TRIBUNWOW.COM - Sebuah studi baru yang dipublikasi di jurnal Brain dan diterbitkan oleh Oxford University Press, menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 dapat memicu sindrom Guillain-Barre (GBS).
Mereka menjelaskan jika GBS adalah gangguan autoimun di mana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang saraf.
Sindrom tersebut bisa menyebabkan kelemahan otot dan kadang-kadang kelumpuhan.
Baca juga: Jenis Kadar Protein Ini Disebut Berpengaruh Terhadap Tingkat Keparahan Covid-19, Simak Penjelasannya
Baca juga: Kenali Apa Itu Sepis, Bisa Terjadi saat Isolasi Mandiri dan Jadi Masalah Serius pada Pasien Covid-19
Penyakit ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu hingga beberapa tahun.
Dilansir dari News Wise, dijelaskan jika penyakit ini relatif jarang, tercatat di Amerika Serikat sekitar 3.000 hingga 6.000 orang mengalami kondisi ini setiap tahun.
Disebutkan juga beberapa yang mengalami sindrome tersebut bisa mengalami sakit parah.
Kondisi ini dipicu oleh infeksi bakteri atau virus akut, dan belakangan diketahui termasuk Virus Corona.
Sejak awal pandemi, dokter telah melaporkan lebih dari 90 diagnosis GBS yang diduga berkaitan dengan infeksi Covid-19.
Namun, apakah Covid-19 merupakan pemicu infeksi potensial lain atau apakah hanya kebetulan, saat itu belum bisa dipahami dengan baik.
Menggunakan data secara internasional pasien GBS yang dihimpun oleh International GBS Outcome Study (atau IGOS), para peneliti mempelajari pasien dari 30 Januari hingga 30 Mei 2020.
Baca juga: Waspada saat Isolasi Mandiri, Ini 2 Sebab Kematian Utama Pasien Covid-19 Anak Menurut Riset IDAI
Sekitar 49 pasien sindrom Guillain-Barre ditambahkan ke penelitian selama periode ini dari Cina, Denmark, Prancis, Yunani, Italia, Belanda, Spanyol, Swiss, dan Inggris Raya.
Dalam studi kohort ini, 22 persen pasien GBS yang termasuk selama 4 bulan pertama pandemi merupakan pasien Covid-19 yang baru sembuh.
Pasien-pasien ini berusia di atas 50 tahun dan pasien sering (65%) mengalami kelumpuhan wajah dan (64%) memiliki bentuk demielinasi GBS.
Demielinasi adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kerusakan pada lapisan pelindung (selubung mielin) yang mengelilingi serabut saraf di otak, saraf optik, dan sumsum tulang belakang. S
aat masuk rumah sakit, 73 persen pasien GBS dengan infeksi Covid-19 mengalami peningkatan penanda inflamasi.
Semua pasien ini memenuhi kriteria diagnostik untuk GBS dan Covid-19.
Namun, para peneliti di sini menekankan bahwa mereka tidak menemukan lebih banyak pasien yang didiagnosis dengan sindrom Guillain-Barre selama empat bulan pertama pandemi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara infeksi Covid-19 dan GBS.
Tetapi, penelitian juga menyebut infeksi Covid-19 bisa memicu pasien atau penyintas akan memicu GBS.
Meskipun kemungkinan itu berada di angka yang rendah.
“Studi kami menunjukkan bahwa Covid-19 dapat memicu sindrom Guillain-Barre dalam kasus yang jarang terjadi," kata Bart C. Jacobs, salah satu penulis makalah.
“Tetapi keberadaan hubungan atau hubungan sebab akibat yang sebenarnya masih perlu ditetapkan.”
Sementara itu, GBS juga pernah dikaitkan dengan efek samping vaksinasi Covid-19.
Bahkan itu telah terdaftar oleh badan pengawas kesehatan Eropa sebagai efek samping yang disebut sangat langka dari vaksin AstraZeneca.
Vaksin Johnson & Johnson melawan Covid, yang dikembangkan menggunakan teknologi yang sama dengan AstraZeneca, juga diketahui memiliki daftar efek samping GBS baru-baru ini.
Sebuah studi, yang diterbitkan dalam jurnal medis peer-review Annals of Neurology pada bulan Juni, menggambarkan varian yang tidak biasa dari sindrom Guillain-Barre yang ditandai dengan kelemahan wajah yang menonjol dalam tujuh kasus dari pusat medis regional di Kerala, India.
Kasus terjadi dalam waktu dua minggu dari dosis pertama vaksinasi.
"Enam dari tujuh pasien berkembang menjadi quadriplegia areflexic dan membutuhkan dukungan ventilasi mekanis," kata Boby Varkey Maramattom, dari Departemen Neurologi, Aster Medcity, Kochi, Kerala.
"Frekuensi GBS 1,4 hingga 10 kali lipat lebih tinggi dari yang diperkirakan pada periode ini untuk populasi sebesar ini."
Selain itu, frekuensi kelemahan wajah bilateral, yang biasanya terjadi pada kurang dari 20 persen kasus GBS, menunjukkan sebuah pola. terkait dengan vaksinasi." (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya