Terkini Daerah

Terdampak Banjir Jabodetabek, Seorang Warga Menangis di Pengungsian, Keluhkan Minimnya Bantuan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maryati, seorang pengungsi banjir yang merupakan warga kecamatan Pebayuran, Bekasi, Jawa Barat.

TRIBUNWOW.COM - Banjir yang merendam sebagian wilayah Jabodetabek membuat para warga terpaksa harus mengungsi.

Termasuk di antaranya dilakukan oleh Maryati, seorang warga Kecamatan Pebayuran, Bekasi, Jawa Barat.

Hanya saja di dalam pengungsian, Maryati mengaku tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.

Kondisi banjir di Jalan Kemang Raya, Sabtu (20/1/2021) sore pukul 16.30 WIB. (KOMPAS.com/Ihsanuddin)

Baca juga: Klaim Banjir Jakarta Sudah 100 Persen Tertasi, Anies Baswedan Sebut Seluruh Kegiatan Sudah Normal

Baca juga: Kritik Anies soal Banjir Jakarta, Giring Ganesha: Terlihat Tidak Mampu Menyusun Prioritas

Dilansir TribunWow.com dari kanal YouTube tvOneNews, Senin (22/2/2021), Maryati mengatakan bantuan yang ada sangat minim.

Dirinya juga mengeluhkan kondisi pengungsian yang jauh dari kata layak atau tidak nyaman untuk tidur.

Kondisi tersebut membuat para pengungsi, khususnya sang ibu menjadi sakit.

Sedangkan di pengungsian sendiri, menurut Maryati da 30 orang yang terdiri dari keluarga dan tetangga.

"Kondisinya bagaimana kurang sehat lah, hanya tidur di tenda segini, orang banyak, desak-desakan," ujar Maryati.

"Sudah tiga malam badan kurang sehat ibu, panas dingin, akibat kurang tidur," ungkapnya.

Namun yang menjadi masalah menurut Maryati adalah tidak adanya bantuan berupa obat kepada para pengungsi.

"Ya belum, obat dari mana Ibu," kata Maryati.

Selain itu, Maryati mengatakan bahwa tenda pengungsian hanya didirikan dengan kondisi seadanya.

Dikatakannya tidak ada penerangan ketika malam hari.

"Iya gelap, orang enggak ada lampu," ucapnya.

Baca juga: Soal Pembubaran Relawan FPI saat Evakuasi Korban Banjir, Kapolres Jakarta Timur Beri Penjelasan

Baca juga: Soal Banjir Jakarta, Anies Baswedan: Sungai Antar Provinsi adalah Tanggung Jawab Pemerintah Pusat

Tidak hanya itu, Maryati juga mengeluhkan soal ketersediaan air bersih.

Ironisnya, ia mengaku memanfaatkan air sungai untuk keperluan selama di pengungsian, termasuk digunakan untuk memasak.

"Air bersih juga enggak ada, masak aja pakai air kotor air kali," keluhnya.

"Enggak ada air, beli juga enggak ada, susah."

Sedangkan untuk bantuan air bersih menurutnya hanya sebotol air mineral untuk diminum.

Bahkan menurutnya, untuk urusan perut juga kesulitan memenuhinya.

"Makan seadanya, makan sehari sekali, itu juga nasi diangetin lagi, ibu sedih," kata Maryati.

Meski begitu, dirinya dan juga orangtua lainnya mengaku masih bisa menahan.

Dirinya hanya mengkhawatirkan kondisi dari anak-anaknya, termasuk juga adanya dua bayi.

Baca juga: Tak Mau Banjir Kali Ini Dibandingkan Tahun-tahun Lalu, Anies Baswedan: Seakan-akan Hujannya Sama

"Hujan ya kehujanan, keanginan, mana ada banyi umur lima bulan, dua orang, pada nangis, kita saja yang tua kedinginan, apalagi dia yang masih bayi," jelas Maryati.

Dirinya berjarap bisa mendapatkan bantuan, termasuk bantuan obat-obatan jika memang banjir belum surut sehingga masih harus berada di pengungsian.

"Ya apa aja, maksudnya beras, air bersih, obat-obatan," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit awal:

Bima Arya Sebut Penyebab Banjir Jakarta Bukan di Hulu

Wali Kota Bogor Bima Arya ikut bersuara menanggapi terjadinya banjir di DKI Jakarta dan merespons pernyataan dari Gubernur Anies Baswedan.

Sebagaimana diketahui, sebagian wilayah DKI Jakarta terendam banjir sejak Jumat (19/2/2021) dan baru mulai surut pada Minggu (21/2/2021).

Dilansir TribunWow.com, Bima Arya mengatakan bahwa penyebab terjadinya banjir di Jakarta memang ada banyak faktor.

Tidak menutup kemungkinan faktor kiriman dari hulu, seperti Depok dan Bogor.

Hanya saja menurutnya, khusus untuk banjir kali ini, Bima Arya menyebut penyebab utamanya bukan berasal dari hulu.

Dirinya mencontohkan kondisi atau status Bendungan Katulampa, Bogor yang selalu menjadi patokan banjir di Ibu Kota.

Baca juga: Meski Tuai Kritik, Wagub DKI Klaim Korban Banjir Turun Tiap Tahun: Tak Cukup Rp 50-100 Triliun

Baca juga: Anies Sebut Sejumlah Banjir di Jakarta Surut, Ferdinand Hutahaean: Berkat Kesalehan Gubernurnya

"Banjir di Jakarta itu kan banyak hal, betul bahwa ada yang dari hulu, tetapi catatannya adalah di Katulampa itu paling tinggi siaga 3," ujar Bima Arya, dikutip dari kanal YouTube KompasTV, Senin (22/2/2021).

"Jakarta biasanya banjir di siaga satu."

"Ketika siaga tiga sudah banjir di Jakarta, berarti volume di Jakartanya yang tinggi," sebutnya.

Maka dari itu, Bima Arya menilai penyebab banjir Jakarta saat ini adalah justru di hilirnya.

Dirinya menyinggung soal daerah aliran sungai (DAS) yang disebut seharusnya bisa mengurai banjir ketika berfungsi normal.

Sebaliknya ketika DAS itu bermasalah atau tidak normal maka bisa menyebabkan terjadinya banjir.

"Saya sudah menyurati Pak Gubernur waktu itu, temuan kami dari ekspedisi Ciliwung," kata Bima Arya.

"Yang sebetulnya harus menjadi perhatian bersama, banyak perumahan liar, banyak limbah dan lain-lain," imbuhnya.

Baca juga: Giring Ganesha Protes Anies Tuding Jakarta Dapat Kiriman Banjir dari Depok: Jangan Menyalahkan

Meski begitu, dirinya menyadari bahwa masalah banjir di Ibu Kota bukan persoalan yang mudah ditangani.

Menurutnya harus ditangani oleh banyak pihak, bukan hanya oleh Pemprov DKI Jakarta sendiri dan tidak bisa langsung diselesaikan dalam waktu dekat.

"Harus terintegrasi semua dari hulu ke hilir," harap Bima Arya.

"Dari kementerian koordinasi terus berjalan, dari KLH, PUPR, tapi saya rasa enggak bisa parsial, betul-betul harus ditangani secara bersama-sama," tutupnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)