TRIBUNWOW.COM - Sanksi global yang dijatuhkan dunia internasional pada Rusia mulai berdampak pada warga negaranya di berbagai belahan dunia.
Sejumlah turis asal Rusia merasa kesulitan lantaran terdampar di negara asing lantaran tak bisa melakukan tarik tunai di mesin ATM.
Satu diantaranya adalah Konstantin Ivanov, (27), yang mengaku kehabisan uang saat masih berlibur di Bali.
Baca juga: Nekat Invasi Ukraina, Putin Yakin Sanksi Global akan Buat Rusia Lebih Kuat, Jadi Bumerang bagi Barat
Baca juga: Buntut Negara NATO Mulai Gembosi Ekonomi Rusia, Vladimir Putin Siapkan Senjata Nuklir ke Ukraina
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail UK, Jumat (11/3/2022) beberapa bank Rusia telah terputus dari sistem pembayaran internasional SWIFT.
Sementara, Visa dan Mastercard telah menarik layanannyadari Rusia setelah invasi yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Langkah tersebut telah membuat beberapa turis Rusia yang berlibur di Indonesia tidak dapat menarik uang dari ATM.
Ivanov mengaku belum bisa mengambil uang dalam beberapa hari, dan mengaku khawatir atas kondisi tersebut.
"Hal ini telah menciptakan masalah besar bagi kami. Kami telah benar-benar kehilangan uang kami," keluh Ivanov.
"Sepertinya aset kami telah benar-benar dibekukan dan kita tidak dapat menggunakan uang kita di sini."
Turis Rusia sekarang mencari-cari cara untuk mencairkan uang tunai karena pilihan pembayaran digital telah dianggap tidak berguna.
Diketahui, Barat telah memblokir Rusia dari penggunaansistem pembayaran global SWIFT, yang digunakan oleh lebih dari 11.000 organisasi perbankan dan di lebih dari 200 negara.
Visa dan Mastercard juga memblokir beberapa lembaga keuangan Rusia dari jaringan mereka minggu ini, membuat kartu bank mereka menjadi tidak berguna bagi jutaan orang.
Langkah tersebut membuat akses penarikan dana hampir mustahil bagi orang Rusia dan bahkan beberapa pelancong.
Ivanov yang merasakan dampak sanksi tersebut, menyerukan bahwa perang yang diinisiasi presidennya bukanlah solusi.
"Orang-orang di negara kita tidak membutuhkan perang dan begitu pula orang-orang Ukraina. Tidak ada yang menginginkan perang ini," kata Ivanov.
"Kita semua membutuhkan kedamaian," pungkasnya.
Baca juga: Crazy Rich Rusia Tegaskan Sanksi Ekonomi Tak akan Hentikan Putin Serang Ukraina
Baca juga: Solusi Putin Atasi Anjloknya Ekonomi Rusia, Terapkan Langkah Darurat Lawan Sanksi Invasi Ukraina
Bom Atom Ekonomi Dijatuhkan ke Rusia
Aliansi negara Sekutu mengenakan sanksi ekonomi yang semakin keras terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Target terbarunya melibatkan pelarangan akses Rusia ke SWIFT, singkatan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication.
Hal ini menjadi sanksi ekonomi terbesar hingga disebut sebagai bom nuklir untuk melumpuhkan sistem keuangan Rusia.
Dilansir ABC News, Minggu (27/2/2022), Amerika dan sejumlah negara lain telah menyetujui pembatasan akses Rusia ke SWIFT.
Pasalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin masih enggan menarik pasukannya dari Ukraina.
Adapun SWIFT adalah sistem pengiriman pesan yang didirikan pada tahun 1973 yang memungkinkan lembaga keuangan besar untuk saling mengirim uang.
Sistem yang berbasis di Belgia ini digunakan oleh lebih dari 11 ribu bank dan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara dan wilayah, termasuk Rusia.
SWIFT menangani 42 juta pesan sehari, memfasilitasi transaksi senilai triliunan dolar.
Menurut Financial Times, Rusia menyumbang 1,5% dari transaksi SWIFT pada tahun 2020.
Pada Sabtu (26/2/2022) malam, Gedung Putih mengumumkan bahwa AS akan memutuskan beberapa bank Rusia dari SWIFT dalam kemitraan dengan Komisi Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan Kanada.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis, pihak Amerika menyebut bahwa tindakan ini akan melumpuhkan sistem finansial Rusia.
Pasalnya, sejumlah aset milik pengguna tak akan bisa ditarik sehingga menyebabkan bank-bank di Rusia diprediksi akan menahan uang nasabahnya.
"Melakukan tindakan pembatasan yang akan mencegah Bank Sentral Rusia menyebarkan cadangan internasionalnya dengan cara yang merusak dampak sanksi dari kami," bunyi pernyataan tersebut.
"Ini akan memastikan bahwa bank-bank ini terputus dari sistem keuangan internasional dan membahayakan kemampuan mereka untuk beroperasi secara global."
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Uni Eropa akan ikut memilah bank mana saja yang diputus dari SWIFT.
Beberapa ahli percaya bahwa memberikan sanksi kepada bank seperti yang telah dilakukan AS dan sekutu sejauh ini adalah cara yang efektif untuk membekukan aset Rusia.
Pasalnya, jika tidak ada uang untuk dipindahkan, sistem transaksi Rusia ke luar akan menjadi kacau.
Di sisi lain, negara-negara Eropa kemungkinan akan menghadapi dampak negatif terhadap ekonomi mereka sendiri dari sanksi SWIFT.
Jerman, khususnya, yang selama ini memiliki ketergantungan pada pasokan gas dan minyak Rusia. (TribunWow.com/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina