Vaksin Covid

Penyintas Covid-19 Tak Perlu Divaksin Lagi, Ahli WHO Tetap Sarankan: Terutama bagi Prioritas

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi vaksin Covid-19. WHO menyarankan penyintas Covid-19 tetap terima vaksin.

TRIBUNWOW.COM - Kementerian Kesehatan Indonesia menetapkan penyintas Covid-19 tidak perlu lagi menerima vaksin.

Dilansir TribunWow.com, peneliti World Health Organization (WHO) Soumya Swaminathan menjelaskan fakta di balik regulasi ini.

"Kita tahu bahwa kebanyakan orang yang mengidap Covid-19 telah mengembangkan sistem respons imun," kata Soumya, dalam laman resmi who.int.

ILUSTRASI VAKSIN - Sebanyak 17 tenaga medis yang terdiri dari 5 tenaga medis dari Puskemas Gambir dan 12 tenaga medis dari Dinas Kesehatan menerima vaksin Covid-19 Sinovac di Puskesmas Gambir, Cideng, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2021). (WARTAKOTA/Henry Lopulalan)

Baca juga: Beredar Isu Vaksin AstraZeneca Sebabkan Penggumpalan Darah, Kemenkes Bantah: Tidak Berhubungan

Ia menjelaskan ada sekelompok penderita Covid yang tidak mengalami gejala penyakit, sehingga tidak tahu bahwa dirinya menderita Covid-19.

Menurut Soumya, kelompok orang ini memiliki imun yang lebih rendah.

"Namun ada subkelompok orang, secara spesifik yang punya gejala infeksi sangat ringan, bahkan kadang tidak disadari, atau disebut asimptomatik," papar Kepala Peneliti WHO ini.

"Orang tersebut yang diketahui memiliki respons imun yang lebih rendah dibandingkan mereka yang mengalami gejala berat. Jenis kedua ini memiliki respons antibodi yang lebih baik," jelasnya.

Walaupun begitu, masyarakat yang termasuk golongan prioritas disarankan tetap menerima vaksin, meskipun sebelumnya pernah terjangkit Covid-19.

Pasalnya sistem imun tubuh akan merespons vaksin Covid-19 dan penyakit itu sendiri dengan cara yang sama.

Baca juga: Tensi Tinggi bagi Lansia saat Hendak Vaksin Covid-19? Ini Jawaban Kemenkes, Tunggu Dulu 30 Menit

"Secara umum, kami merekomendasikan orang yang harus menerima vaksin adalah yang termasuk dalam grup prioritas, tanpa perlu melihat apakah mereka pernah terinfeksi sebelumnya atau tidak," kata Soumya.

"Kabar baiknya adalah sistem imun akan mengenali antigen atau protein yang sama," lanjutnya.

Soumya menjelaskan sistem imun tubuh justru dapat mendeteksi Virus Corona dengan lebih baik.

"Jadi meskipun Anda sebelumnya terinfeksi (Covid-19) dan sekarang menerima vaksin, vaksin ini akan mendorong respons imun, seperti antibodi akan merespons dengan baik sama seperti respons sel T," terang Soumya.

"Jadi Anda akan lebih merasa yakin bahwa respons imun Anda lebih baik dan bertahan lebih lama," tambahnya.

Walaupun begitu, para peneliti belum dapat memastikan seberapa lama vaksin dapat melindungi tubuh dari virus.

"Tentu saja, seberapa lama imunitas ini akan bertahan adalah sesuatu yang masih diteliti. Kami belum mengetahui jawaban akan hal itu," ungkap Soumya.

"Namun untuk saat ini, kami merekomendasikan Anda menerima vaksin," katanya.

Lihat videonya mulai dari awal:

Kemenkes Bantah Isu Vaksin AstraZeneca Sebabkan Penggumpalan Darah

Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca disebut-sebut menyebabkan penggumpalan darah setelah disuntikkan.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi lalu mengklarifikasi isu tersebut.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia di TvOne, Senin (15/3/2021).

Baca juga: Heboh Isu Vaksin Covid-19 Sinovac akan Kedaluwarsa, Kemenkes Konfirmasi: Sudah Habis

Ia membenarkan ada sejumlah negara yang membatalkan penggunaan vaksin buatan AstraZeneca tersebut.

"Menurut ahli dari beberapa informasi ada enam negara yang sementara menghentikan pemberian vaksinasi dengan menggunakan vaksin dari merk AstraZeneca karena dugaan atau kecurigaan kejadian pascaimunisasi yaitu penggumpalan darah atau kita sebut sebagai clotting atau tromboemboli," papar Nadia.

Selain itu, ia menyebut Badan Pengawas Obat Eropa (European Medicines Agency alias EMA) telah mengungkapkan hasil penelitian mereka terhadap kecurigaan ini.

Ilustrasi vaksinasi. Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca disebut-sebut menyebabkan penggumpalan darah setelah disuntikkan. (Net)

Dapat dipastikan kasus penggumpalan darah itu tidak berhubungan dengan vaksin AstraZeneca.

Hal itu tampak dari jumlah kasusnya yang masih kecil dibandingkan vaksinasi yang berhasil tanpa efek samping.

"Tetapi kita tahu pada tanggal 11 Maret yang lalu Badan POM Eropa telah mengumumkan dan mereka telah mengkaji bahwa terjadinya pengentalan darah dengan kejadian setelah penyuntikan vaksin AstraZeneca ini tidak berhubungan," jelas Nadia.

"Angkanya juga masih jauh lebih kecil dibandingkan angka yang terjadi di masyarakat," lanjutnya.

Baca juga: Isi Formulir dan Pertanyaan untuk Vaksin Covid-19 Lansia di DKI Jakarta, Klik dki.kemkes.go.id

Walaupun begitu, dugaan ini masih perlu dikaji ulang.

"Sehingga kemudian Badan POM Eropa memastikan tidak ada hubungan antara terjadinya penggumpalan darah dengan vaksin AstraZeneca," kata Nadia.

"Tetapi mereka tetap memonitor lebih lanjut," tambahnya.

Dengan demikian, sejauh ini penggunaan vaksin AstraZeneca masih dianggap aman.

"Sampai saat ini penggunaan vaksin ini masih aman untuk dipakai," kata Nadia.

Nadia menyebut BPOM Indonesia sudah memberi izin darurat penggunaan vaksin buatan AstraZeneca.

Namun setelah beredar isu efek samping ini, untuk sementara penggunaan vaksin tersebut ditunda. (TribunWow.com/Brigitta)