Vaksin Covid

Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Tuai Sorotan Media Asing, Bakal Rugi Besar jika Sinovac Tak Ampuh

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Momen Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat disuntikkan vaksin Covid-19, Rabu (13/1/2021).

TRIBUNWOW.COM - Perjanjian transaksi vaksin Covid-19 antara Indonesia dan China menuai sorotan media asing.

Dilansir TribunWow.com, media Channel News Asia (CNA) menyebut Indonesia sedang menghadapi pertaruhan tinggi terkait upaya diplomasi dengan China demi mengadakan vaksinasi.

Melalui transaksi vaksin tersebut, hubungan diplomasi antara Jakarta dengan Beijing makin menguat.

Tenaga kesehatan menjalani vaksinasi Covid-19 di Rumah Sakit Umum (RSU) Bungsu, Jalan Veteran, Kota Bandung, Senin (18/1/2021). (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Baca juga: Tak Rasakan Apapun Seusai Divaksin Covid-19, Nakes Lansia Ceritakan Proses Screening

Program vaksinasi di Indonesia disebut akan memiliki konsekuensi terhadap krisis kesehatan dan ekonomi.

Diketahui Indonesia menempati posisi tertinggi jumlah kasus aktif Covid-19 di Asia Tenggara, dengan lebih dari 1,1 juta pasien dan angka kematian mencapai lebih dari 30 ribu nyawa.

Di sisi lain, bagi China, penyediaan vaksin akan berpengaruh terhadap reputasi global negaranya.

Indonesia merupakan importir utama vaksin buatan China dari perusahaan Sinovac dan Sinopharm.

Total Sinovac mengirimkan 50 juta dosis dari Sinovac dan 60 juta dosis dari Sinopharm.

Anggaran yang digelontorkan mencapai Rp637,3 milyar untuk mengimpor vaksin dari China.

Ditambah lagi Rp277,5 milyar untuk membeli jarum suntik, kotak pengaman, alkohol usap, serta Rp190 milyar lagi untuk kotak penyimpan vaksin.

Dana itu telah disalurkan untuk program vaksinasi, padahal pihak Sinovac belum mengumumkan hasil uji klinis tahap akhir di Indonesia.

Mulanya diharapkan hasil uji klinis tersebut dapat keluar pada pertengahan Januari 2021, tetapi sampai saat ini belum ada.

CNA menyebut China terkesan enggan mempublikasikan data kredibilitas vaksin buatannya secara transparan.

Baca juga: BPOM Izinkan Vaksin Covid-19 Sinovac untuk Lansia, Ada Tahapan dan Peringatan Sebelumnya, Apa Saja?

Jika Sinovac nantinya tidak membuat hasil yang meyakinkan atau adanya efek samping serta kecacatan, Indonesia akan menghadapi kerugian besar-besaran terhadap vaksin yang sudah dibeli.

Akibatnya pemerintah juga harus mengalokasikan anggaran darurat untuk membeli vaksin dari perusahaan di negara lain.

Diketahui saat ini berbagai kota besar di Indonesia yang menjadi pusat perekonomian tengah menghadapi bahaya resesi ekonomi akibat pandemi.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan semakin mengkhawatirkan jika vaksin terbukti tidak ampuh.

Dibandingkan dengan vaksin buatan China, vaksin buatan Amerika Pfizer dan Moderna tergolong lebih mahal.

Perawatannya pun lebih sulit, harus disimpan dengan suhu yang sangat rendah.

Hal ini membuat distribusinya lebih sulit dan lebih mahal.

Sementara itu biaya distribusi vaksin buatan Sinovac lebih murah.

Meskipun begitu, menurut CNA, kemungkinan kegagalan tersebut tidak secara langsung akan berpengaruh terhadap hubungan diplomasi Indonesia dan China.

China sebagai negara pembuat vaksin justru berada dalam posisi yang lebih rentan, karena kegagalannya akan disorot dunia internasional.

Di sisi lain, jika Sinovac mampu membuktikan efektivitasnya di pasar Asia Tenggara, terutama dengan pengaruh Indonesia, akan sangat menguntungkan China.

Sinovac Klaim Vaksinnya Bisa Cegah Kematian

Perusahaan farmasi asal China, Sinovac, mengumumkan data uji coba klinis terhadap vaksin Covid-19, Jumat (5/2/2021).

Dilansir TribunWow.com dari Reuters, uji coba klinis tersebut dilakukan di Brazil dan Turki.

Hasilnya vaksin buatan Sinovac mampu mencegah gejala Covid-19 memburuk sehingga tak harus dirawat atau bahkan menyebabkan kematian.

Baca juga: Penjelasan Kadinkes Cilacap soal Nakes yang Meninggal seusai Divaksin: Diagnosa Sementara karena DSS

Sebanyak 12.396 orang telibat dalam percobaan vaksin ini.

Data menunjukkan vaksin tersebut 100 persen efektif mencegah penderita Covid-19 harus dirawat di rumah sakit atau berujung pada kematian.

Vaksin ini juga efektif 83,7 persen membantu mencegah seseorang yang terpapar Virus Corona mengalami gejala berat dan membutuhkan perawatan medis.

Vaksinasi massal Covid-19 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021). (YouTube Kementerian Kesehatan RI)

Namun, hanya sebanyak 50,65 persen vaksin ini terbukti mencegah seseorang tertular Virus Corona.

Uji coba klinis kemudian dievaluasi, terutama terkait efikasinya setelah dua kali dosis disuntikkan dalam rentang waktu 14 hari.

Uji coba dilakukan terhadap masyarakat umum dan tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19.

Baca juga: Presiden Perancis Macron Peringatkan Risiko Vaksin Covid-19 Buatan China, Soroti Efektivitas Sinovac

Di Turki uji coba dilakukan dalah dua tahap, yakni untuk tenaga medis dan masyarakat umum.

Ditemukan hasil tingkat keampuhan (efikasi) untuk mencegah gejala pada penyakit menular sebesar 91,25 persen berdasarkan 29 kasus.

Sementara itu, peneliti Brazil melaporkan hasil sementara uji coba vaksin menunjukkan angka efikasi hanya sebesar 50,4 persen.

Diketahui tingkat efikasi vaksin menjadi pertimbangan banyak negara yang sedang melakukan uji coba vaksin, terutama terkait keampuhannya menangkal varian baru Virus Corona.

Sebagai perbandingan, perusahaan pembuat vaksin lainnya Pfizer Inc bekerja sama dengan BioNTech dan Moderna membuktikan tingkat efektivitas mencapai 95 persen dalam mencegah Covid-19 saat uji klinis.

Uji klinis dilakukan di Amerika Serikat (AS) sebelum muncul kabar ada varian baru Virus Corona. (TribunWow.com/Brigitta)