TRIBUNWOW.COM – Seorang balita berusia dua tahun di Florida, Amerika Serikat (AS) menembak ibunya hingga tewas saat dia sedang menghadiri rapat virtual via Zoom dengan rekan kerjanya.
Ayah dari anak tersebut didakwa atas tuduhan pembunuhan karena kelalaian serta tuduhan penyimpanan senjata api yang tidak aman.
Dilansir dari Daily Mail, Departemen Kepolisian Altamonte Springs mengumumkan penangkapan Veondre Avery sehubungan dengan kematian Shamaya Lynn.
Baca juga: Penembakan di Sekolah AS, Siswa 18 Tahun yang Jadi Pelaku Sempat Melarikan Diri, 4 Orang Terluka
Baca juga: Diduga Kesal karena Dipecat, Karyawan Bersenjata Serang Supermarket, Tewaskan 1 Orang dan 12 Terluka
Veondre Avery yang berusia 22 tahun dilaporkan menyimpan senjata api yang terisi peluru di ransel dengan gambar serial anak-anak, ‘Paw Patrol’, tanpa pengaman.
Menurut sebuah pernyataan dari Kantor Kejaksaan Negara Seminole-Brevard, Lynn yang berusia 21 tahun sedang melakukan pertemuan virtual menggunakan Zoom di kamar tidurnya di apartemen yang terletak di Spanish Trace pada 11 Agustus lalu.
Saat itu, putranya yang masih balita menemukan pistol Avery di dalam ransel yang tergeletak di lantai dan berdiri di belakang ibunya, sebelum kemudian melepaskan tembakan.
Lynn meninggal dunia setelah tembakan itu mengenai kepalanya.
Sementara, ketika kejadian, Avery sedang tidak ada di rumah.
"Bukti forensik dengan jelas menetapkan bahwa anak itu memiliki dan menembakkan senjata secara mandiri," kata jaksa.
Rekan kerja Lynn lantas menghubungi 911 dan meminta aparat memeriksa keadaan wanita itu, seusai mendengar suara keras serta melihat Lynn terjatuh ke belakang.
Kepolisian kemudian juga menerima panggilan 911 dari Avery yang baru saja kembali ke rumahnya dan melihat Lynn tergeletak di kamar tidur.
“Cepat! Cepat!” kata Avery memohon kepada operator darurat untuk segera datang menolong Lynn.
“Saya benar-benar baru saja pulang, dan pacar saya ada di depan komputer, ada darah di mana-mana,” tambahnya.
Operator menginstruksikan Avery untuk melakukan CPR, dan menyuruhnya untuk meletakkan Lynn di lantai.
“Ya Tuhan, ada darah di mana-mana,” katanya.
Baca juga: Penembakan di Universitas Rusia Tewaskan 8 Orang dan 24 Terluka, Ini Kronologinya
Baca juga: Baku Tembak Mematikan Terjadi saat Aksi Protes di Jalanan Beirut, 6 Orang Tewas dan 30 Terluka
Ketika petugas polisi tiba di apartemen yang terletak di Altamonte Spring, utara Orlando, mereka menemukan Avery memberikan pertolongan pertama kepada Lynn.
Tenaga medis yang mendatangi apartemen menyatakan Lynn telah meninggal di tempat kejadian.
Menurut berita kematiannya, Lynn membantu menghidupi kedua putranya dengan bekerja dari rumah untuk sebuah perusahaan sepatu.
Kedua putra Lynn dan Avery telah dalam perawatan anggota keluarga sejak penembakan itu, menurut kepolisian.
Jaksa Wilayah Dan Faggard menyatakan tanggal persidangan Avery belum ditetapkan, dikutip dari AFP.
Meski kasus penembakan cukup sering terjadi di AS, tetapi peristiwa di mana anak-anak memainkan senjata api hingga tidak sengaja menembak, tidak pernah terjadi di negara tersebut.
Pada akhir September, seorang anak laki-laki berusia dua tahun di Texas, secara tidak sengaja menembak dirinya sendiri setelah menemukan pistol yang ada di dalam ransel seorang kerabat.
"Setiap tahun, ratusan anak-anak di Amerika Serikat mendapatkan akses ke senjata tanpa pengaman yang disimpan di lemari dan laci nakas, di ransel dan dompet, atau ditinggalkan begitu saja," kata sebuah laporan yang diterbitkan oleh Everytown For Gun Safety, sebuah kelompok advokasi kontrol senjata api.
Menurut organisasi tersebut, penembakan yang tidak disengaja oleh anak di bawah umur telah menyebabkan 879 kematian sejak 2015 dan terhitung terdapat 114 pada tahun ini. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait Amerika Serikat lain