Konflik Rusia Vs Ukraina

Pernah Diusulkan Zelensky, Rusia akan Adakan Pemilihan Suara di Donbas agar Lepas dari Ukraina

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tank Rusia T-72 terlihat di daerah yang dikuasai pemberontak di dekat bandara Donetsk, Ukraina. Terbaru, Rusia angkat wacana gelar referendum di Donbas, Jumat (3/6/2022).

TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Rusia mengangkat wacana untuk mengadakan pemungutan suara di Donbas.

Referendum ini diadakan untuk memberi pilihan bagi para penduduk yang ingin bergabung dengan Ukraina maupun Rusia.

Di sisi lain, rupanya usulan ini pernah diutarakan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky namun mendapat penolakan dari Rusia.

Dmytri Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin saat tampil dalam wawancara membahas perang Ukraina, Jumat (8/4/2022). (Capture YouTube Sky News)

Baca juga: Jubir Putin Anggap AS Musuh, Sebut Negara Barat Makin Terang-terangan Terlibat di Konflik Ukraina

Baca juga: Jubir Putin Gelagapan saat Ditunjukkan Bukti Kejahatan Perang Rusia di Bucha Ukraina

Dikutip TribunWow.com dari media Rusia TASS, Jumat (3/6/2022), rencana ini dibahas oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Ia mengklaim untuk mengatur potensi referendum untuk bergabung dengan Rusia di Republik Rakyat Donetsk (DPR), Republik Rakyat Lugansk (LPR), Wilayah Kherson dan Zaporozhye (wilayah yang secara keseluruhan disebut Donbas-red) membutuhkan kemauan dan keinginan orang-orang yang tinggal di sana serta 'kondisi tertentu'.

Pernyataan Peskov muncul sebagai tanggapan atas komentar pemimpin Partai Demokrat Liberal dan Ketua Komite Urusan Internasional Duma Negara, Leonid Slutsky, yang mengatakan bahwa referendum di wilayah DPR, LPR, Wilayah Kherson dan Zaporozhye kemungkinan akan diselenggarakan musim panas ini.

"Bukan Kremlin untuk membuat keputusan tentang (penyelenggaraan) referendum," kata Peskov.

"Kami telah berulang kali menyatakan bahwa sepenuhnya terserah orang-orang yang tinggal di wilayah ini untuk memutuskan masa depan mereka.

"Pertama, itu harus menjadi keinginan rakyat, kedua, kondisi yang tepat harus ditetapkan (untuk menyelenggarakan referendum)," imbuhnya.

Ditanya untuk memberi rincian syarat atau kemungkinan kondisi mengenai hal ini, Peskov menyinggung soal konflik Ukraina.

Ia menagatakan pemungutan ini bisa jadi akan segera dilakukan jika ketegangan di wilayah Donbas sudah lebih kondusif.

"Jelas bahwa pada saat keamanan tidak sepenuhnya dijamin, mengingat kami melihat serangan terus menerus oleh pasukan Ukraina dan nasionalis yang menargetkan wilayah ini, kami tidak melihat kemungkinan membicarakan ini (organisasi referendum) sekarang," ujar Peskov.

"Kita perlu memiliki kemauan dan keinginan rakyat, dan untuk mengatur serangkaian kondisi yang diperlukan," katanya.

Sebagai informasi, situasi di sepanjang garis pertempuran di Donbass meningkat pada 17 Februari.

Kemudian, dengan alasan untuk membantu penduduk Donbas, Putin akhirnya melancarkan agresi militer ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022).

Baca juga: Putin Bentuk Pasukan Khusus Bersenjata Nuklir, Klaim demi Cegah Agresi Barat ke Rusia

Baca juga: Bahas Konflik Ukraina Lewat Telepon, 2 Kolonel Tentara Rusia Gosipkan Putin

Zelensky Usulkan Pemungutan Suara

Rusia menanggapi proposal dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terkait persyaratan perdamaian negaranya.

Pihak Presiden Rusia Vladimir Putin menyinggung soal proses pemungutan suara atau referendum yang diiniasi Zelensky.

Menurut Rusia, proses tersebut justru menciderai perundingan damai yang sudah berjalan.

Dilansir TribunWow.com dari Russia Today, Selasa (22/3/2022), Zelensky sebelumnya menawarkan untuk membuat amandemen perdamaian berdasar referendum.

Menurut Presiden 44 tahun tersebut, rakyat Ukraina layak untuk menyampaikan aspirasinya.

Pasalnya, kesepakatan tersebut akan menjadi peristiwa bersejarah negaranya.

Namun, Rusia tegas menolak usulan tersebut lantaran merasa referendum yang digagas justru memperlambat upaya damai yang tengah berjalan.

"Kami yakin bahwa menempatkan keputusan (persyaratan damai) di depan publik pada saat ini hanya dapat merusak negosiasi yang sudah berjalan, (dan menyebabkan upaya ini) jauh lebih lambat dan kurang substansial dari yang kami inginkan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Selasa (22/3/2022).

Adapun tawaran Zelensky mengenai referendum itu disampaikan sehari sebelumnya.

Dilansir Ukrinform, Rabu (23/3/2022), Menurut Zelensky, masalah keamanan akan berkaitan dengan amandemen konstitusi dan perubahan dalam undang-undang Ukraina saat ini.

"Saya menjelaskan kepada semua kelompok perunding, ketika anda berbicara tentang semua amandemen ini, dan ini bisa menjadi sejarah, kita pada akhirnya harus mengadakan referendum," tegas Zelensky.

"Rakyat harus mengatakan dan memberikan jawaban untuk format kompromi tertentu. Dan apa yang mereka putuskan, akan menjadi hal penting dalam perundingan dan kesepemahaman antara Ukraina dan Rusia." (TribunWow.com)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina