TRIBUNWOW.COM - Wabah virus Monkeypox (cacar monyet) dikabarkan telah terjadi di sejumlah negara.
Rupanya pada sekitar tahun 1990, pihak Rusia dikabarkan sudah mempertimbangkan memakai virus ini sebagai senjata biologis.
Seorang mantan ilmuwan Uni Soviet juga memberikan penjelasan mengenai hasil penelitian virus tersebut.
Baca juga: AS Mengelak, Rusia Ungkap Bukti Lab Senjata Biologis di Ukraina, Penyakit Menular dari Kelelawar
Baca juga: Rusia Dikhawatirkan akan Gunakan Senjata Biologis, Buntut Isu Penemuan Laboratorium AS di Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari WION, Kamis (26/5/2022), mantan ilmuwan bernama Kanat Alibekov atau Kenneth Alibek itu merupakan ahli senjata biologis Uni Soviet hingga kejatuhannya pada tahun 1991.
Alibekov yang sempat tinggal setahun di Rusia sebelum pindah ke AS itu sempat ditugaskan mengawasi 32.000 karyawan di lebih dari 40 fasilitas.
Ia mengklaim bahwa negara Soviet memiliki program untuk menggunakan virus sebagai senjata.
Hal ini diungkapkannya dalam wawancara dengan Proyek Nonproliferasi Senjata Kimia dan Biologi Amerika (CBWNP) di tahun 1998 yang baru-baru ini kembali ditemukan.
Ia menjelaskan bahwa para ilmuwan berupaya mencari varian virus baru yang dapat menjangkiti manusia selain virus cacar yang sudah diketahui.
Penelitian ini melibatkan uji coba terhadap virus hewan-hewan tertentu seperti tikus, kelinci hingga monyet.
"Jadi, kami mengembangkan program khusus untuk menentukan virus 'model' apa yang dapat digunakan sebagai pengganti cacar manusia. Kami menguji virus vaccinia, virus cacar tikus, virus cacar kelinci, dan virus cacar monyet sebagai model untuk cacar," tutur Alibekov.
"Idenya adalah bahwa semua pekerjaan penelitian dan pengembangan akan dilakukan menggunakan virus model ini."
"Setelah kami memperoleh serangkaian hasil positif, hanya perlu dua minggu untuk melakukan manipulasi yang sama dengan virus cacar dan untuk menimbun agen perang."
Hasil penelitian tersebut nantinya akan disimpan di dalam gudang militer dan digunakan sebagai senjata biologis.
"Di gudang senjata, kami akan memiliki virus cacar yang diubah secara genetik yang dapat menggantikan yang sebelumnya," ungkap Alibekov.
Setelah berakhirnya Uni Soviet, penerus kementerian pertahanan Rusia diklaim terus melakukan pengembangan virus cacar monyet itu.
Tujuannya adalah untuk menciptakan senjata biologis masa depan.
Saat dihadapkan di sidang Kongres Amerika Serikat, Alibekov meyakini bahwa program senjata biologis Rusia belum sepenuhnya dibongkar.
Diketahui, cacar monyet pertama kali diidentifikasi pada 1950-an ketika dua wabah terjadi di koloni monyet yang digunakan untuk tujuan penelitian.
Sementara kasus pertama pada manusia dilaporkan terjadi pada 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Penyakit ini sering disamakan dengan jenis cacar yang lebih ringan, yang telah diberantas secara global melalui vaksinasi terhadap virus tersebut.
Baca juga: Rusia Tuding Ukraina Kembangkan Senjata Biologis, Sebut Didanai AS untuk Buat Virus Berbahaya
Baca juga: Jenis Senjata Kimia yang Dimiliki Rusia, Sebabkan Kerusakan Saraf hingga Organ Dalam Terbakar
Rusia Bongkar Bukti Penelitian Senjata Biologis di Ukraina
Militer Rusia telah mempresentasikan dokumen yang menunjukkan bukti baru mengenai senjata biologis yang diteliti Ukraina.
Termasuk rencana Ukraina dalam menggunakan drone untuk mengirimkan senjata patogen yang dikembangkan dalam biolab yang didanai AS.
Dirilis pula nama pejabat AS yang terlibat dalam proyek tersebut, dan peran Hunter Biden, putra Presiden AS Joe Biden.
Dilansir TribunWow.com dari Russia Today, Kamis (31/3/2022), bukti kunci yang ditampilkan adalah surat dari perusahaan Ukraina Motor Sich kepada produsen drone Turki Baykar Makina, pembuat UAV Bayraktar TB2 dan Akinci yang tertanggal 15 Desember 2021.
Pihak Ukraina secara khusus menanyakan apakah drone tersebut dapat membawa 20 liter muatan aerosol hingga jangkauan 300 kilometer.
"Kita berbicara tentang pengembangan sarana teknis pengiriman dan penggunaan senjata biologis oleh rezim Kiev dengan kemungkinan penggunaannya melawan Federasi Rusia,” kata Letnan Jenderal Igor Kirillov, komandan Pasukan Perlindungan Nuklir, Biologis dan Kimia Rusia.
Kirillov juga merujuk paten AS (No. 8.967.029) untuk mekanisme penyebaran patogen aerosol dari drone.
AS tidak menyangkal penyelidikan Rusia tahun 2018 tentang paten ini, tetapi mengklaim bahwa itu secara teknis tidak melanggar kewajiban Washington berdasarkan perjanjian yang melarang senjata kimia dan biologi.
Kirillov menunjukkan kontrak yang ditandatangani antara lembaga pemerintah AS yakni Badan Pengurangan Ancaman Pertahanan (DTRA), Pentagon, Departemen Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan Ukraina, serta fasilitas khusus di dalam Ukraina.
Menurut militer Rusia, Pentagon menghabiskan lebih dari $30 juta atau sekira Rp 431 miliar untuk penelitian biologi hanya di satu fasilitas Ukraina.
"Pejabat DTRA Robert Pope adalah satu tokoh kunci dalam program tersebut, dan penulis gagasan untuk menciptakan pusat penyimpanan mikroorganisme yang sangat berbahaya di Kiev," kata Kirillov.
Proyek biologis Pentagon di Ukraina dikoordinasikan oleh Joanna Wintrol, kepala kantor DTRA di Kiev, hingga Agustus 2020.
Wintrol secara langsung mengawasi proyek UP-4, UP-6, dan UP-8 untuk mempelajari patogen mematikan, termasuk antraks, demam Kongo-Krimea, dan leptospirosis.
Titik kontak badan AS adalah Menteri Kesehatan Ukraina (2016-2019) Ulyana Suprun, yang juga warga negara AS.
Sementara perantara utama adalah kontraktor swasta Black and Veatch, yang kantornya di Kiev dipimpin oleh Lance Lippencott.
Kontraktor Pentagon lainnya, Metabiota, juga berperan dalam proyek tersebut.
Kirillov mengatakan bahwa Hunter Biden memainkan peran penting dalam menciptakan peluang finansial untuk bekerja dengan patogen di wilayah Ukraina.
Secara khusus, dia menggambarkan Metabiota VP sebagai orang kepercayaan Hunter Biden, berdasarkan korespondensi mereka.
Sebuah surat tahun 2017 dari departemen Kherson dari Layanan Keamanan Ukraina (SBU) juga mengatakan bahwa DTRA dan Black and Veach bermaksud untuk membangun kontrol atas fungsi laboratorium mikrobiologi di Ukraina.
Dijelaskan laboratorium itu melakukan penelitian tentang patogen infeksi berbahaya yang dapat digunakan untuk membuat atau memodernisasi senjata biologis jenis baru.
Menunjuk dokumen Juni 2019 dari Pusat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Ukraina, Kirillov bertanya-tanya mengapa dokumen itu bersikeras menjaga kerahasiaan dan mengharuskan insiden serius termasuk kematian subjek harus dilaporkan ke otoritas bioetika AS dalam waktu 24 jam.
"Kami tidak mengesampingkan bahwa program penelitian resmi hanya bagian yang terlihat dari gunung es, sementara dalam praktiknya, sukarelawan terinfeksi virus demam Kongo-Krimea, hantavirus, dan agen penyebab leptospirosis,” kata jenderal itu.
Menurut Kirillov, semua biomaterial patogen yang disimpan di Ukraina diangkut dengan pesawat militer ke Amerika Serikat melalui Odessa, pada awal Februari 2022.
Dikatakan pada 24 Februari, ketika pasukan Rusia memasuki Ukraina, kementerian kesehatan di Kiev memerintahkan strain yang tersisa untuk dihancurkan.
Kirillov mengatakan bahwa intervensi Rusia menghentikan kegiatan di lima biolab Ukraina yang telah bekerja dengan virus antraks, tularemia, brucellosis, kolera, leptospirosis, dan demam babi Afrika.(TribunWow.com/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina