Konflik Rusia Vs Ukraina

Perancis Peringati AS atas Pidato Kontroversial Joe Biden agar Putin Dilengserkan, Ini Kata Rusia

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pertemuan di Saint Petersburg, 25 Mei 2018. Terbaru, Macron memperingati Joe Biden soal ucapannya terhadap Putin, Minggu (27/3/2022).

TRIBUNWOW.COM - Presiden Perancis Emmanuel Macron memperingatkan Presiden AS Joe Biden atas perkataannya.

Ia menilai ucapan Biden pada Presiden Rusia Vladimir Putin justru menambah keruhnya konflik di Ukraina.

Dilansir TribunWow.com dari The Daily Mail, Minggu (27/3/2022), Macron, memperingatkan Barat untuk tidak meningkatkan provokasi dalam kata-kata atau tindakan.

Sekutu dekat AS yang juga sering berbicara dengan Putin tersebut menyinggung risiko yang bisa menghambat upaya kemanusiaan di Ukraina.

Termasuk di antaranya adalah untuk mengevakuasi penduduk dari kota Mariupol di Ukraina yang hancur.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron dan Presiden AS, Joe Biden saat pertemuan G7 pada Juni 2021. (AFP/Ludovic Marin)

Baca juga: Kontroversi Pidato Biden Berniat Gulingkan Rezim Putin? Pemerintah AS Buru-buru Klarifikasi

Baca juga: Ingin Pertemukan Putin dan Zelensky di Indonesia, Joe Biden Minta Ukraina Juga Diundang KTT G20 Bali

Peringatannya terhadap eskalasi konflik datang selama wawancara dengan penyiar televisi France 3.

Pemimpin Perancis itu mengatakan dia fokus pada upaya untuk menengahi kesepakatan damai antara Kyiv dan Moskow, dan mengakhiri perang secara diplomatik.

Ia pun mengkritik ucapan Biden yang dinilai terlalu kuat dan bisa mengakibatkan ekskalasi perang.

"Saya tidak akan menggunakan istilah itu, karena saya terus berbicara dengan Presiden Putin, karena apa yang ingin kami lakukan secara kolektif adalah kami ingin menghentikan perang yang diluncurkan Rusia di Ukraina, tanpa mengobarkan perang dan tanpa eskalasi," kata Macron dikutip Sky News, Senin (28/3/2022).

Presiden Prancis juga menekankan bahwa AS tetap menjadi sekutu penting.

Namun, ia memberi isyarat bahwa AS merupakan wilayah luar Eropa yang tak akan terdampak langsung dari segala tindakan Rusia.

"Kami memiliki banyak nilai yang sama, tetapi mereka yang tinggal di sebelah Rusia adalah orang Eropa," imbuh Macron.

Diketahui, Biden menyebut langsung pemimpin Rusia itu dalam pidatonya yang emosional pada hari Sabtu, (26/3/2022) di Warsawa.

Ia memperingatkan jika ambisi Putin tidak terkendali, itu dapat menyebabkan perang selama beberapa dekade di Eropa.

Biden berkata tentang Putin, "Demi Tuhan orang ini tidak bisa terus berkuasa."

Dia menggambarkan presiden Rusia memiliki keinginan untuk kekuasaan mutlak dan kontrol.

Meralat hal tersebut, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meyakinkan wartawan pada konferensi pers di Yerusalem bahwa Amerika Serikat tidak mencari 'perubahan rezim' di Moskow atau di tempat lain di dunia.

Blinken dengan cepat menarik kembali komentar Presidennya, menjelaskan bahwa Biden kemungkinan merujuk pada pengaruh Putin di luar negaranya.

"Saya pikir presiden, Gedung Putih, membuat poin tadi malam bahwa, cukup sederhana, Presiden Putin tidak dapat diberdayakan untuk berperang atau terlibat dalam agresi terhadap Ukraina atau siapa pun," kata Blinken menurut beberapa laporan.

"Seperti yang Anda ketahui, dan seperti yang telah Anda dengar berulang kali, kami tidak memiliki strategi perubahan rezim di Rusia, atau di mana pun, dalam hal ini."

Tetapi Kremlin dengan cepat menanggapi komentar Presiden AS tersebut.

Setelah seminggu sebelumnya menuduh Biden melakukan penghinaan pribadi kepada Putin karena menyebutnya sebagai 'penjahat perang'.

"(Pergantian Presiden) Ini tidak akan diputuskan oleh Biden," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan sebagai tanggapan.

"Seharusnya itu hanya menjadi pilihan rakyat Federasi Rusia."

Baca juga: Zelensky Akui Tak Mampu Usir Seluruh Tentara Rusia, Santer Kabar Ukraina akan Dibagi 2 seperti Korea

Baca juga: Kibarkan Bendera Putih dan Tak Mau Lanjutkan Perang, Tentara Rusia Ingin Pindah Kubu ke Ukraina

Rusia Jatuhkan Sanksi ke Joe Biden dan Pejabat AS

Pihak Rusia rupanya tak tinggal diam terhadap sanksi yang dijatuhkan pada negara dan para konglomeratnya.

Sebagai balasan, Rusia kini merilis daftar sejumlah pejabat Amerika Serikat yang juga dikenai sanksi.

Antara lain adalah Presiden AS Joe Biden, putranya Hunter Biden, hingga mantan menteri luar negeri Hillary Clinton.

Dilansir TribunWow.com dari BBC, Rabu (16/3/2022), sanksi tersebut meliputi pelarangan masuk ke wilayah Rusia.

Selain itu, setiap aset di Rusia yang dimiliki para pejabat tersebut akan dibekukan agar tak dapat digunakan.

Menurut pihak Rusia, hal tersebut merupakan bentuk aksi timbal balik atas sanksi yang dikenakan AS pada sejumlah warga negara Rusia akibat invasi ke Ukraina.

Termasuk di antaranya membekukan aset Presiden Vladimir Putin dan orang kepercayaannya, Dmytri Peskov.

Hanya saja, sanksi yang diterapkan Rusia tersebut rupanya tak berlaku secara mutlak.

Pasalnya, apabila diperlukan, maka individu bersangkutan akan tetap diizinkan untuk melakukan kontak dengan pihaknya.

Selain itu, Kementerian Luar Negeri Rusia masih akan mempertahankan hubungan resmi dengan mereka.

Berikut daftar pejabat AS yang dikenai sanksi oleh Rusia:

1. Presiden AS Joe Biden;

2. Putra Joe Biden, pengacara Hunter Biden;

3. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken;

4. Mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton;

5. Menteri Pertahanan As, Lloyd Austin;

6. Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki;

7. Ketua Kepala Staf Gabungan, Mark Milley;

8. Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan;

9. Wakil Penasihat Keamanan Nasional, Daleep Singh;

10. Administrator Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), Samantha Power;

11. Wakil Menteri Keuangan, Wally Adeyemo;

12. Presiden Bank Ekspor-Impor AS, Reta Jo Lewis;

13. Kepala CIA, William Burns.

Selain pejabat AS, rupanya perdana menteri Kanada Jusin Trudeau juga masuk dalam daftar tersebut.

Namun, pihak AS hanya menganggap enteng mengenai sanksi yang dikenakan tersebut.

Dilansir Aljazeera, Selasa (15/3/2022), Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki justru membuat lelucon dari sanksi tersebut.

Ia mengkritik penghilangan akhiran 'junior' pada nama Joe Biden.

Sebagai informasi, Joe Biden memiliki nama yang sama dengan mendiang ayahnya.

Hanya saja, nama Presiden AS diimbuhi akhiran jr. atau junior untuk membedakannya dengan sang ayah.

Jen Psaki menyoroti pihak Rusia yang menghilangkan nama 'junior' tersebut, sehingga seolah-olah menjatuhkan sanksi pada ayah Presiden AS.

"Presiden Biden masih junior, sehingga mereka mungkin telah memberikan sanksi kepada ayahnya, semoga dia (Joe Biden senior) beristirahat dengan tenang," ucap Jen Psaki.

Dengan yakin, Jen Psaki menyatakan sanksi tersebut tak akan memiliki efek secara signifikan.

Karena, para pejabat yang termasuk dalam daftar tak memiliki aset apa pun atau berencana mengunjungi Rusia.

"Tidak ada dari kami yang merencanakan perjalanan wisata ke Rusia, tidak ada dari kami yang memiliki rekening bank yang tidak dapat kami akses, jadi kami akan terus maju," imbuhnya.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina