Anak Ridwan Kamil Hilang

Bantu Pencarian Eril, Relawan WNI Datang dari Berbagai Negara untuk Ikut Susuri Sungai

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret terbaru Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat mendengarkan informasi terkait anak sulungnya yang hilang di Swiss, Sabtu (28/5/2022). Terbaru, WNI datang dari berbagai negara membantu pencarian putra Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril (23).

TRIBUNWOW.COM - Warga negara Indonesia yang berada di sekitar Swiss membantu pencarian putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Bahkan, mereka yang tinggal jauh dari lokasi ikut memperlihatkan simpatinya dengan terlibat secara langsung mencari keberadaan Emmeril Khan Mumtadz alias Eril (23).

Meski begitu sejak Kamis (26/5/2022) hingga kini, Senin (30/5/2022), belum ada kabar berita mengenai nasib pemuda tersebut.

Rikza Azriyan, seorang WNI yang tinggal dan bekerja di Jerman mengunjungi Sungai Aare, Bern, Swiss untuk membantu pencarian putra Ridwan Kamil, Senin (30/5/2022). (Capture YouTube Intens Investigasi)

Baca juga: Hoaks Emmeril Kahn Putra Ridwan Kamil Ditemukan Hari Ini, Berikut Konfirmasi Keluarga

Baca juga: Berdiri Dekat Sungai, Ridwan Kamil Tampak Mendengar Penjelasan Tim SAR Swiss

Diketahui, Eril yang datang ke Swiss bersama ibu dan adiknya terseret arus ketika berenang di Sungai Aare, kota Bern.

Mendengar kabar ini, Rikza Azriyan, seorang WNI yang tinggal dan bekerja di Jerman, mendatangi lokasi.

Ia kebetulan hendak dalam perjalanan menuju ke pantai yang lokasinya melewati kota Bern.

"Malamnya sebelum kita berangkat, aku dapat informasi berita duka tentang hilangnya anak Ridwan Kamil di Bern," kata Rikza dilansir TribunWow.com dari YouTube Intens Investigasi, Senin (30/5/2022).

"Memang kebetulan rute perjalanan itu melewati Bern, kita putusin ke Bern dulu, lihat kondisinya seperti apa, siapa tahu ada yang bisa dibantu atau segala macam."

Sesampai di lokasi, Rikza merasa kagum dengan kepedulian WNI lain yang rela datang jauh-jauh untuk membantu pencarian.

"Aku lihat masyarakat Indonesia sangat kompak, dan juga empati," ujar Rikza.

"Jadi pada saat ada kejadian seperti ini, banyak yang datang bahkan dari Jerman, dari Berlin. Itu jaraknya jauh banget dari Bern."

Ia mengatakan mereka berjalan sepanjang sungai Bern dan berharap dapat menemukan Eril.

Ada pula yang menggunakan perahu.

"Ada juga yang aku lihat kemarin menggunakan perahu karet, jadi menyusuri secara manual pelan-pelan dengan perahu karet," tutur Rikza.

Mengenai sosok Eril yang belum ditemukan, Rizka mengaku tak habis pikir.

Pasalnya, sungai Aare saat itu tampak jernih hingga kelihatan dasarnya di beberapa tempat.

Ia pun khawatir Eril jatuh ke bendungan yang ada di sekitar lokasi pemandian.

"Aku kurang tahu kenapa sesulit itu, khawatirnya kalau aku lihat dari pemandian Marzili itu selanjutnya ada dam, khawatirnya jatuh ke dam."

Baca juga: Atalia Praratya Istri Ridwan Kamil Buka Suara soal Menghilangnya Eril: Mohon Keikhlasannya

Baca juga: Ingin Emmeril Kahn Ditemukan dalam Kondisi Apa pun, Adik Ridwan Kamil: Kami Terima dengan Ikhlas

Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke- 07.25:

Kesaksian WNI di Swiss

Hari Minggu (29/5/2022) memasuki hari ke-4 hilangnya anak Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yakni Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril (23).

Eril hilang seusai terseret arus ketika berenang di Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis (26/5/2022).

Menurut warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Swiss, berenang di Sungai Aare tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

WNI bernama Syarif Zapata menyarankan agar para wisatawan yang ingin berenang di Sungai Aare mencari info dari penduduk setempat, seperti prosedur berenang dan info-info dasar lainnya.

"Saran saya selalu cari warga lokal," kata Syarif, dikutip dari YouTube Kompastv, Sabtu (28/5/2022).

"Karena di (Sungai) Aare enggak semua tempat boleh berenang."

"Ada titik-titik tertentu," ungkapnya.

Syarif mengatakan, saat berenang di Sungai Aare, harus paham kapan bisa terjun ke air dan harus tahu juga di mana tempat untuk keluar seusai berenang.

Menurut Syarif, informasi seperti ini hanya bisa didapat dari penduduk lokal.

Ia juga menyarankan agar turis tidak langsung berenang tanpa pengetahuan yang memadai.

Bahkan pemerintah Swiss juga telah memperingatkan bahaya berenang di Sungai Aare.

Syarif bercerita, warga lokal Swiss sepanjang tahun biasa berenang di Sungai Aare.

Namun mayoritas warga dan wisatawan memilih untuk berenang di Sungai Aare pada Juli atau Agustus.

"Tapi kalau untuk wisatawan dan kebanyakan orang biasanya mereka nunggu sampai musim panas," kata Syarif.

Syarif bercerita, suhu udara sebelum musim panas masih dingin, dan suhu air di Sungai Aare jauh lebih dingin dibandingkan suhu udara.

Ia mengatakan, pemerintah Swiss tidak memiliki cara khusus untuk menanggulangi potensi bencana di Sungai Aare khususnya terkait aktivitas berenang.

"Pemerintah Swiss itu sebenarnya (mencegah) membagikan flyer (pamflet)," kata Syarif.

Syarif memaparkan, pamflet yang disebar oleh pemerintah Swiss itu berisi tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum berenang di Sungai Aare.

"Seperti informasi saja bahwa berenang di Sungai Aare itu ada risikonya," ujar Syarif.

"Dan hanya direkomendasikan untuk orang-orang yang benar-benar bisa berenang."

"Harus melihat juga situasi dan kondisi cuaca saat itu, dan harus kenal alamnya," pungkasnya.

Syarif mengatakan, wisatawan biasanya mengajak warga lokal atau teman mereka yang lama sudah tinggal di Swiss untuk berenang di Sungai Aare karena penduduk setempat lah yang memahami medan sungai.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait lainnya