Konflik Rusia Vs Ukraina

FBI Rekrut Mata-Mata dari Kedubes Rusia di AS, Pasang Iklan Ajak Bocorkan Info Rahasia soal Ukraina

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ponsel. Terbaru, FBI memasang iklan di media sosial untuk merekrut mata-mata dari lingkungan kedutaan besar Rusia di Amerika Serikat, Kamis (24/3/2022).

TRIBUNWOW.COM - FBI dikabarkan sedang mencoba strategi baru untuk merekrut orang-orang Rusia yang menentang invasi negara itu ke Ukraina.

Biro Investigasi Federa Amerika Serikat itu menggunakan iklan media sosial yang akan tampil jika berada di sekitar Kedutaan Besar Rusia di Washington.

Iklan yang muncul di Facebook, Twitter dan Google tersebut, menampilkan sosok Presiden Rusia Vladimir Putin.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) tersenyum saat menjabat tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan bilateral perdana di Villa la Grange, Jenewa, Swiss, pada 16 Juni 2021. Terbaru, Joe Biden buka suara soal agresi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). (AFP PHOTO/SPUTNIK/MIKHAIL METZEL)

Baca juga: Kembali Kirim Bantuan, PM Inggris Boris Johnson Pastikan Ukraina Tak Sendirian Hadapi Rusia

Baca juga: China, Amerika, dan Uni Eropa, Siapa yang akan Diuntungkan Akibat Konflik Rusia dan Ukraina?

Dikutip dari The Washington Post, Jumat (25/3/2022), iklan tersebut dirancang untuk memanfaatkan ketidakpuasan dalam layanan diplomatik atau mata-mata Rusia terkait konflik Ukraina.

Iklan tersebut juga menyasar imigran Rusia yang berada Amerika Serikat .

Para pakar kontraintelijen menyebut hal itu sebagai peluang besar bagi komunitas intelijen AS untuk merekrut anggota baru.

Iklan tersebut mengutip kata-kata Putin pada pertemuan bulan lalu di mana ia secara terbuka menegur kepala intelijennya, Sergey Naryshki.

Naryshkin, direktur Badan Intelijen Asing Rusia, atau SVR, tergagap pada pertemuan itu dan tampak tidak yakin dengan apa yang ingin dikatakan Putin.

Iklan FBI tersebut mengutip kata-kata Putin, yang berbicara dalam bahasa Rusia.

"Bicara terus terang, Sergey Naryshkin," ujar Putin saat itu.

FBI kemudian menggunakan kata-kata yang juga ditulis dalam bahasa Rusia.

"Bicaralah dengan jelas. Kami siap mendengarkan."

Di atas iklan tersebut, FBI juga menuliskan pesan singkat berisi ajakan untuk memberi informasi.

"Informasi yang diberikan kepada FBI oleh publik adalah cara paling efektif untuk memerangi ancaman. Jika anda memiliki informasi yang dapat membantu FBI, silakan hubungi kami."

Peter Lapp, mantan mata-mata FBI yang sekarang bekerja sebagai konsultan swasta, memuji iklan tersebut sebagai penggunaan teknologi baru yang cerdas dan canggih untuk melakukan rekrutmen kuno.

"Ini adalah strategi perekrutan yang brilian, karena saya pikir mungkin ada banyak orang di dalam pemerintahan Rusia yang sangat tidak puas dengan perang Putin, dan oleh karena itu ini adalah kesempatan besar untuk melihat apakah orang-orang yang tidak puas itu dapat membantu kita memahami niat Putin dengan lebih baik," kata Lapp.

"Senang juga melihat FBI menggunakan teknologi abad ke-21 untuk melakukan ini, karena FBI biasanya tidak dikenal dengan kemajuan teknologinya."

Siapa pun yang mengklik iklan rekrutmen tersebut akan langsung diarahkan ke halaman web program kontra intelijen Kantor Lapangan Washington FBI.

Dalam bahasa Rusia dan Inggris, FBI menyerukan tulisan berisi ajakan untuk datang ke kantor itu secara langsung jika mereka ingin berbicara.

"Informasi yang Anda berikan akan ditangani secara rahasia, dan interaksi kami dengan Anda akan dilakukan secara profesional dan penuh hormat," bunyi tulisan tersebut.

Berita ini telah disorot oleh media Rusia, Russia Today, Kamis (24/3/2022).

Dalam artikel tersebut, dikatakan bahwa raksasa teknologi AS telah berperan penting dalam kampanye Amerika untuk mendiskreditkan alasan pemerintah Rusia menyerang Ukraina.

Satu diantaranya adalah bekerja sama dengan pemerintah Barat dalam melarang peredaran media Rusia.

Awal bulan ini, juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan misi diplomatik Rusia di AS telah hidup di bawah tekanan selama bertahun-tahun.

Ia mengaku telah terkepung selama beberapa bulan terakhir.

Zakharova mengatakan anggota staf secara teratur menerima ancaman terhadap diri mereka sendiri dan anggota keluarga mereka.

Baca juga: Rusia Minta Media AS Liput Beragam Aksi Kriminal Tentara Ukraina

Baca juga: Rusia Klaim Dapat Bocoran Aksi Teror yang akan Dilakukan Ukraina ke Kedubes AS dan Negara Barat

Putin Tangkap Jenderalnya Sendiri

Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan telah menahan pejabat militernya sendiri.

Bahkan, sosok yang ditahan tersebut merupakan tokoh penting dalam invasi ke Ukraina.

Menurut kabar, wakil kepala unit Rosgvardia, Jenderal Roman Gavrilov ditangkap karena tudingan berkhianat.

Sementara, spekulasi muncul dan menyebut bahwa Jenderal tersebut ditahan sebagai kambing hitam terlambatnya penaklukan Kiev.

Dilansir TribunWow.com dari Daily Star, Jumat (18/3/2022), belum lama ini Putin menyinggung soal pengkhianat negara.

Ia juga menyerukan sebutan sampah bagi para warga Rusia yang menolak perang.

Kali ini, Putin disebut-sebut telah menangkap Jenderal perangnya sendiri dari unit Rosgvardia yang merupakan ujung tombak invasi pertama ke wilayah Ukraina.

Gavrilov yang hingga kini belum diketahui kesalahannya, telah ditangkap oleh Layanan Keamanan Federal Federasi Rusia, FSB.

Satu sumber yang dikutip oleh Christo Grozev dari Bellincat mengatakan Gavrilov ditahan akibat adanya pemborosan bahan bakar.

Sementara tuduhan yang lebih serius adalah tentang kebocoran informasi militer yang menyebabkan hilangnya nyawa.

Namun diketahui bahwa pasukan Rosgvardia yang dipimpin Gasrilov menjadi unit dengan tingkat kematian tentara yang tinggi selama perang.

Adapun sampai hari ini, jumlah tentara Rusia yang meninggal di medan perang masih menjadi perdebatan.

Menurut sumber resmi Kremlin, hanya 498 prajurit Rusia yang tewas dalam invasi ke Ukraina.

Sementara, perkiraan pihak AS mencatat bahwa tentara Rusia yang meninggal mendekati angka 7.000 orang.

Di sisi lain, pihak Ukraina mengklaim telah membunuh 13.500 tentara Rusia yang menyerang di wilayah tersebut.

Menurut The Times, Putin sebelumnya telah menangkap pejabat militer lain selain Gavrilov.

Mereka adalah Sergey Beseda, kepala cabang intelijen asing FSB, yang juga telah ditangkap bersama Anatoly Bolyukh, wakilnya.

Keduanya dikenai tuduhan resmi terkait dengan pelanggaran keuangan.

Namun diperkirakan alasan sebenarnya kemungkinan besar adalah kemarahan Putin karena menerima informasi yang tidak dapat diandalkan, tidak lengkap, dan sebagian salah tentang situasi politik di Ukraina.

Pejabat Pentagon mengatakan bahwa Putin marah dan frustrasi atas kurangnya kemajuan pasukannya.

Dikhawatirkan kondisi ini menyebabkan lebih banyak kekerasan dan kehancuran dalam upaya memaksa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyerah.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina