Virus Corona

Penjelasan WHO soal Prediksi Pandemi Covid-19 yang Disebut Bisa Berakhir Tahun 2022

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Elfan Fajar Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Penjelasan WHO soal Prediksi Pandemi Covid-19 yang Disebut Bisa Berakhir Tahun 2022

TRIBUNWOW.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pandemi Covid-19 belum bisa berakhir hingga setidaknya pertengahan tahun 2022. 

Karena itu, WHO juga menyatakan kekecewaannya terhadap negara-negara yang telah menyatakan bahwa akan berdampingan terhadap Covid-19. 

Dikutip dari Newsweek.com, WHO sebelumnya telah menetapkan wabah Covid-19 sebagai pandemi sejak Maret tahun 2020. 

Baca juga: Tidak Rugi, Inilah Manfaat bagi Pendonor Plasma Konvalesen untuk Pasien Covid-19

Baca juga: Kasus Covid-19 Tetap Tinggi meski Sudah Banyak yang Divaksin, Berikut Penjelasannya dari Dokter

Mereka juga menyakini bahwa vaksinasi menjadi kunci keberhasilan untuk mengakhiri kematian dan kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh virus. 

Namun, WHO telah menyatakan kekecewaan dengan kegagalan negara-negara untuk membantu memvaksinasi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Hal itu dianggap sebagai upaya dalam mencegah pandemi Covid-19 berakhir. 

Pada hari Rabu (21/7/2021), Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan tujuan global untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara pada bulan September.

Ghebreyesus berharap mencapai 40 persen pada akhir tahun dan kemudian 70 persen pada pertengahan tahun depan.

"Ini adalah tonggak penting yang harus kita capai bersama untuk mengakhiri pandemi," kata Ghebreyesus.

"[Pandemi] akan berakhir ketika dunia memilih untuk mengakhirinya, karena solusinya ada di tangan kita."

Baca juga: Ada Hoaks Labu Kuning Bisa Sembuhkan Covid-19, Ternyata Ini Manfaatnya Bagi Kesehatan

Baca juga: Orang dengan Komorbid Punya Risiko Tinggi Terinfeksi Covid-19, Bolehkah Menapat Vaksin?

Ghebreyesus menilai vaksinasi yang berjalan saat ini hanya terkonsenterasi di beberapa negara saja. 

Hingga kini telah lebih dari 2 miliar orang mendapat vaksinasi Covid-19, yang setara dengan sekitar seperempat dari populasi global.

Hal itu masih dianggap jauh dari target 70 persen yang dibutuhkan untuk mencapai potensi kekebalan kelompok.

WHO menyatakan pandemi tidak akan berakhir sampai setidaknya 70 persen populasi di dunia telah divaksinasi Covid-19.

Ketidakadilan vaksin yang terjadi telah disebut sebagai kegagalan moral mengalahkan diri sendiri secara epidemiologis dan ekonomis.

Pakar kesehatan telah menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi yang rendah di wilayah tertentu di dunia dapat memungkinkan virus menyebar dan meningkatkan kemungkinan pembentukan mutasi menjadi varian baru.

Hingga kini vaksin yang ada masih dinilai efektif untuk melawan varian baru yang semakin cepat menular.

Tetapi, semakin banyak mutasi yang muncul, semakin besar kemungkinan seseorang dapat lolos dari perlindungan vaksin.

Jika itu terjadi, Ghebreyesus memperingatkan bahwa vaksin baru harus dikembangkan dan seluruh dunia harus divaksinasi ulang.

Baca juga: Pahami 5 Fakta Covid-19 Varian Lambda, Apakah Lebih Mengancam Dibandingkan dengan Delta?

Amerika Serikat hampir mencapai 70 persen total populasi yang telah mendapat vaksin, tetapi ada perbedaan yang signifikan antar negara bagian.

Sepuluh negara bagian disebutkan tidak diproyeksikan untuk memvaksinasi 70 persen populasi mereka hingga 2022.

Sedangkan Amerika masih menjadi penyumbang kasus Covid-19 terbayak di dunia, dan negara-negara dengan tingkat vaksinasi rendah yang mengalami lonjakan kasus.

Beberapa daerah di mana kasus meningkat, seperti Los Angeles, memberlakukan kembali protokol kesehatan yang ketat.

Para pejabat di sana juga telah memperingatkan bahwa jika tingkat vaksinasi tidak naik, mereka akan memberlakukan kembali pembatasan.

Ghebreyesus melanjutkan, untuk mencapai target vaksinasi 70 persen dari populasi setiap negara membutuhkan 11 miliar dosis vaksin.

Untuk mengisi kesenjangan dalam pasokan vaksin dalam waktu singkat, Ghebreyesus mengatakan negara-negara kaya perlu mulai berbagi dosis daripada menimbun dan melakukan suntikan booster hanya jika diperlukan.

"Ada banyak penyakit yang membuat kami kekurangan vaksin, tes yang baik, dan perawatan yang efektif, tidak demikian untuk Covid-19. Kami memiliki semua alat yang kami butuhkan," kata Ghebreyesus.

"Itu berarti mengakhiri pandemi pada dasarnya bukanlah ujian penemuan ilmiah, kekuatan finansial, atau kecakapan industri; ini adalah ujian karakter." (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya