Terkini Internasional

Pandemi Covid-19 Memburuk, Putin Kaget Banyak Warga Rusia Tak Mau Vaksin hingga Liburkan Pekerja

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di negara tersebut terkait wabah Virus Corona di kediaman Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2020. Vladimir Putin mengaku terkejut banyak orang Rusia enggan vaksin dan memerintahkan warga untuk tidak bekerja selama seminggu karena pandemi memburuk pada Rabu (20/10/2021).

TRIBUNWOW.COM – Presiden Vladimir Putin memerintahkan warga Rusia untuk tidak bekerja selama seminggu secara nasional, di tengah tingginya kasus infeksi Covid-19 di negara tersebut, Rabu (20/10/2021).

Putin menyetujui rencana pemerintah untuk mendeklarasikan 'minggu tidak bekerja' di seluruh negeri mulai 30 Oktober mendatang.

“Tujuan utamanya adalah untuk melindungi kehidupan dan kesehatan warga kami,” kata Putin dalam pertemuan yang disiarkan televisi, dikutip dari AFP, Kamis (21/10/2021).

Rusia mencatat rekor kematian 1.028 jiwa dalam satu hari, jumlah tertinggi sejak awal pandemi pada Rabu (20/10/2021). (AFP/Alexander NEMENOV)

Baca juga: Rusia Cetak Rekor Tertinggi hingga 1.002 Kematian akibat Covid-19 dan 33 Ribu Infeksi Baru

Baca juga: Keracunan Massal, 29 Orang Tewas seusai Konsumsi Minuman Keras Palsu Mengandung Metanol di Rusia

Kepala Kremlin yang berusia 69 tahun itu juga menyebut keparahan pandemi Covid-19 di Rusia, terkait dengan tingkat vaksinasi di negara itu yang terhitung rendah.

Rusia mencatat rekor kematian 1.028 jiwa dalam satu hari, jumlah tertinggi sejak awal pandemi.

Putin mengatakan dia terkejut dengan banyaknya orang Rusia yang menolak vaksinasi, bahkan termasuk teman-teman terdekatnya.

“Aneh. Orang dengan pendidikan bagus, gelar ilmiah. Saya hanya tidak mengerti apa yang terjadi.”

Beberapa kali Putin sudah meminta warga Rusia untuk segera mendapatkan suntikan Covid-19 dan kembali menegaskan hal tersebut dalam pertemuannya.

“Tolong, tunjukkan tanggung jawab,” katanya.

Negara itu mencatat lebih dari 34.000 kasus infeksi Covid-19 baru dengan total 226.353 kematian pada Rabu (20/10/2021).

Tingkat kematian akibat virus corona di Rusia, menjadi yang tertinggi di kawasan Eropa saat ini.

Jumlah infeksi telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir di tengah program vaksinasi yang terhenti.

Hanya 35 persen dari sekitar 146 juta penduduk Rusia yang sudah diinokulasi penuh, meskipun beberapa vaksin tersedia secara luas, termasuk Sputnik V.

Pihak berwenang Rusia telah dituduh mengecilkan skala pandemi, dan Putin mengatakan kepada otoritas regional untuk tidak melaporkan jumlah kasus Covid-19 yang lebih rendah.

Dia menyebut aksi tersebut “berbahaya.”

Meskipun Rusia pada Agustus 2020 menjadi negara pertama di dunia yang mengesahkan vaksin virus corona dan memiliki persediaan yang cukup, ada keengganan di antara warganya untuk melakukan vaksinasi.

"Hanya ada dua cara untuk melewati periode ini, sakit atau menerima vaksin," desak Putin, dikutip dari AP News, Kamis (21/10/2021).

“Lebih baik mendapatkan vaksin. Mengapa menunggu penyakit dan konsekuensi seriusnya? Harap bertanggung jawab dan ambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri sendiri, kesehatan Anda, dan orang-orang terdekat Anda.”

Putin menjelaskan orang-orang terdekatnya yang tak mau divaksinasi, sebelumnya mengatakan kepadanya bahwa mereka akan mendapatkan suntikan setelah presiden Rusia itu melakukannya.

Namun, seusai Putin mendapatkan dua dosis vaksin Sputnik V sejak awal tahun ini, orang-orang tersebut justru terus menunda imunisasinya.

“Kami memiliki vaksin yang andal dan efisien. Vaksin benar-benar mengurangi risiko penyakit, komplikasi serius, dan kematian,” katanya.

Dia menyetujui proposal Kabinet yang memberikan dua hari cuti berbayar kepada mereka yang mendapatkan suntikan untuk membantu mendorong vaksinasi.

Rusia berada di posisi kelima di dunia terkait jumlah kematian resminya akibat Covid-19, menyusul Amerika Serikat, Brasil, India, dan Meksiko. (AFP/Kirill KUDRYAVTSEV)

Minggu libur bekerja seharusnya membantu membatasi penyebaran virus corona di Rusia, karena menjauhkan orang dari kantor dan transportasi umum yang ramai.

Namun, Moskow dan banyak kota lain tidak membatasi akses ke restoran, kafe, bar, teater, dan pusat kebugaran.

Wakil Perdana Menteri Tatyana Golikova yang memimpin gugus tugas virus corona, menekankan bahwa minggu non-kerja harus menyiratkan pembatasan akses ke restoran, teater, dan tempat hiburan lainnya.

Baca juga: Penembakan di Universitas Rusia Tewaskan 8 Orang dan 24 Terluka, Ini Kronologinya

Baca juga: Disebut akan Kejutkan Rusia, Ribuan Video Rudapaksa di Penjara Dibocorkan Mantan Narapidana Anonim

Dia juga menambahkan bahwa otoritas regional diperkirakan akan memberlakukan pembatasan.

Golikova secara khusus mendesak warga Rusia untuk menahan diri dari bepergian ke daerah lain selama periode tersebut, dan menekankan perlunya kerabat mereka yang terinfeksi untuk tinggal di rumah.

Meningkatnya infeksi virus corona, memaksa beberapa otoritas regional untuk menangguhkan layanan medis tertentu.

Itu karena fasilitas perawatan kesehatan lebih difokuskan pada pasien penderita Covid-19.

Golikova menekankan bahwa sebagian besar dari mereka yang meninggal baru-baru ini tidak divaksinasi.

Dia mengatakan 87 persen tempat tidur rumah sakit yang dialokasikan untuk pasien Covid-19 telah terisi, dengan jumlah mencapai 95 persen di beberapa provinsi.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengakui situasinya “sangat menyedihkan,” mencatat bahwa tingkat vaksinasi di wilayah tersebut sangat rendah.

Hingga saat ini, Kremlin masih mengesampingkan kebijakan lockdown seperti yang terjadi di awal pandemi, yang juga memberikan pukulan berat bagi ekonomi dan melemahkan popularitas Putin.

Gugus tugas pemerintah telah mencatat lebih dari 8 juta total infeksi Covid-19.

Sementara Rusia berada di posisi kelima di dunia terkait jumlah kematian resminya, menyusul Amerika Serikat, Brasil, India, dan Meksiko. (TribunWow.com/Alma Dyani P)

Berita terkait Rusia lain