Konflik Rusia Vs Ukraina

Kepala Intelejen Rusia Salahkan Pihak Barat atas Invasi ke Ukraina, Singgung Operasi Terselubung

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) tersenyum saat menjabat tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan bilateral perdana di Villa la Grange, Jenewa, Swiss, pada 16 Juni 2021. Terbaru, Rusia tuding Barat lakukan operasi terselubung untuk menghancurkan negaranya.

TRIBUNWOW.COM - Direktur Badan Intelijen Asing (SVR) Sergey Naryshkin menyebut niat pihak Barat terkuak setelah adanya invasi terhadap Ukraina.

Ia menuding pihak barat telah berkonspirasi untuk menghancurkan Rusia sebagai sebuah negara.

Termasuk dengan cara menjatuhkan sanksi ekonomi yang kini menjatuhkan kondisi keuangan Rusia.

Pasien anak penderita kanker di Kiev, Ukraina menyuarakan pesan untuk menghentikan perang, Selasa (1/3/2022). Pasien dirawat di ruang bawah tanah yang digunakan sebagai tempat perlindungan bom selama terjadi penyerangan oleh Rusia. (AFP/ Aris Messinis)

Baca juga: Efek Radiasi Nuklir jika PLTN Zaporizhzhia Ukraina Diledakkan Rusia, dari Kanker hingga Rusaknya DNA

Baca juga: Nasib Pilu Pasien Kanker Anak di Ukraina, Kehabisan Obat dan Tak Bisa Evakuasi karena Dikepung Rusia

Dikutip dari RT, Jumat (4/3/2022), Sergey Naryshkin mengatakan pihak barat telah menyebarkan kekacauan hingga ke perbatasan Rusia.

Sehingga hal ini membuat Presiden Vladimir Putin melakukan agresi ke Ukraina sebagai bentuk perlindungan diri.

Setelah serangan dilancarkan ke Ukraina, Sergey Naryshkin mengatakan pihak Barat, terutama AS, mulai menunjukkan taringnya.

"Topeng mereka telah terlepas. Barat tidak hanya mencoba menempatkan Rusia di bawah 'tirai besi' baru. Kita berbicara tentang upaya untuk menghancurkan negara kita, untuk 'membatalkannya', seperti yang disebut saat ini sebagai toleransi di lingkaran fasis liberal'," kata Sergey Naryshkin.

Ia menuding Barat tidak memiliki sarana dan tekad untuk menghancurkan Rusia secara terbuka.

Sehingga, sanksi berupa blokade ekonomi, informasi, dan kemanusiaan dijatuhkan sebagai kedok.

"Yang paling menjijikkan adalah bahwa itu dilakukan di bawah slogan palsu tentang perlunya melindungi kedaulatan Ukraina dan keamanan Eropa," tuding Sergey Naryshkin.

"Kami hanya dibiarkan tanpa pilihan. Satu-satunya cara untuk memastikan keamanan kita sendiri adalah demiliterisasi dan denazifikasi negara Ukraina."

Pernyataan Sergey Naryshkin tersebut dilontarkan di tengah ramainya kecaman dari seluruh dunia terhadap Rusia.

Klaimnya itu disebut hanyalah alasan untuk pembenaran atas agresi yang dilakukan Putin.

Sementara itu, korban terus berjatuhan dan ledakan-ledakan masih terlihat di sejumlah kota Ukraina yang diserang.

Baca juga: Putin Umumkan Bayaran Tentara Rusia yang Ikut Invasi Ukraina, Ini Kompensasi untuk Korban Tewas

Baca juga: Pesawat Kiamat Putin Terbang di Langit Rusia, Tanda Perang Nuklir akan Terjadi di Ukraina?

Tangisan Pengungsi Ukraina: Ini Seperti Neraka

Pemerintah Polandia mengatakan lebih dari 115.000 pengungsi Ukraina telah mencari perlindungan.

Sebagian besar dari para pengungsi tersebut masuk lewat perbatasan utama Polandia-Ukraina di Medyka.

Para pengunsi membawa cerita kelam mengenai pengalaman mereka menghindar dari perang.

Namun hal ini tak menyurutkan keinginannya untuk kembali ke Ukraina dan berperang jika dibutuhkan.

Dilansir Aljazeera, Minggu (27/2/2022), Badan Perlindungan Pengungsi PBB mengatakan lebih dari 120.000 pengungsi Ukraina telah meninggalkan negara itu sejak Rusia menginvasi Ukraina.

Tetapi bagi sebagian besar pengungsi Ukraina, butuh berhari-hari untuk melarikan diri dari perang.

Helena (49), dari Drohobych di Ukraina barat, menuturkan pengalamannya sembari menyeruput teh dan makan sandwich yang dia terima dari sukarelawan.

Dia memiliki keluarga di Poznan, Polandia, dan merasa lega lantaran perjalanan yang sulit itu akan segera berakhir.

Tak seperti biasanya, ia butuh waktu 24 jam untuk menyeberangi perbatasan dan tiba di tempat yang aman.

"Pengalaman itu seperti neraka," kata Helena kepada Al Jazeera sebelum kemudian menangis.

Sementara itu, bagi Denis (30) dari Chernivtsi, Ukraina, yang bekerja di lokasi konstruksi di Polandia, itu juga merupakan malam yang sulit.

Dia tiba di Medyka pada hari Kamis untuk bertemu dengan istri dan anak-anaknya yang datang dari Ukraina.

Tapi setelah semalaman menunggu, mereka tidak terlihat.

"Mereka telah berada di perbatasan selama lebih dari 24 jam. Awalnya, mereka ingin menyeberang dengan berjalan kaki tetapi sulit, sehingga mereka menaiki bus. Setidaknya agar tidak sedingin di luar," tutur Denis.

"Tapi selama lima jam terakhir, mereka tidak membiarkan siapa pun lewat. Tidak jelas alasannya."

Sementara istri dan anak-anak Denis sedang dalam perjalanan untuk berkumpul kembali dengannya, ibunya memutuskan untuk menyeberang kembali ke Ukraina.

Ibu Denis tidak ingin jauh dari suami dan dua putra lainnya, yang mungkin akan segera menerima panggilan untuk melayani negara.

Denis pun menyebutkan bahwa ayahnya merupakan mantan tentara yang pernah bertempur untuk Uni Soviet.

Kini, sang ayah akan kembali bertarung mempertahankan negaranya sendiri.

"Ayah saya bertempur di Afghanistan dan dia tahu seperti apa perang itu," kata Denis.

"Dia siap mengorbankan hidupnya untuk Uni Soviet. Sekarang dia siap mengorbankan hidupnya untuk Ukraina melawan kekuatan baru Rusia."

"Ini sebuah paradoks. Tapi semua orang bisa melihat apa yang dilakukan Rusia. Mereka merebut Krimea, Donbas, sekarang mereka menginginkan Kharkiv."

Denis mengatakan kemungkinan bahwa dirinya akan kembali ke Ukraina untuk ikut berperang.

Tetapi pertama-tama, Denis ingin memastikan istri dan anak-anaknya aman.

Dalam satu atau dua minggu, katanya, jika musuh lebih dekat ke kampung halamannya di Chernivtsi, dia harus kembali dan mengangkat senjata.

"Jika mereka datang lebih dekat ke rumah kami, kami harus kembali dan bertarung. Selama bertahun-tahun, kami telah bekerja untuk membangun negara. Meski beberapa dari kami pergi, yang lain harus tetap tinggal. Jika semua orang pergi, siapa yang akan membela kita?” ungkap Denis.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina