TRIBUNWOW.COM - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan belum dapat diketahui persis penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, termasuk kemungkinan faktor human error seperti tindakan kru yang bertugas.
Dilansir TribunWow.com, hal disampaikan dalam rilis pers laporan awal (preliminary report) penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, seperti yang ditayangkan Kompas TV, Rabu (10/2/2021).
Diketahui saat itu pilot yang bertugas adalah Captain Afwan (54) dengan didampingi kopilot Diego Mamahita (34).
Baca juga: KNKT Ungkap Komunikasi Captain Afwan dan Diego Mamahit ke ATC 1 Menit sebelum Sriwijaya Air Jatuh
Menurut Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo, terjadi anomali pada throttle (pengatur tenaga mesin) sebelah kiri dan kanan pesawat SJ 182.
Belum dapat diketahui throttle yang mengalami kerusakan adalah sebelah kiri, yang bergerak mundur, atau sebelah kanan, yang tidak bergerak sama sekali.
Nurcahyo menjawab pertanyaan yang muncul terkait kemampuan pilot yang bertugas saat itu untuk mengatasi anomali throttle.
"Apa yang terjadi kami belum tahu. Kami belum bisa menjawab masalahnya apa," kata Nurcahyo Utomo.
"Mengapa pilot tidak bisa me-recover? Ini juga pertanyaan saya," ungkap dia.
Ia menyebut hal itu baru dapat diketahui jika cockpit voice recorder (CVR) sudah ditemukan, yakni alat yang merekam percakapan antarpilot di kokpit pesawat.
Baca juga: Data Black Box Sriwijaya Air SJ-182 Berhasil Diunduh, Ini Pernyataan KNKT soal Kondisi Pesawat
"Mudah-mudahan kalau nanti cockpit voice recorder sudah ditemukan, kita bisa mendapatkan jawaban apa yang terjadi di kokpit, bagaimana diskusi antarpilot, dan apa yang mereka lakukan," papar Nurcahyo.
"Jadi pertanyaan ini pertanyaan kami juga, ada masalah apa? Informasi ini tidak kami sampaikan di laporan awal karena kami belum tahu jawabannya," terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan penyelidik tidak dapat berspekulasi jika belum ditemukan bukti yang mendukung.
"Sebaiknya kita tidak menduga atau berasumsi-asumsi karena kami KNKT tidak akan berani membikin statement atau analisa tanpa suatu dasar atau evident (bukti) yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," imbau Soerjanto.
Dalam laporan awal KNKT di situs resmi knkt.dephub.go.id, Captain Afwan termasuk pilot senior dengan catatan lebih dari 17 ribu jam terbang semasa kariernya.
Terakhir ia menjalani proficiency check pada 18 November 2020.
Sementara itu kopilot Diego Mamahita memiliki lebih dari 5 ribu jam terbang dan terakhir kali menjalani proficiency check pada 24 Juli 2020 lalu.
Lihat videonya mulai menit 33.00:
Komunikasi Terakhit Pilot dengan ATC
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis hasil penyelidikan terhadap flight data recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Dilansir TribunWow.com, hal itu disampaikan dalam rilis pers laporan awal penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.
Diketahui KNKT sudah berhasil mengunduh dan menganalisis data dari FDR, meskipun sejauh ini cockpit voice recorder (CVR) belum ditemukan.
Baca juga: Data Black Box Sriwijaya Air SJ-182 Berhasil Diunduh, Ini Pernyataan KNKT soal Kondisi Pesawat
Menurut Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo, komunikasi terakhir pilot Sriwijaya Air dengan Air Traffic Controller (ATC) terjadi pada pukul 14.39 WIB.
Saat itu pilot Kapten Afwan dan kopilot Diego Mamahit menjawab permintaan ATC untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki.
"Ini adalah komunikasi terakhir yang terekam di rekaman komunikasi pilot ATC di Bandara Soekarno-Hatta," kata Nurcahyo Utomo, dikutip dari Kompas.com, Rabu (10/2/2021).
Setelah itu pesawat rute Jakarta-Pontianak ini jatuh pada 14.40 WIB di perairan Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) lalu.
Dikutip dari Tribunnews.com, mulanya pesawat SJ 182 berangkat sesuai dengan jalur yang ditentukan sebelumnya, yakni kode ABASA 2D.
"Data FDR merekam sistem autopilot aktif (engage) di ketinggian 1.980 kaki," kata Nurcahyo.
Pesawat mencapai ketinggian 8.150 kaki ketika pengatur tenaga mesin (throttle) sebelah kiri bergerak mundur atau tenaganya berkurang.
Baca juga: Suasana Haru Tabur Bunga bagi Korban Sriwijaya Air, Keluarga Ikhlas: Bukan Kesedihan, tapi Keteguhan
Sementara itu throttle sebelah kanan tetap.
Pada pukul 14.38 pilot meminta ATC agar diizinkan berbelok ke arah 075 derajat karena alasan cuaca, lalu diizinkan.
Namun perubahan itu diperkirakan membuat SJ-182 berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari landas pacu 25L dengan tujuan sama.
ATC lalu meminta pilot berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki.
Pada 14.39 pesawat mulai berbelok ke kiri ketika berada di ketinggian 10.600 kaki dengan arah 046 derajat.
Throttle kiri kembali bergerak mundur.
ATC meminta SJ-182 naik ke ketinggian 13.000 kaki, yang menjadi komunikasi terakhir yang tercatat dengan pilot. (TribunWow.com/Brigitta)