukan banding atas vonis hukuman mati yang mereka terima.

Media Rusia memberitakan, vonis Aslin dan Pinner dapat berkurang menjadi 25 tahun penjara hingga hukuman penjara seumur hidup.

Sebelumnya diberitakan, pemerintah Inggris disebut tengah mendapat masalah besar gara-gara ada dua warga negaranya terlibat dalam konflik di Ukraina dan kini berakhir ditangkap oleh tentara Rusia.

Dua orang itu adalah Shaun Pinner dan Aiden Aslin.

Keduanya bahkan sempat dipertontonkan ke publik lewat sebuah acara milik stasiun televisi (TV) pemerintah Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari Skynews.com, eks diplomat Inggris, Lord Ricketts menyoroti bagaimana hal ini merupakan masalah besar bagi pemerintah Inggris.

Ricketts mengungkit bagaimana pemerintah Inggris sebenarnya telah melarang keras warganya agar tidak pergi ke Ukraina.

Ricketts juga menyampaikan bagaimana pemerintah Rusia memanfaatkan momen ini untuk menekan Ukraina lewat pemerintah Inggris.

Dalam situasi ini, menurut Ricketts pemerintah Inggris tengah mengalami dilemma bagaimana harus merespons.

Saat ditampilkan di TV Rusia, Shaun dan Aiden berharap agar mereka dapat pulang kembali ke Inggris dengan cara pertukaran tahanan dengan politisi pro Rusia Viktor Medvedchuk yang kini ditahan oleh Ukraina.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina