TRIBUNWOW.COM - Sejak Perusahaan Farmasi Merck mengumumkan hasil awal uji klinis tahap tiga dari obat bernama Molnupiravir efektif untuk mengobati Covid-19, banyak pihak di dunia yang menunggunya.
Pasalnya, obat tersebut merupakan obat berbentuk pil pertama dan diyakini dapat mengubah pandemi Covid-19.
Pakar Farmasi yang merupakan Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, juga menyambut baik kehadiran Molnupiravir.
Baca juga: Punya Potensi, Peneliti di Inggris Uji Vitamin A untuk Obati Kehilangan Penciuman Akibat Covid-19
Baca juga: Gumpalan Darah Mikro Juga Dianggap Sebabkan Long Covid dan Mungkin Terjadi saat Isolasi Mandiri
"Kalau dari data yang di laman Marck memang baik, meski belum diterbitkan di jurnal ilmiah," kata Zullies kepada Kompas.com, Selasa (5/10/2021).
"Datanya itu memang baik, sampai-sampai mereka (Marck) tidak harus melakukan uji klinis sampai akhir," imbuhnya.
"Karena (rencana awal melibatkan) 1.850 responden, sementara ini baru melibatkan 762 subyek dan hasilnya baik, kemudian mereka akan melanjutkan sampai 1.500 orang tapi FDA (Food and Drug Administration AS) sudah menyarankan untuk tidak perlu melanjutkan karena hasilnya sudah baik, sehingga sekarang bersiap mengajukan EUA (emergency use authorization).
Jika FDA mengizinkan, Molnupiravir akan menjadi obat berbentuk pil pertama yang secara resmi bisa diresepkan untuk Covid-19.
Sejumlah negara, bahkan banyak negara tetangga Indonesia juga banyak melirik untuk bisa mendapat obat antivirus tersebut.
Misalnya Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, dan Australia.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin lantas buka suara terkait ramainya perbincangan soal obat oral Molnupiravir terapi Covid-19 pada pasien yang isolasi mandiri.
Baca juga: Perhatikan! Ini Daftar yang Perlu dan Jangan Dilakukan setelah Mendapat Vaksin Covid-19
Dia mengatakan akan mengkaji segala pengobatan baru untuk Covid-19, baik itu Molnupiravir atau jenis pengobatan lain.
"Kementerian Kesehatan terus bekerja sama dengan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan rumah sakit-rumah sakit vertikal untuk melakukan review dari semua obat-obatan baru," katanya dalam Konferensi Pers Harian yang ditayangkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Senin (4/10/2021).
Bagaimana Cara Kerjanya?
Obat ini merupakan antivirus yang dimaksudkan untuk meredakan gejala dan memperpendek durasi infeksi virus.
Mereka bekerja dengan mengganggu kemampuan virus untuk bereplikasi dan menyebar di dalam tubuh.
“Jika Anda memiliki kunci metafora untuk digunakan dalam replikasi virus ini, Anda dapat menghambat kemampuan virus untuk menyebar secara eksponensial,” jelas Ashwin Balagopal, seorang dokter penyakit menular di Universitas Johns Hopkins.
Obat itu tampaknya efektif melawan setidaknya tiga varian, termasuk Delta. Merck mengumumkan temuan tersebut dalam siaran pers 1 Oktober. Data lengkap akan datang.
Nantinya, Molnupiravir akan diminum dua kali sehari selama lima hari berturut-turut sejak pasien dinyatakan terinfeksi Covid-19.
Molnupiravir dimaksudkan untuk mengobati orang dengan kasus Covid-19 ringan atau sedang di rumah atau sebelum mereka membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Dalam uji coba Fase III Merck, semua peserta mulai meminum pil dalam lima hari pertama gejala.
Sementara obat ini juga sedang dipelajari pada pasien yang dirawat di rumah sakit, para ilmuwan berpikir bahwa semakin dini orang diobati dengan pil, semakin baik.
Ada juga yang menyatakan bahwa obat ini tidak efektif terhadap pasien yang sudah sakit parah atau mengalami gejala berat.
“Tujuan dari antivirus oral adalah Anda dapat mempersingkat perjalanan penyakit dengan merawat orang lebih awal, mencegah mereka dari keharusan pergi ke rumah sakit, dan berpotensi meredakan penyakit sejak dini bagi jutaan orang,” kata Balagopal.
Individu dengan gejala Covid kemungkinan akan membutuhkan hasil tes positif untuk mendapatkan resep dari dokter mereka.
Dalam hasil yang dirilis Merck, obat ini juga disebut relatif aman dari efek samping.
Beberapa efek samping terjadi pada kedua kelompok dalam uji coba Fase III, tetapi lebih sering terjadi pada mereka yang menerima plasebo, yang berarti kemungkinan besar akibat Covid-19 dan bukan obat.
Peneliti akan terus mempelajari obat pada partisipan. Dalam hasil uji coba tahap awal molnupiravir yang diterbitkan awal tahun ini, obat tersebut terbukti aman dan dapat ditoleransi dengan baik.
Molnupiravir masih dipelajari dalam uji klinis dan belum mendapat persetujuan regulator.
Merck, mengharapkan untuk menghasilkan 10 juta program pengobatan pada akhir tahun 2021, dengan lebih banyak dosis datang pada tahun 2022.
Pemerintah Amerika Serikat sendiri telah memesan 1,7 juta program obat.
Sejumlah pil antivirus lain untuk Covid-19 juga sedang dipelajari dalam uji klinis, termasuk yang dari Atea Pharmaceuticals dan Roche, serta Pfizer. (TribunWow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya
Sebagian Artikel Ini diolah dari Kompas.com yang berjudul Ahli Farmasi Optimistis Molnupiravir Bisa Jadi Alternatif Penanganan Covid-19