Isu Kudeta Partai Demokrat

Sebut Dirinya Banyak Terima Ketidakadilan di Masa Lalu, SBY: Hingga Kini, Keadilan Tak Pernah Datang

Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY sempat menyinggung sejumlah peristiwa yang dialaminya di masa lampau yang tak adil menurutnya.

TRIBUNWOW.COM - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara mengenai Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD) dalam sebuah video, Rabu (24/2).

Namun dalam video itu, SBY juga menyinggung sejumlah peristiwa yang dialaminya di masa lampau yang tak adil menurutnya.

Salah satunya adalah peristiwa ketika kediamannya di Kuningan, Jakarta Selatan, digeruduk massa.

Baca juga: Peringatkan Orang yang Ingin Ambil Alih Demokrat, SBY: Partai Kami Bukan untuk Diperjualbelikan

SBY menceritakan kejadian itu terjadi jelang pencoblosan Pilkada DKI Jakarta 2017 saat putranya yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi salah satu calon gubernur.

"Dulu, di tahun 2017, ketika tengah digelar Pilkada Jakarta, dan AHY menjadi salah satu calon gubernur, rumah saya di Kuningan digeruduk oleh ratusan massa.

Sebenarnya banyak yang tahu siapa penggerak dari aksi penggerudukan itu.

Namun, hingga kini, keadilan tidak pernah datang," ujar SBY, dalam video yang diterima Tribunnews.com, Rabu (24/2/2021).

Dia juga mengatakan fitnah diterimanya kala itu.

Tapi ketika berusaha mencari keadilan dengan melaporkan ke pihak yang berwajib hasil atau keadilan yang ditunggu tak kunjung datang.

"Satu hari menjelang pemungutan suara Pilkada Jakarta 2017, saya kembali mendapatkan fitnah yang kejam, yang dilakukan oleh seseorang yang dekat penguasa.

Ketika saya gunakan hak saya untuk mengadukan pemfitnah itu ke pihak kepolisian, keadilan yang saya harapkan juga tidak pernah tiba," jelas SBY.

Presiden RI ke-6 itu juga mengenang peristiwa saat foto-foto dirinya dan mendiang istrinya yakni Ani Yudhoyono dirobek-robek dan dibuang ke selokan.

Kejadian itu terjadi saat SBY menghadiri kegiatan partai Demokrat di Pekanbaru, Riau Desember 2018 silam.

Baca juga: Sebut Dirinya Difitnah Jenderal Bintang 4 soal Keterlibatan di Aksi 212, SBY: Saya Bersedia Disumpah

"Kemudian, pada bulan Desember 2018 ketika saya tengah menghadiri kegiatan Partai Demokrat di Pekanbaru, ratusan bendera dan baliho yang ada foto saya dan foto almarhumah Ibu Ani direbahkan, dirobek-robek dan dibuang ke selokan-selokan," ujarnya.

Meski kader Demokrat tak terima atas kejadian itu, SBY mengaku saat itu secara tegas melarang kadernya tidak melakukan aksi balas dendam.

"Di tengah rasa kesedihan dan kemarahan kader Demokrat di Riau, sambil secara tegas saya larang mereka melakukan pembalasan, yang sangat ingin mereka lakukan demi kehormatan partai.

Waktu itu yang kami harapkan hanyalah tegaknya hukum dan keadilan.

Sayang, keadilan itu hanyalah sebuah harapan," pungkasnya.

Sebut Dirinya Difitnah Jenderal Bintang 4

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkap dirinya pernah dituduh menunggangi dan mendanai Aksi 212 pada akhir 2016.

Menurutnya, tuduhan itu pun sudah sampai terdengar ke telinga Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Para kader Demokrat tahu bahwa pada tanggal 2 Desember 2016 yang lalu di Jakarta ada aksi massa yang jumlahnya sangat besar, yang kemudian terkenal dengan sebutan Aksi 212.

Baca juga: Berpesan pada Kader Demokrat untuk Tak Lakukan Pembalasan, SBY: Keadilan Itu Hanyalah sebuah Harapan

Ternyata ada laporan, baik yang secara serius disampaikan kepada Presiden Jokowi, maupun yang tidak, yang mengatakan bahwa SBY-lah yang menunggangi, dan yang juga mendanai Aksi 212 itu," ujar SBY, dalam video yang diterima Tribunnews.com, Rabu (24/2/2021).

SBY memaparkan bahwa orang yang menuduh dirinya menunggangi dan mendanai Aksi 212 adalah seorang petinggi jenderal bintang empat.

Presiden RI ke-6 itu mengaku mendapat informasi tersebut juga dari seorang jenderal bintang empat. Hanya saja SBY tak menjelaskan secara rinci dari institusi mana jenderal-jenderal tersebut berasal.

"Informasi itu disampaikan kepada saya oleh seorang petinggi 'berbintang empat', dan konon yang melaporkan kepada Presiden Jokowi adalah petinggi 'bintang empat' yang lain," jelas dia.

SBY kala itu sempat mengkonfirmasi informasi yang diterimanya kepada wakil presiden saat itu yaitu Jusuf Kalla (JK) hingga Menkopolhukam saat itu Wiranto.

Keduanya membenarkan adanya laporan seperti itu yang sudah masuk kepada Presiden Jokowi.

Belum lagi ada opini yang dibangun di sebuah lembaga resmi pemerintah terkait keterlibatan partai berlambang mercy itu.

"Ketika saya lakukan konfirmasi kepada Pak Wiranto, Menko Polhukam, dan juga Pak Jusuf Kalla, Wakil Presiden, keduanya membenarkan bahwa memang ada laporan seperti itu kepada Presiden Jokowi."

"Sementara itu, di sebuah lembaga resmi pemerintah juga dibangun opini, tentang keterlibatan Partai Demokrat," imbuhnya.

Selepas itu, SBY menegaskan dan bersumpah bahwa isu dirinya menunggangi dan mendanai Aksi 212 adalah sebuah fitnah.

Baca juga: Jusuf Kalla Ceritakan Momen saat Hadapi SBY pada Pilpres 2009: Saya Tahu Susah Menang

Tatkala itu, SBY berharap namanya dan nama Partai Demokrat dibersihkan. Hanya saja hal itu tidak terwujud.

"Para kader, semuanya itu fitnah yang kejam, keterlaluan, dan 100 persen tidak benar.

Saya bersedia bersumpah di hadapan Allah SWT. Saya juga siap dipertemukan dengan siapa pun yang memberikan laporan itu, kalau perlu di depan publik, agar rakyat tahu siapa yang berdusta, dan agar kebenaran segera terkuak," tegas SBY.

"Waktu itu saya hanya memohon dibersihkannya nama saya dan nama Partai Demokrat."

"Namun apa yang kita harapkan memang tidak mudah terwujud. Saya mengira ketika ada fitnah yang ditujukan kepada siapa pun, tindakan yang diambil sama," tandasnya.

(Tribunnews.com/Vincentius Jyestha)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul SBY Singgung Difitnah Jelang Pilkada Jakarta 2017 dan Fotonya Dirobek-Robek di Pekanbaru dan SBY Ungkap Dituduh Tunggangi-Danai Aksi 212 oleh Petinggi Berbintang Empat