Vaksin Covid

Penjelasan Kemenkes soal Kondisi Kesehatan Orang yang Positif Covid-19 seusai Divaksin

Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana pemberian vaksin Covid-19 Sinovac dosis pertama kepada sejumlah tenaga kesehatan (nakes) secara massal di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (4/2/2021). Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar vaksinasi Covid-19 massal dengan menargetkan 6.000 orang tenaga kesehatan yang bertugas pada fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta di DKI.

TRIBUNWOW.COM - Vaksinasi tahap kedua di Indonesia akan segera dilakukan mulai 17 Februari 2021 yang menyasar pekerja publik dan lansia di atas usia 60 tahun.

Pemerintah berulang kali mengingatkan bahwa penyuntikan vaksin Sinovac bukanlah akhir dari pandemi Covid-19.

Para penerima vaksin masih memiliki kemungkinan untuk terpapar Covid-19.

Suasana pemberian vaksin Covid-19 Sinovac dosis pertama kepada sejumlah tenaga kesehatan (nakes) secara massal di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (4/2/2021). Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar vaksinasi Covid-19 massal dengan menargetkan 6.000 orang tenaga kesehatan yang bertugas pada fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta di DKI. (Tribunnews/Jeprima)

Baca juga: Wali Kota Bekasi Adakan Ulang Tahun dengan Bunyikan Organ Tunggal hingga Dibubarkan Satgas Covid-19

Namun para penerima vaksin dipastikan akan lebih kebal dari gejala parah Covid-19 dibandingkan mereka yang belum menerima suntikan vaksin.

Dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin (15/2/2021), hal tersebut diungkapkan oleh Ditjen P2P Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi.

Dokter Nadia tak memungkiri adanya kemungkinan orang yang sudah divaksin bisa positif terpapar Covid-19.

"Dengan dia punya vaksin, dia punya pertahanan yang artinya nanti membuat dia tidak menjadi sakit," jelasnya.

Ia mengatakan, kondisi itu bisa terjadi jika virus Covid-19 berada dalam posisi yang lebih kuat atau jumlah virus yang banyak.

Dokter Nadia menyebut, para penerima vaksin Covid-19, nantinya akan lebih kebal terpapar gejala berat jika positif Covid-19.

"Jelas vaksin ini dari hasil uji klinis menyebutkan bahwa vaksin ini memberikan perlindungan untuk gejala Covid yang berat ataupun gejala Covid yang mematikan," paparnya.

"Jadi kita bisa melihat proteksi yang betul-betul diberikan oleh vaksin ini adalah mencegah kita kalau sakit, sakitnya menjadi bertambah parah," ungkap dia.

Dokter Nadia juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan sebelum menerima suntikan vaksin Covid-19.

Cara untuk menjaga kesehatan satu di antaranya adalah menjalankan protokol kesehatan, mulai dari menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan.

Belum Tercipta Herd Immunity

Sebelumnya diberitakan, Prof. Wiku mengatakan, program vaksinasi Covid-19 ini akan terus berjalan semakin cepat dari waktu ke waktu.

Kendati demikian ia menegaskan sampai saat ini masih belum tercipta herd immunity atau kekebalan komunitas.

Herd immunity diketahui menjadi target dari program vaksinasi Covid-19 untuk membatasi penyebaran pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikan oleh Prof. Wiku saat memantau vaksinasi massal Covid-19 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021).

Dikutip dari YouTube Kementerian Kesehatan RI, Kamis (4/2/2021), Prof. Wiku mengatakan, sampai saat ini program vaksinasi berjalan baik meskipun perencanaannya dilakukan secara singkat.

"Jadi masyarkat bisa melihat bahwa program ini relatif persiapannya cepat," kata dia.

"Jadi tidak ada waktu memang kita untuk berlama-lama dalam perencanaan."

Baca juga: Simak Penjelasan soal Kelompok Masyarakat yang Tak Bisa Divaksin Covid-19 Buatan Sinovac

Diketahui sampai saat ini sudah ada 600 ribu lebih warga yang menerima suntikan Vaksin Sinovac.

Seiring berjalannya waktu, Prof. Wiku mengatakan, program vaksinasi Covid-19 akan terus berjalan semakin cepat.

"Tentunya kecepatan vaksinasi dan proses yang aman dan terkendali itu tentunya dari waktu ke waktu akan terus meningkat," kata dia.

Terkait target herd immunity, Prof. Wiku tegas menyampaikan sampai saat ini masih belum tercipta kekebalan komunitas.

"Proses untuk membentuk herd immunity tentunya belum," kata Prof. Wiku.

"Karena memerlukan jumlah cukup banyak yang tervaksinasi, baru herd immunity itu terjadi."

"Tapi proses bertahap herd immunity memang dimulai dari vaksinasi pertama sampai dengan nanti sekitar 70 persen warga Indonesia bisa tervaksinasi dengan baik," pungkasnya.

Kapan Bisa Normal?

Selanjutnya, Prof. Wiku menjawab kapan pandemi Covid-19 akan berakhir dan masyarakat bisa beraktivitas normal.

Prof. Wiku menegaskan, setelah menerima vaksin Sinovac, para nakes belum bisa beraktivitas normal kembali.

Mereka tetap harus menjalankan protokol kesehatan sebagai upaya meminimalisir terpapar Covid-19.

"Proses vaksinasi ini adalah salah satu cara kita untuk bisa terlindung dari Covid-19," kata Prof. Wiku.

"Tapi tetap harus menjalankan protokol kesehatan."

Baca juga: Soal Sanksi bagi Warga yang Menolak Disuntik Vaksin Covid-19, Ini Penjelasan Jubir Presiden

Prof. Wiku menyampaikan, apabila herd immunity atau kekebalan komunitas telah tercapai, maka secara perlahan, kasus Covid-19 akan hilang.

"Proteksi ini akan muncul secara kolektif apabila herd immunity secara komplit terbentuk dan nantinya kasusnya mulai hilang," kata dia.

"Jadi sementara belum hilang kasusnya, maka semua harus menjalankan protokol kesehatan ketat," terang Prof. Wiku.

Ia mengingatkan bahwa orang-orang ynag divaksin masih bisa terpapar Covid-19.

Hal tersebut akan berubah ketika herd immunity berhasil dicapai.

Simak videonya mulai menit ke-2.50:

(TribunWow.com/Anung)