Isu Kudeta Partai Demokrat

Bukan Moeldoko, Salim Said Sebut SBY yang Pertama Kudeta Demokrat: Kok Dipaksakan AHY Jadi Ketua

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof. Salim Said (kiri), dan Karni Ilyas (kanan). Salim Said menyebut SBY menjadi orang pertama yang melakukan kudeta di Partai Demokrat.

TRIBUNWOW.COM - Guru Besar Ilmu Politik Univeritas Pertahanan Indonesia, Prof. Salim Said buka suara soal kisruh kudeta Partai Demokrat saat ini.

Dilansir TribunWow.com, Salim Said menyebut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lah yang pertama kali melakukan kudeta di Partai Demokrat.

Ia lantas menyinggung posisi ketua umum Partai Demokrat yang kini diduduki putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube Karni Ilyas Club, Kamis (11/3/2021).

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam konferensi pers, Jumat (5/3/2021).  Prof Salim Said menyebut SBY orang pertama yang melakukan kudeta di Partai Demokrat. (YouTube Kompas TV)

Baca juga: Sri Mulyono Sebut SBY yang Bunuh Demokrasi di Demokrat: Mengondisikan Aklamasi AHY Calon Tunggal

Baca juga: Ruhut Sitompul Ungkap Alasan Keluar dari Demokrat, Mengaku Terkait Pilgub DKI Jakarta 2017

Salim Said mulanya membahas pengakuan Eks Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo.

Sebelumnya, Gatot mengaku sempat dihubungi sejumlah orang untuk mengudeta posisi AHY.

"Keterangan Gatot itu mengatakan bahwa dia yang dihubungi untuk kasarnya mengudeta Partai Demokrat," kata Salim Said.

"Gatot menolak, ada alasan moralnya dan alasannya bagus."

Salim Said menduga, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko terpilih seusai Gatot menolak tawaran kudeta.

Karena itu, Salim Said menyebut ada alasan khusus hingga sejumlah mantan kader Partai Demokrat beramai-ramai ingin menggulingkan AHY.

"Dan ternyata muncul Pak Moeldoko," ujar Salim Said.

"Jadi dugaan saya, yang mula-mula didekati itu Gatot Nurmantyo."

"Dia menolak, mereka mencari figur lain dan dapat Pak Moeldoko."

"Kenapa terjadi? Ini kan kayak orang ramai-ramai cari tokoh," lanjutnya.

Baca juga: Jawaban Moeldoko saat Ditanya Mahfud MD soal Keterlibatan di Kudeta Demokrat: Itu Kan Urusan Saya

Baca juga: Tak Ingin jadi Kacang Lupa Kulit, Ruhut Sitompul Sedih Moeldoko Dituduh Demokrat: Jangan Halu KLB

Sebagai seorang ilmuwan, Salim Said pun berupaya menyelidiki keributan yang kini dialami Partai Demokrat.

Ia mengatakaan, SBY lah orang pertama yang melakukan kudeta.

"Nah saya selidiki, sebagai ilmuwan politik, saya menghubungi orang-orang itu," jelas Salim Said.

"Jawaban mereka, yang melakukan kudeta pertama adalah Pak SBY terhadap orang Demokrat dan menjadikan anaknya ketua partai."

"Ini ada persoalan, caranya menurut orang-orang yang bikin KLB. Caranya adalah dibikin tidak terjadi kontroversi lalu putranya Pak SBY jadi ketua partai," sambungnya.

Lebih lanjut, Salim Said menyoroti terpilihnya AHY jadi ketua umum Partai Demokrat, 2020 lalu.

Menurut Salim Said, terpilihnya AHY sebagai ketua umum Partai Demokrat secara aklamasi tak bisa diterima sejumlah kader.

"Yang menarik berkali-kali Pak SBY mengkritik orang yang nepotisme mengangkat anaknya menjadi ketua partai menggantikan dirinya," jelas Salim Said.

"Jadi kata orang-orang itu 'Kita tidak pernah menduga Pak SBY mendorong anaknya yang masih muda itu'."

"Masih muda usianya, tentara pangkatnya Mayor, ketika partai lain yang sudah sukses semuanya jenderal."

"Itu juga faktor mengapa mereka kesal kok dipaksakan AHY menjadi ketua," tukasnya.

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-3.09:

Soal KLB Demokrat, Ruhut Tak Ingin Jadi Kacang Lupa Kulit

Di sisi lain, politikus PDIP Ruhut Sitompul mengakui dirinya merasa sedih dengan polemik Partai Demokrat yang menyeret nama Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (10/3/2021).

Diketahui Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara akhir pekan lalu.

Baca juga: Khawatirkan Nama Jokowi Dibawa-bawa, Ade Armando Dukung Moeldoko Mundur dari KSP: No Big Deal

Menurut Ruhut, sosok Moeldoko terlalu diserang oleh kubu Partai Demokrat yang tidak mendukung KLB Deliserdang.

"Kejadian ini, kenapa sih Pak Moeldoko terlalu dipojokkan? Bagi kita kader Partai Demokrat, bahkan kita terima kasih," singgung Ruhut Sitompul.

Meskipun kini berkiprah di PDIP, Ruhut mengaku tidak dapat melupakan Demokrat yang membesarkan namanya.

Ia menyinggung hal itu berkat jasa mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Tapi kacang tidak bisa lupa dengan kulit," jelas advokat senior ini.

"Saya terima kasih SBY ikut membesarkan saya. Saya die hard-nya SBY. Lawan politik mengatakan Ruhut anjing penjaga SBY dan Partai Demokrat, karena begitulah saya memperjuangkan Partai Demokrat," kata Ruhut.

Ruhut mengaku sedih melihat perpecahan Demokrat saat ini dengan dua versi ketua umum dan dua kubu yang berseberangan.

Baca juga: Tantang Dilakukan Polling Pemenang Antara AHY dan Moeldoko, Andi Mallarangeng: Saya Justru Kasihan

Selain itu, ia merasa sedih karena urusan internal partai dibawa ke publik.

"Hari ini aku menangis melihat dua tokoh Demokrat," ucap Ruhut.

"Kenapa ini kita bawa ke ruang publik? Ini yang saya sedih," jelasnya.

Ia mengaku sudah mengetahui adanya hal itu saat ada satu pihak di Demokrat yang memberitahu akan adanya perpecahan.

"Saya sedih. Saya waktu kawan-kawan ini cerita, saya ini orang hukum. Saya tahu AD/ART," tuturnya.

"Jangan-jangan halu ini kawan-kawan mau KLB," lanjut Ruhut.

Ruhut mengaku sempat diminta membujuk Moeldoko agar mau menjadi ketua umum.

"Mereka bahkan bilang, 'Abang 'kan dekat dengan Pak Moeldoko, kawan-kawan maunya Pak Moeldoko jadi ketua umum untuk menyelamatkan partai ini'," ungkap mantan Ketua DPP Demokrat ini.

"Yang benar? Saya telepon Pak Moeldoko. Di situ saya sedih. Moeldoko ini di mana dosanya?" tanya Ruhut. (TribunWow/Tami/Brigitta)