Virus Corona

Cukup Isolasi Mandiri, Covid-19 Disebut Tak Terlalu Pengaruhi Fungsi Paru-paru pada Remaja

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasien Covid-19 melambaikan tangan di Rumah Singgah Isolasi Mandiri, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/1/2021). Pasien Covid-19 remaja disebut memiliki kemungkinan kecil alami kerusakan paru-paru.

TRIBUNWOW.COM - Satu kabar baik disampaikan dalam acara Kongres Internasional European Respiratory Society, Barcelona, Spanyol.

Peneliti yang berkesempatan melakukan presentasi disana menyampaikan temuannya dan mengungkap jika remaja dan anak-anak memiliki risiko yang rendah mengalami penurunan fungsi paru-paru setelah terinfeksi Covid-19.

Bahkan, hal itu berlaku jika remaja atau anak-anak tersebut memiliki asma. 

Baca juga: 6 Makanan Ini Disebut Bisa Bantu Lawan Gejala Kelelahan seusai Isolasi Mandiri Covid-19

Baca juga: Lendir Sulit Dikeluarkan saat Batuk, Coba Lakukan Hal Ini ketika Isolasi Mandiri Covid-19

Sayangnya, meski begitu, mereka masih bisa mengalami fenomena long Covid, di mana ada gejala berkepanjangan hingga empat minggu atau lebih. 

"Analisis kami menunjukkan fungsi paru-paru tetap sama terlepas dari riwayat Covid-19," kata Ida Mogensen, MD, Staf Pengajar di Institut Karolinska di Stockholm, dan penulis utama penelitian tersebut, dikutip dari Pharmacy Times.

“Ketika kami memasukkan 123 peserta dengan asma dalam analisis, 24 persen yang memiliki Covid-19 cenderung memiliki fungsi paru-paru yang sedikit lebih rendah, tetapi ini tidak signifikan secara statistik.”

Ini memang bukan analisis yang dilakukan terhadap seluruh remaja yang terinfeksi Covid-19.

Penelitian ini menggunakan data dari 661 orang remaja dengan rata-rata usia 22 tahun.

27 persen dari 661 peserta memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2, yang menunjukkan mereka pernah terinfeksi Covid-19.

Para peneliti mengukur FEV1, kapasitas vital paksa (FVC) atau volume udara di paru-paru yang dapat dihembuskan setelah menarik napas sedalam mungkin, dan rasio FEV1/FVC, yang merupakan indikator penyempitan saluran udara.

Mereka menghitung perubahan fungsi paru-paru antara periode sebelum dan sesudah infeksi, dan membandingkan persentase perubahan itu dengan peserta yang tidak terinfeksi.

Baca juga: Dianjurkan Tidak Konsumsi Garam Berlebih saat Isolasi Mandiri Covid-19, Ternyata Ini Dampaknya

Menurut penelitian, tidak ada perbedaan tingkat eosinofil, indikator peradangan, respons alergi, atau penggunaan kortikosteroid inhalasi di antara peserta yang menderita Covid-19.

“Hasil ini meyakinkan bagi orang remaja, namun, kami akan terus menganalisis data dari lebih banyak orang, ”kata Mogensen dalam rilisnya.

“Secara khusus, kami ingin melihat lebih dekat pada penderita asma karena kelompok dalam penelitian ini cukup kecil. Kami juga ingin tahu apakah lamanya waktu setelah infeksi itu penting, serta tingkat keparahan penyakit dan gejalanya.”

Penelitian yang sama juga dilakukan pada anak-anak dan remaja. 

Dilansir dari CNN, Anne Schlegtendal, MD, Spesialid Pediatrik di Rumah Sakit Anak Universitas di Ruhr-University-Bochum di Bochum, Jerman, dan rekannya mengevaluasi 73 anak dan remaja berusia 5 hingga 18 tahun.

Evaluasi tesebut dilakukan dari Agustus 2020 hingga Maret 2021 untuk menilai efek jangka panjang pada penyintas Covid-19.

“Ada banyak bukti yang bervariasi tentang gejala yang bertahan setelah Covid-19 pada anak-anak,” kata Schlegtendal selama presentasinya.

Gejala paling sering dilaporkan jika anak-anak mengalami long Covid adalah kelelahan kronis.

Pada orang dewasa, penurunan fungsi paru bisa menjadi salah satu penyebab penyintas Covid-19 mengalami long Covid. 

Pemulihan paru biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk kembali seperti sedia kala. 

“Pada orang dewasa, fungsi paru dapat menunjukkan penurunan nilai spirometri dan kapasitas difusi jangka panjang.”

Para peneliti melakukan pencucian multi-nafas, plethysmography tubuh, dan pengujian kapasitas difusi setelah rata-rata 2,6 bulan setelah Covid-19.

Hasil ini dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 45 anak yang tidak memiliki Covid-19 tetapi mungkin memiliki infeksi lain.

Para peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam frekuensi tes fungsi paru abnormal pada peserta dengan dan tanpa Covid-19.

Karena itu, para peneliti menyimpulkan jika fungsi paru jarang terganggu pada anak-anak dan remaja setelah Covid-19.

Kecuali mereka yang mengalami infeksi yang sangat parah, baik itu infeksi Covid-19 atau masalah pernapasan lain.

“Tingkat keparahan infeksi terbukti menjadi satu-satunya prediktor untuk perubahan fungsi paru-paru ringan, dan ini tidak tergantung pada infeksi Covid-19,” kata Schlegtendal dalam rilisnya.

Tetapi anak juga masih bisa mengalami long Covid, dan mengalami gejala sesak napas.

Namun, gejala sesak napas tidak dikaitkan dengan penurunan fungsi paru-paru.

Perbedaan antara gejala pernapasan persisten dan fungsi paru normal menunjukkan patologi mendasar yang berbeda seperti pernapasan disfungsional.

“Perbedaan antara masalah pernapasan yang terus-menerus dan fungsi paru-paru normal menunjukkan mungkin ada perbedaan yang berbeda penyebab utama, seperti pernapasan disfungsional, yang merupakan masalah yang juga telah diidentifikasi pada orang dewasa.” (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya