TRIBUNWOW.COM - Beberapa waktu yang lalu, perhatian publik sempat tertuju kepada Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution yang terpilih menjadi kepala daerah pada Pilkada 2020 kemarin.
Keduanya menjadi sorotan karena merupakan keluarga besar Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), yang mana Gibran adalah putra Jokowi dan Bobby merupakan menantu.
Melihat fenomena ini, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof. Jimly Asshiddiqie menyebut Jokowi kini telah tenggelam dalam budaya feodal atau darah biru yang biasa digunakan sebagai istilah untuk menyebut keturunan bangsawan.
Baca juga: Sindir BW Kehabisan Argumen sampai Serang Jokowi, Ali Ngabalin: Masa Sih Tidak Pakai Hati?
Hal itu diungkapkan Jimly saat menjalani sesi podcast bersama Helmy Yahya di akun YouTube Helmy Yahya Bicara, 12 Maret 2021.
Jimly menyampaikan sampai saat ini Indonesia masih kental akan budaya feodalisme atau kerajaan.
Dirinya kemudian menyebutkan silsilah tokoh yang menjadi presiden di Indonesia, hampir semuanya memiliki garis keturunan yang istimewa.
Jimly menyebut mulai dari sang Proklamator Ir. Soekarno, lalu Megawati Soekarnoputri, kemudian Soeharto beserta istrinya.
Kemudian, Jimly juga menyinggung soal Habibie dan istrinya serta Gus Dur yang datang dari golongan para kyai.
"Kita ini punya presiden rata-rata darahnya ada biru-birunya semua," kata Jimly.
Bagi Jimly, satu-satunya sosok paling merakyat yang pernah menjadi Presiden RI adalah Jokowi.
"Menurut saya presiden yang darahnya paling merah itu Jokowi, karena dia orang pasar," kata dia.
"Dalam budaya politik Jawa, budaya pasar dan budaya kraton itu antara biru dan merah."
"Dia ini sangat merah, maka sebetulnya punya potensi untuk terus bersama rakyat, makannya dia suka blusukan," ungkap Jimly.
Namun menurut Jimly, Jokowi mulai berubah memasuki masa kepemimpinan periode kedua.
Jimly lalu mengungkit soal fenomena terpilihnya Gibran dan Bobby menjadi kepala daerah.
"Artinya, dia pun ikut tenggelam menikmati budaya biru itu, sehingga anaknya, mantunya gampang sekali terpilih (kepala daerah)," kata dia.
Ia mengatakan, sulit untuk merubah budaya feodal menjadi modern tanpa keseriusan.
"Maka kita butuh kesadaran para pemimpin, bukan hanya presiden," ujar Jimly.
Baca juga: Heran Jokowi Tak Tahu Pergerakan Moeldoko dalam KLB Demokrat, Pengamat Politik: Tidak Bertanya?
Simak videonya mulai menit ke-44.24:
Jokowi Kaget tapi Happy Saja
Di sisi lain, Partai Demokrat sampai saat ini terus menjadi sorotan publik, terlebih ketika Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko dipilih menjadi ketua umum (Ketum) partai melalui kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang.
Keberadaan kubu Moeldoko ditentang habis-habisan oleh kubu Demokrat yang dipimpin ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Menanggapi isu tersebut, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sempat kaget namun masih biasa-biasa saja.
Reaksi Jokowi itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dalam acara Mata Najwa, Rabu (10/3/2021).
Awalnya host acara Mata Najwa, Najwa Shihab mempertanyakan apakah Istana terganggu atau tidak dengan isu Demokrat yang saat ini dikaitkan dengan turunnya indeks demokrasi di Indonesia.
Mahfud mengiyakan, bahwa isu Demokrat saat ini merugikan negara secara keseluruhan.
"Mungkin merugikan citra negara, bukan hanya pemerintah," kata Mahfud.
Mahfud menambahkan, indeks persepsi demokrasi di Indonesia turun akibat masyarakat yang ribut satu sama lain, dan anti toleransi.
Terkait langkah Moeldoko, Mahfud menyebut hal itu adalah urusan pribadi Moeldoko.
Mahfud lalu menyoroti sikap Presiden Jokowi soal aksi Moeldoko.
Ia menyinggung soal jabatan Kepala KSP Moeldoko yang merupakan hak prerogatif Jokowi sebagai kepala negara.
Menurut penjelasan Mahfud, Jokowi tidak bereaksi berlebihan ketika mengetahui Moeldoko melakukan manuver politik terhadap Partai Demokrat.
“Tetapi kalau saya melihat kesan presiden, ya hepi-hepi saja, tuh," ujar Mahfud.
"Ya, (memang) dia kaget betul, ketika tahu bahwa Pak Moeldoko (terlibat)."
"Tetapi beliau tidak merasa ini merusak sesuatu gitu, tidak. Diam saja, tuh,” kata Mahfud.
Mahfud kemudian bercerita bahwa Mensesneg Pratikno mengatakan bahwasanya Jokowi terkejut mengetahui manuver politik Moeldoko.
Kendati demikian, Mahfud menyinggung soal kebiasaan Jokowi yang nampak tersenyum biasa tapi tiba-tiba mengambil langkah nyata.
"Nanti itu terserah Pak Jokowi, kadang kala Pak Jokowi itu kan senyum-senyum diam, tapi tindakannya muncul tiba-tiba," tandasnya.
Baca juga: Darmizal Sebut DPP Demokrat Tiap Bulan Minta Uang Pungutan, Kader: Simpan Tangisannya untuk Nanti
Simak videonya mulai menit awal:
(TribunWow.com/Anung)