TRIBUNWOW.COM - Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Djoko Nugroho, mengungkap kesulitan mencari bagian kedua black box (kotak hitam) Sriwijaya Air SJ 182.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Kabar Utama di TvOne, Rabu (13/1/2021).
Diketahui tim penyelam sudah menemukan bagian pertama kotak hitam, yakni Flight Data Recorder (FDR) yang berada di ekor pesawat.
Baca juga: Fakta Pasangan Korban Sriwijaya Air dengan KTP Palsu: Nekat Cari Uang di Pontianak, Keluarga Pasrah
Sementara itu bagian kedua, cockpit voice recorder (CVR) masih dalam proses pencarian.
"Kita sudah mendapatkan clearance untuk mendapat posisi FDR yang sudah pertama kali ditemukan," kata Djook Nugroho.
"Kemudian kami mendapatkan tugas untuk mencari CVR yang masih tertinggal," terangnya.
Ia menyebut beacon (alat transmiter bluetooth yang memancarkan sinyal) terlepas dari CVR tersebut.
Djoko mengakui hal itu membuat tugas evakuasi menjadi lebih sulit.
"Namun seperti yang sudah diketahui, CVR yang tertinggal ini sudah lepas beacon-nya," singgung Djoko.
"Jadi ini memang sebuah tugas yang menurut kami, dari Baruna Jaya IV, cukup sulit untuk mencari CVR," lanjut dia.
Baca juga: Mayor Iwan Beberkan Pencarian Black Box Sriwijaya Air, 3 Kali Menyelam Lihat Benda Oranye di Lumpur
Sementara itu tim evakuasi gabungan berupaya melakukan penyisiran lebih lanjut secara manual, yakni melalui penglihatan tim penyelam.
"Namun kami mencoba untuk melakukan penyisiran dengan menggunakan AeroV, di mana upaya pencarian ini tentunya hanya tinggal secara visual," kata Djoko.
Menurut dia, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Basarnas memperkirakan CVR itu berada dalam radius sekitar penemuan FDR.
"Jadi kami sudah mengetahui dari pihak KNKT atau Basarnas, kemudian para penyelam, bahwa lokasi yang sudah disisir para penyelam itu ada di sekitar radius 30 meter dari posisi ditemukannya FDR," kata Djoko.
"Jadi kami mencoba membuat area untuk penyisiran, kurang lebih 200 x 200 meter," terangnya.
Setelah itu area penyisiran dibagi lagi dalam grid sebesar 20 x 20 meter, dengan posisi penemuan FDR menjadi pusatnya.
Lihat videonya mulai menit 1.30:
Proses Tim Penyelam Mencari Black Box
Anggota tim penyelam TNI AL Mayor Iwan Kurniawan mengungkapkan momen penemuan Flight Data Recorder (FDR) yang menjadi bagian dari black box (kotak hitam) Sriwijaya Air SJ 182.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam Kabar Petang di TvOne, Rabu (13/1/2021).
Bersama timnya, Iwan menyebut misi mereka saat itu adalah menemukan dua bagian kotak hitam, yakni FDR dan cockpit voice recorder (CVR).
Baca juga: Sriwijaya Air SJ 182 Tak Meledak di Ketinggian 10 Ribu Kaki, KNKT Sebut Perlahan Turun di 250 Kaki
Selama proses pencarian 8 jam, tim penyelam sempat terkendala ombak yang tinggi sehingga sulit menemukan titik yang sudah ditandai lewat GPS.
Awalnya tim penyelam menemukan beacon dari FDR, yakni alat transmiter bluetooth yang memancarkan sinyal.
"Penyelaman pertama menemukan beacon FDR," kata Iwan Kurniawan.
Setelah itu tim menyisir area sekitar yang memancarkan sinyal beacon.
"Dari titik koordinat yang sudah kita sisir, kita maju sekitar 5 meter ke arah lumpur halus," kata Iwan.
Tim penyelam maju dari arah puing-puing pesawat yang berserakan.
Di sekitarnya Iwan melihat ada benda terbuat dari logam, yang kemudian diketahui sebagai FDR pesawat yang jauh.
Benda tersebut tertutup lumpur dasar laut.
"Di situ ada semacam benda, terlihat punggungnya logam," ungkap Iwan.
"Ketebalan lumpur menutup permukaan dari black box-nya, jadi tetap terlihat, sekitar 15 sentimeter," lanjut dia.
FDR itu cukup jauh terlempar dari puing-puing pesawat.
Baca juga: Black Box Sriwijaya Air Terpecah Belah saat Ditemukan, Mantan KNKT: Jatuhnya Cepat Menghantam Laut
Seorang rekannya, KLS Windi Putu Suwaka mengangkat benda berwarna oranye tersebut lalu diberikan kepada Iwan.
"Terlihat punggung berwarna logam, diangkat oleh KLS Putu, terlihat warna oranyenya. Kemudian diberikan kepada saya," kata Iwan.
Menurut Iwan, saat itu kondisi bawah laut cukup bagus dengan jarak pandang yang jelas antara 1 sampai 1,5 meter.
Penemuan FDR itu diperkuat setelah melihat tulisan yang tertera.
"Setelah itu kami lihat, kami cek di sisi sampingnya ada tulisan Flight Data Recorder," jelas Iwan.
Ia menyebut proses pencarian cukup memakan waktu, bahkan mencapai tiga kali penyelaman sebelum akhirnya ditemukan bagian pertama dari black box.
"Prosesnya selama satu hari. Dari penemuan awal ketemu beacon-nya, penyelaman kedua ketemu serpihan dari casing black box-nya," tutur Iwan.
"Penyelaman ketiga saya dan bersama tiga orang rekan menemukan FDR-nya," lanjut dia.
Iwan membenarkan penyelaman dilakukan sampai kedalaman 18 meter.
"Selama pencarian sekitar 25 menit. Begitu diangkat, tinggal angkat saja. Enggak ada masalah," jelas Iwan. (TribunWow.com/Brigitta)