Terkini Daerah

P2TP2A Sebut Kondisi Santriwati Korban Rudapaksa Memburuk Gara-gara Berita yang Heboh

Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HW (36), guru di Bandung yang merudapaksa 13 santriwatinya hingga melahirkan 9 bayi.

TRIBUNWOW.COM - Perhatian media massa dan publik saat ini terus tertuju kepada kasus rudapaksa yang dilakukan oleh HW (36), seorang guru sebuah yayasan di Bandung, Jawa Barat.

Terungkap pada bulan Mei 2021 lalu, kasus ini baru mendapat perhatian pada akhir tahun 2021.

Total terdapat 21 santriwati yang menjadi korban rudapaksa tersangka dan ada sembilan anak telah dilahirkan dari hubungan korban dan tersangka.

Baca juga: Pilih Gadis Lugu untuk Dijadikan Santriwati, Guru Cabul di Bandung Buat Korban Terbiasa Diancam

Hebohnya pemberitaan tentang kasus HW bak pisau bermata dua.

Di satu sisi, publik jadi bisa mengawal berjalannya kasus ini agar tersangka diberikan vonis hukuman berat.

Namun di sisi lain, masifnya pemberitaan ini justru membuat kondisi para korban memburuk.

Dikutip dari YouTube metrotvnews, Jumat (10/11/2021), hal ini diungkapkan oleh Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Diah Kurniasari Gunawan.

Diah mengatakan, pada dasarnya, kondisi para santriwati dan anak mereka dalam kondisi sehat.

"Sebenarnya mereka sudah tenang, tapi karena ini beritanya muncul, mereka merasa terusik, dan mereka merasa down lagi," ujar Diah.

Untuk menangani hal ini, Diah telah berencana bersama psikolog kembali mendampingi korban agar kuat menghadapi tekanan ini.

Sampai saat ini sudah ada tiga korban yang kembali bersekolah.

Namun dua di antaranya ditolak gara-gara telah memiliki anak.

Diah menjelaskan, P22TP2A telah mengambil tindakan agar seluruh korban ke depannya bisa kembali melanjutkan studi mereka.

Simak videonya mulai menit ke-14.40:

Santriwati Jadi Alat Cari Uang

Pihak pengacara korban, Yudi Kurnia, menyampaikan hal yang bisa dibilang aneh dalam kasus ini. 

Itu adalah adanya bisikan misterius yang diberikan pelaku kepada korban. 

Bahkan, bisikan misterius itu bisa membuat korban luluh kepada pelaku.

"Kalau menurut keterangan dari anak-anak. Mereka itu awalnya menolak, tapi setelah si pelaku itu memberikan bisikan di telinga, korban jadi mau."

"Ada bisikan ke telinga korban dari pelaku setiap mau melakukan itu," ujar Yudi Kurnia saat di wawancarai LBH Serikat Petani Pasundan, Jumat (10/12/2021), dikutip dari Tribun Jabar.

Menurut pengakuan korban, bisikan itu disampaikan di dekat telinga korban. 

Namun, korban sendiri tidak mengetahui apa yang disampaikan oleh pelaku dan hingga kini masih menjadi misteri. 

"Korban juga seakan tidak mau melaporkan perbuatan pelaku ke orangtuanya, padahal dia setiap tahun pulang kampung," ucapnya.

Selain itu Yudi juga menyebut bahwa santri banyak menghabiskan waktunya untuk mencari donasi dibanding belajar. 

Mereka seperti dimanfaatkan dan diibaratkan sebagai mesin uang.

Setiap harinya santriwati tersebut ditugaskan oleh pelaku untuk membuat banyak proposal untuk menggaet donatur agar mau berdonasi untuk pesantren tersebut.

Hal itu sudah dilakukan bahkan sejak pesantren itu berdiri pada tahun 2016.

"Belajarnya tidak full 100 persen, menurut keterangan korban, dia sebetulnya setiap harinya bukan belajar. Mereka itu setiap hari disuruh bikin proposal. Ada yang bagian ngetik, ada yang bagian beres-beres. Proposal galang dana," ucap Yudi.

Baca juga: Direkam Satpam saat Mandi, Mahasiswi Bongkar Sikap UNM: Bilang Jangan Up di Media

Baca juga: Cerita Korban Erupsi Semeru Viral di Medsos, Nangis Tersedu-sedu Ungkap Rumah Dijarah saat Mengungsi

Di sana, guru tetap juga hanya pelaku yang berinisiall HW seorang. 

Guru lainnya tidak tetap dan hanya jarang-jarang datang ke pondok pesantren itu.

Hal yang lebih mengherankan adalah tidak ada guru perempuan di dalam pesantren yang mengurusi puluhan santriwati itu.

Saat kelakuan biadab pelaku terbongkar, diketahui ada 30 santriwati yang berada di pesantren tersebut.

"Dan laki-laki itu tinggal di sana mengajar di sana sendirian tanpa ada pengawasan pihak lain dan ini yang membuat dia melakukan berulang-ulang," ucapnya.

Kini pihaknya tengah memperjuangkan untuk menghukum pelaku dengan kebiri.

Hal ini, juga sesuai dengan keinginan keluarga korban yang menginginkan hal serupa.

 (TribunWow.com/Anung/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Lainnya

Artikel ini diolah dari Tribun Jabar yang berjudul Bisikan Misterius Herry Wirawan Sebelum Rudapaksa Santriwati, yang Menolak Langsung Menurut, Orangtua Korban Aksi Bejat Herry Wirawan Buka Suara, Ungkap Mengapa Sang Putri Tak Bicara soal Anak dan 6 FAKTA TERKINI Guru Rudapaksa Santri, Korban Bertambah, Istri Pelaku Tak Tahu, Jadi Sorotan Dunia serta Kompas.com dengan judul "Kisah Pedih Santriwati Korban Guru Pesantren, Melahirkan Diantar Teman dan Menjaga Anak Sama-sama"