TRIBUNWOW.COM - Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina hingga kini belum melibatkan pihak lain termasuk Amerika Serikat dan North Atlantic Threaty Organization (NATO).
Hingga Jumat (25/2/2022) NATO masih enggan membantu Ukraina saat diserang Rusia.
Hal ini membuat Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky kecewa.
Baca juga: Serang Ukraina saat Pandemi, Rusia Ternyata Miliki Penambahan Kasus Covid-19 Tertinggi Kedua Dunia
Volodymyr Zelensky merasa Ukraina ditinggal sendiri dalam invasi ini.
Terkait Ukraina yang merasa ditinggalkan oleh North Atlantic Threaty Organization (NATO) dan Amerika Serikat, Triesanto Romulo Simanjuntak, S.I.P., M.A., Dosen Politik Internasional dan Diplomasi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga mengatakan Amerika Serikat sendiri tengah menghadapi permasalahan inflasi 7 % yang mengisyaratkan pemasukan lebih kecil dari pengeluaran negara.
NATO sendiri merupakan politik luar negeri Amerika Serikat di Eropa
"Kalau Joe Biden ngeyel membantu Ukraina, akan membuat inflasi Amerika Serika di angka 10-11 % karena anggaran negara fokus ke tentara, sementara Amerika Serikat sendiri tengah fokus memperbaiki ekonomi, mengurus Virus Corona, dan melakukan pembangunan infrastruktur," kata Romulo, Jumat (25/2/2022).
Romulo kembali menegaskan, tekanan internal Rusia untuk mengakhiri invasi dari para pelaku usaha sangat kuat karena oligarki politik Rusia kuat.
Tentu saja konsekuensi sanksi ekonomi sangat mempengaruhi para pelaku usaha besar.
Baca juga: Kalah dari Segi Senjata, Ini Peluang Ukraina Bisa Bertahan Menghadapi Serangan Rusia
Sementara Ukraina sendiri selama beberapa hari mencoba membangun citra dari sudut kemanusiaan karena korban invasi Rusia merupakan orang tua, wanita, dan anak-anak.
Ukraina mencoba membangun simpati internasional agar memojokkan Rusia untuk tidak melanjutkan invasi.
"Pernyataan Putin yang mengatakan ingin menyelamatkan orang Rusia di Ukraina bisa berbalik karena rudal balistik tidak mengenal yang mana orang Rusia dan yang mana orang Ukraina," ungkap Romulo.
Adanya pernyataan Indonesia yang dinilai mampu akhiri invasi Rusia ke Ukraina diragukan oeh Romulo. Pasalnya, Indonesia merupakan Dewan Keamanana Tidak Tetap Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), sedangkan Rusia merupakan Dewan Keamanan Tetap PBB.
Sedangkan tahun ini Indonesia menjadi Ketua Presidensi G20, namun memiliki peran minor. G20 menjadikan aspek tata kelola perekonomian ke depan melalui restrukturisasi ekonomi.
Secara politik dan ekonomi, Indonesia lemah dan tidak ada kaitannya dengan invasi Rusia ke Ukraina.
(arh)
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul "Alasan Amerika Serikat Masih Diam Tak Bantu Ukraina Saat Diserang Rusia, Ukraina Merasa Sendirian."