Virus Corona

BPOM Setujui Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia, Epidemiolog: Di Atas 70 Tahun Saya Tak Merekomendasi

Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman dalam acara Sapa Indonesia Malam, Senin (8/2/2021).

TRIBUNWOW.COM - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin untuk dilakukan vaksinasi terhadap para lanjut usia (lansia).

Dilansir TribunWow.com, sebelumnya pemerintah hanya akan memberikan vaksin kepada masyarakat dengan usia antara 18 sampai 59 tahun.

Menanggapi hal itu, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyambut baik.

Juru bicara pemerintah, dr. Reisa Broto Asmoro menyampaikan soal perkembangan vaksinasi Covid-19 yang kini dapat disuntikkan terhadap lansia, ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (8/2/2021). (YouTube Sekretariat Presiden)

Baca juga: Berikut Ini Kriteria Kelompok Masyarakat yang Tak Bisa Divaksin Covid-19 Sinovac

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Tuai Sorotan Media Asing, Bakal Rugi Besar jika Sinovac Tak Ampuh

Hal itu mengingat para lansia memiliki risiko tinggi terapar Covid-19 dan bahkan berisiko hingga menyebabkan kematian.

Meski begitu, Dicky Budiman mengingatkan bahwa vaksinasi Covid-19 kepada para lansia juga tidak kalah besar risikonya.

Sehingga menurutnya harus dilakukan dengan kehati-hatian.

"Namun harus diketahui bahwa ini kan sedang berproses fase ketiganya," ujar Dicky Budiman, dalam acara Sapa Indonesia Malam, Senin (8/2/2021).

Ia lantas menyinggung sebuah jurnal terkemuka yang membahas soal vaksinasi terhadap lansia.

Menurutnya, satu dasar itu yang membuat merasa yakin bahwa vaksinasi untuk lansia aman.

Hanya saja, Dicky Budiman menyebut bahwa hasil menyakinkan dalam jurnal tersebut hanya kepada lansia usia 60 sampai 70 tahun saja.

"Kenapa saya relatif menyetujui keputusan pemerintah ini, karena sudah ada dimuat hasil uji vaksin satu dan duanya di The Lancet, jurnal terkemuka," kata Dicky Budiman.

"Dan hasilnya memang menyakinkan, tapi mohon diperhatikan bahwa ini untuk 60-70 tahun yang menyakinkannya," imbuhnya.

Baca juga: Reaksi Tenaga Kesehatan Kategori Lansia di Sumsel setelah Mendapatkan Suntik Vaksin Covid-19

Maka dari itu, untuk usia di atas 70 tahun, Dicky Budiman meminta untuk kembali dipertimbangkan.

"Jadi di atas 70 tahun saya tidak merekomendasikan terlebih dahulu pada saat ini, sambil kita menunggu uji vaksin ketika yang saat ini dilaksanakan di China," jelasnya.

"Sampai usia 70 tahun ini pun, itu syaratnya lansia yang sehat. Saya setuju harus ada screaning lansia yang dalam kategori memang secara kondisi umum sehat," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit ke-4.30:

Apa Bedanya Vaksin untuk Lansia dengan untuk Usia 18-59 Tahun?

Lantas apa bedanya vaksin yang disuntikkan kepada lansia dengan masyarakat produktif?

Menjawab hal itu, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan bahwa vaksin yang digunakan sama.

Hanya saja menurutnya ada perbedaan pada interval waktu penyuntikan.

"Sebetulnya vaksinnya sama, jadi dia terdiri dari inactivated hold viruses atau virus utuh yang dimatikan dengan ditambah acuvan," ujar Sri Rezeki, dalam acara Sapa Indonesia Pagi, Selasa (9/2/2021).

"Tetapi yang berbeda mungkin di dalam interval."

Dirinya menceritakan proses uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di China.

"Pada waktu fase satu ada yang kurang bagus di vaksinnya," kata Sri Rezeki.

"Kemudian diperbaiki isinya dan kemudian dilakukan ulang dalam uji fase kedua."

"Jadi di fase dua ini ada dua kelompok, kelompok yang satu interval 1-14 hari dan satu lagi kelompok 0-28 hari," jelasnya.

Baca juga: Bicarakan Pemberian Vaksin Covid-19 untuk Lansia, Simak Penjelasan dari Menkes Budi Gunadi

Baca juga: BPOM Izinkan Vaksin Covid-19 Sinovac untuk Lansia, Ada Tahapan dan Peringatan Sebelumnya, Apa Saja?

Menurutnya, khusus untuk vaksinasi terhadap lansia tingkat imogenesitasnya lebih bagus yang disuntikkan dalam rentang waktu 28 hari.

"Dan ternyata untuk yang muda itu sama, untuk keamanan maupun imonogenesitasnya."

"Tetapi yang lansia, yang lebih bagus itu yang 0-28 hari," kata Sri Rezeki.

Sementara itu terkait keamanannya, Sri Rezeki mengaku mengacu pada uji klinis yang dilakukan di Brasil.

"Juga dilihat keamananya dari fase ketiga di Brasil."

"Dari itu Badan POM mengeluarkan izin yang kita sebut Emergency Use Authorization (EUA)," ungkapnya.

Lebih lanjut, ia mengakui bahwa uji klinis yang dilakukan di Indonesia memang tidak mengambil sampel untuk lansia.

Hanya saja menurutnya, dengan berpatokan dengan tingkat imonogenitas serta keamanannya dari dua negara tersebut, maka diyakini aman untuk juga dilakukan kepada lansia di Indonesia.

"Di Indonesia sendiri kita tidak melakukan uji di atas 60 tahun, tetapi 18-59," kata Sri Rezeki.

"Karena yang paling penting selain imonogenitas adalah keamanan."

"Dan keamanan dibuktikan di Brasil dengan baik, hingga kita yakin bahwa ini memang aman untuk lansia," jelasnya menutup.

Simak videonya mulai menit awal:

(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)