TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan telah menahan pejabat militernya sendiri.
Bahkan, sosok yang ditahan tersebut merupakan tokoh penting dalam invasi ke Ukraina.
Menurut kabar, wakil kepala unit Rosgvardia, Jenderal Roman Gavrilov ditangkap karena tudingan berkhianat.
Sementara, spekulasi muncul dan menyebut bahwa Jenderal tersebut ditahan sebagai kambing hitam terlambatnya penaklukan Kiev.
Baca juga: Daftar Komandan Rusia yang Tewas di Ukraina, Terkini 1 Jenderal dan 7 Tim Elite Putin Gugur
Baca juga: Media Inggris Beritakan Tentara Rusia Muak Diperintah Bunuh Warga Sipil, Siap Lawan Balik Putin
Dilansir TribunWow.com dari Daily Star, Jumat (18/3/2022), belum lama ini Putin menyinggung soal pengkhianat negara.
Ia juga menyerukan sebutan sampah bagi para warga Rusia yang menolak perang.
Kali ini, Putin disebut-sebut telah menangkap Jenderal perangnya sendiri dari unit Rosgvardia yang merupakan ujung tombak invasi pertama ke wilayah Ukraina.
Gavrilov yang hingga kini belum diketahui kesalahannya, telah ditangkap oleh Layanan Keamanan Federal Federasi Rusia, FSB.
Satu sumber yang dikutip oleh Christo Grozev dari Bellincat mengatakan Gavrilov ditahan akibat adanya pemborosan bahan bakar.
Sementara tuduhan yang lebih serius adalah tentang kebocoran informasi militer yang menyebabkan hilangnya nyawa.
Namun diketahui bahwa pasukan Rosgvardia yang dipimpin Gasrilov menjadi unit dengan tingkat kematian tentara yang tinggi selama perang.
Adapun sampai hari ini, jumlah tentara Rusia yang meninggal di medan perang masih menjadi perdebatan.
Menurut sumber resmi Kremlin, hanya 498 prajurit Rusia yang tewas dalam invasi ke Ukraina.
Sementara, perkiraan pihak AS mencatat bahwa tentara Rusia yang meninggal mendekati angka 7.000 orang.
Di sisi lain, pihak Ukraina mengklaim telah membunuh 13.500 tentara Rusia yang menyerang di wilayah tersebut.
Menurut The Times, Putin sebelumnya telah menangkap pejabat militer lain selain Gavrilov.
Mereka adalah Sergey Beseda, kepala cabang intelijen asing FSB, yang juga telah ditangkap bersama Anatoly Bolyukh, wakilnya.
Keduanya dikenai tuduhan resmi terkait dengan pelanggaran keuangan.
Namun diperkirakan alasan sebenarnya kemungkinan besar adalah kemarahan Putin karena menerima informasi yang tidak dapat diandalkan, tidak lengkap, dan sebagian salah tentang situasi politik di Ukraina.
Pejabat Pentagon mengatakan bahwa Putin marah dan frustrasi atas kurangnya kemajuan pasukannya.
Dikhawatirkan kondisi ini menyebabkan lebih banyak kekerasan dan kehancuran dalam upaya memaksa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyerah.
Baca juga: Sentil Putin, Arnold Schwarzenegger Semangati Rakyat dan Tentara Rusia untuk Hentikan Perang
Baca juga: Beredar Video Hoaks Putin Umumkan Rusia dan Ukraina Berdamai hingga Zelensky Menyerah Kalah
Putin Sebut Warganya 'Sampah'
Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan tindakan represif untuk mengatasi berkembangnya sentimen anti-perang yang digaungkan warganya sendiri.
Ia menyerukan istilah 'pemurnian diri' untuk membersihkan negaranya dari siapa pun yang mempertanyakan keputusan pemerintah untuk menginvasi Ukraina.
Presiden 69 tahun tersebut bahkan menyebut warga Rusia yang anti-perang sebagai sampah dan pengkhianat negara.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Kamis (14/3/2022), Putin tampil di televisi sehari sebelumnya untuk mengecam warga Rusia yang tidak mendukungnya.
Ia justru menyalahkan negara-negara NATO yang disebut menggunakan penghasut untuk membangkitkan oposisi terhadap perang.
Pernyataan ini dibuat menyusul tindakan berani jurnalis Marina Ovsyannikova yang telah menyabotase saluran TV pemerintah saat siaran langsung.
"Orang-orang Rusia akan selalu dapat membedakan patriot sejati dari sampah dan pengkhianat, dan akan memuntahkannya seperti nyamuk yang secara tidak sengaja terbang ke mulut mereka," tegas Putin.
"Saya yakin bahwa pemurnian diri masyarakat yang alami dan perlu seperti itu hanya akan memperkuat negara kita."
Dia mengatakan Barat menggunakan pengkhianat Rusia untuk menciptakan kerusuhan sipil.
"Dan hanya ada satu tujuan, saya sudah mengatakannya, kehancuran Rusia," ucap Putin.
Pidato tersebut tampaknya menjadi peringatan bahwa pemerintahan Putin yang otoriter dapat tumbuh lebih represif.
Sejak invasi ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022), pemerintah Rusia telah membatasi masyarakatnya dari segala akses ke media sosial dan berita internasional.
Selain itu, penegak hukum Rusia mengumumkan kasus kriminal pertama berdasarkan undang-undang baru mengenai larangan penyebaran informasi yang dianggap palsu tentang perang Ukraina.
Beberapa orang warga Rusia telah didakwa dengan ancaman hukuman hingga 15 tahun penjara.
Satu di antaranya adalah Veronika Belotserkovskaya, seorang penulis buku masak dan blogger berbahasa Rusia yang tinggal di luar negeri.
Adapun semenjak Putin memerintahkan invasi ke Ukraina, kelompok pemantau independen OVD-Info melaporkan lebih dari 14.000 penangkapan telah terjadi.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 170 orang ditahan oleh pemerintah lantaran melakukan protes terhadap invasi terkait.(TribunWow.com/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina