Konflik Rusia Vs Ukraina

Berbagi 1 Toilet dengan Ribuan Orang, Pengungsi Ukraina Ungkap Mengerikannya Kamp Penyaringan Rusia

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengungsi dari Mariupol tiba di Kota Zaporizhzhia, Ukraina. Terbaru, pengungsi Mariupol berbagi pengalaman setelah sempat menjadi tahanan di kamp penyaringan Rusia, Senin (25/4/2022).

TRIBUNWOW.COM - Pasangan suami istri yang melarikan diri dari Mariupol, Ukraina menuturkan rasanya berada di kamp penyaringan/ filtrasi Rusia.

Pasangan yang sempat ditahan selama berhari-hari itu mengungkap betapa mengenaskannya nasib para pengungsi.

Termasuk adanya ancaman pembunuhan dan desakan agar pengungsi bersedia dibawa ke Rusia.

Tampak google maps dari video viral di Mariupol menunjukkan puluhan mayat bertebaran di jalan. (BBC.com)

Baca juga: Fotografer di Mariupol Saksikan 15 Mayat Dibuang ke Lubang Bekas Serangan Udara

Baca juga: Mariupol Dikepung Rusia, Komandan di Ukraina Minta Bantuan: Waktu Kami Tinggal Beberapa Jam Lagi

Sementara Mariupol hampir di bawah kendali penuh Rusia, mereka yang telah melarikan diri dari kota Ukraina selatan berbagi pengalaman mengerikan ditahan di kamp-kamp pemrosesan yang sempit, tidak bersih, sebelum dievakuasi.

Oleksandr dan Olena, adalah pasangan yang berhasil mengungsi dari Mariupol pada minggu-minggu terakhir.

Keduanya kini telah tiba di kota barat Lviv yang relatif aman.

Mereka mengaku sempat menjadi tahanan di salah satu kamp penyaringan Rusia yang dilaporkan didirikan di luar Mariupol.

Kamp ini digunakan untuk menahan dan memeriksa warga sipil sebelum mereka dievakuasi.

Oleksandr dan Olena mengatakan mereka berakhir di sebuah kamp penyaringan ketika mereka mencoba melarikan diri dari kota.

Setelah berjalan 3 km dari rumah mereka ke titik evakuasi, mereka dibawa ke pusat pengungsi Rusia di bekas sekolah di desa Nikolske, barat laut Mariupol.

"Anda tidak dapat membayangkan betapa mengerikannya kondisi di kamp penyaringan ini," kata Olena dilansir TribunWow.com dari BBC, Senin (25/4/2022).

Orang-orang tua dibiarkan tidur di koridor tanpa kasur atau selimut.

Sementara hanya ada satu toilet dan satu wastafel untuk ribuan orang.

Disentri segera mulai menyebar.

"Tidak ada cara untuk mencuci atau membersihkan diri," ujar Olena.

"Baunya sangat mengerikan."

Sabun dan desinfektan habis di hari kedua mereka disana, disusul tissue toilet dan pembalut.

Para pengungsi akan diinterogasi, disita ponselnya dan jika dianggap mencurigakan, akan dibawa pergi dengan risiko dibunuh.

Setelah diinterogasi, Olena dan Oleksandr diberitahu bahwa mereka memiliki izin untuk pergi dengan bus evakuasi ke-148.

Namun seminggu kemudian, hanya 20 bus yang meninggalkan fasilitas tersebut.

Sebaliknya, ada banyak bus yang diatur untuk pergi ke wilayah Rusia.

Pihak berwenang bahkan mencoba memaksa pasangan itu masuk ke sebuah kereta menuju ke timur.

Pada akhirnya Olena dan Oleksandr merasa terdorong untuk mencari bantuan dari mereka yang diam-diam menawarkan transportasi keluar.

"Kami tidak punya pilihan, dideportasi secara paksa ke Rusia atau mengambil risiko dengan pengemudi pribadi ini," kata Olena.

Ini adalah dilema yang diakui wali kota Mariupol, Vadym Boychenko.

"Banyak bus warga sipil pergi ke wilayah Rusia daripada Ukraina," katanya kepada BBC, melalui telepon.

"Sejak awal perang, (Rusia) tidak mengizinkan cara apa pun untuk mengevakuasi warga sipil. Ini adalah perintah militer langsung untuk membunuh warga sipil," klaimnya.

Sopir Oleksandr dan Olena berhasil membawa mereka dari kamp penyaringan mereka ke kota Berdyansk yang diduduki Rusia .

"Melalui ladang, jalan tanah, jalur sempit di belakang semua pos pemeriksaan", kata Olena, karena mereka tidak memiliki dokumen yang layak untuk dapat lolos dari inspeksi Rusia.

Mereka kemudian menghabiskan tiga hari mencari rute keluar sebelum menemukan pengemudi lain yang bersedia mempertaruhkan segalanya untuk membawa mereka ke wilayah yang dikuasai Ukraina.

Dia berhasil melewati sekitar 12 pos pemeriksaan Rusia dan dengan aman sampai di Zaporizhzhia

Pasangan itu kemudian naik kereta semalam ke Lviv.

"Dari kamp penyaringan, anda hanya dapat melarikan diri menggunakan pengemudi pribadi lokal yang berisiko ini," kata Oleksandr.

"Untungnya, ada orang baik di antara mereka."

Baca juga: Respons Rusia soal Bantuan Militer Joe Biden Rp 11 Triliun dan Kedatangan Menteri AS ke Ukraina

Baca juga: Wanita dan Anak-anak Terjebak di Bunker, Rezimen Azov Sebar Video Penampakan Terkini Mariupol

Warga Mariupol Diduga Dibawa Paksa

Santer diberitakan bahwa ribuan penduduk Mariupol, Ukraina dibawa paksa pasukan Rusia.

Hingga saat ini belum diketahui nasib penduduk yang didominasi wanita dan anak-anak tersebut.

Muncul kekhawatiran bahwa pasukan Presiden Vladimir Putin mengumpulkan para penduduk tersebut ke semacam kamp konsentrasi.

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Minggu (20/3/2022), Walikota Mariupol Vadym Boychenko mengklaim bahwa beberapa ribu penduduk Mariupol telah dibawa secara paksa ke Rusia.

Namun, belum ada bukti maupun konfirmasi dari pihak terkait mengenai tudingan ini.

Boychenko menuduh beberapa penduduk diarahkan ke kota-kota terpencil begitu melintasi perbatasan Rusia.

Ia pun membandingkan praktik ini seperti yang pernah terjadi pada masa perang dunia kedua.

Pada masa itu, sejumlah penduduk etnis Yahudi dibawa oleh tentara Nazi ke kamp-kamp konsentrasi untuk dieksekusi atau mengalami penyiksaan.

Dia mengatakan orang-orang secara ilegal dipindahkan dari distrik tepi kiri dan tempat perlindungan di gedung klub olahraga.

Tempat perlindungan tersebut disebut berisi dari seribu orang yang bersembunyi dari pengeboman.

Sehingga diasumsikan para pengungsi tersebut banyak berasal dari kalangan anak-anak dan wanita yang memang diprioritaskan untuk berlindung.

Menurut Boychenko, militer Ukraina telah ditarik dari daerah itu untuk menghindari situasi yang menempatkan warga sipil dalam bahaya.

Melalui postingan Telegram, Boychenko menyebut warga Mariupol yang ditangkap dibawa ke kamp penyaringan, di mana penjaga memeriksa ponsel dan dokumen warga.

"Setelah pemeriksaan, beberapa warga Mariupol dialihkan ke kota-kota terpencil di Rusia, nasib yang lain masih belum diketahui," tulis Boychenko.

"Apa yang dilakukan penjajah hari ini sudah tidak asing lagi bagi generasi tua, yang melihat peristiwa mengerikan Perang Dunia II, ketika Nazi menangkap orang secara paksa."

"Sulit membayangkan bahwa di abad ke-21 orang akan dideportasi secara paksa ke negara lain."

Dikutip dari kanal Ukrinform, Senin (21/3/2022), Boychenko juga sempat mengungapkan kegeramannya.

"Pasukan Rusia tidak hanya menghancurkan Mariupol kita yang damai, mereka bahkan telah melangkah lebih jauh dan mulai mengusir penduduk Mariupol," seru Boychenko.

"Semua kejahatan perang oleh Rusia harus mendapatkan hukuman yang paling berat," pungkasnya.

Anak-anak dan Wanita Dibawa Tentara Rusia

Pihak berwenang di kota Mariupol, Ukraina, mengatakan bahwa pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin telah secara paksa memindahkan beberapa ribu penduduknya ke Rusia.

Beberapa di antara warga Ukraina tersebut bahkan terdiri dari ibu dan anak-anak.

Kabar ini muncul bersamaan dengan laporan bahwa pasukan Rusia mengebom sebuah sekolah seni tempat 400 orang berlindung.

Dilansir TribunWow.com dari kanal berita The Guardian, Minggu (20/3/2022), hal ini dikabarkan dewan kota Mariupol melalui pernyataan resmi lewat Telegram.

Pemindahan penduduk Mariupol itu dilakukan selama pekan terakhir ketika serangan Rusia semakin meningkat.

"Selama seminggu terakhir, beberapa ribu penduduk Mariupol dideportasi ke wilayah Rusia," kata dewan kota pada Sabtu, (19/3/2022) malam.

Penduduk yang dibawa paksa kebanyakan berasal dari distrik Livoberezhni.

Tentara Rusia memaksa para pengungsi yang berlindung di gedung klub olahraga untuk pergi bersama mereka.

Para pengungsi itu diketahui mayoritas terdiri dari anak-anak dan para wanita yang jumlahnya lebih dari seribu orang.

"Para penjajah secara ilegal mengambil orang-orang dari distrik Livoberezhniy dan dari tempat penampungan di gedung klub olahraga, di mana lebih dari seribu orang bersembunyi dari pengeboman terus-menerus," tulis dewan Kota Mariupol.

Klaim tersebut belum dapat diverifikasi secara independen, tetapi pernyataan dewan kota tersebut bukan satu-satunya.

Sebelum ini terdapat beberapa laporan serupa tentang penduduk Mariupol yang dibawa ke Rusia.(TribunWow.com)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina