Virus Corona

Kritik Komunikasi Publik Satgas soal Vaksin Covid-19, dr Tirta: Mulai Bener saat Menterinya Ganti

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokter sekaligus Relawan Covid-19, dr Tirta Mandira Hudhi buka suara terkait fenomena kerumunan yang terjadi belakangan ini, dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (17/11/2020).

TRIBUNWOW.COM - Influencer Covid-19, dr Tirta Mandiri Hudhi mengkritik cara komunikasi publik mantan menteri kesehatan, Terawan Agus Putranto.

Hal itu disampaikannya dalam kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Selasa (5/1/2021).

Cara komunikasi publik yang keliru menyebabkan persepsi masyarakat tentang Virus Corona menjadi keliru.

"Kan kita membandingkan kenapa Taiwan, Hongkong, Vietnam bisa lolos tanpa vaksin?," uvap dr Tirta.

"Karena komunikasi publiknya bagus."

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan soal proses vaksinasi Covid-19 yang akan memprioritaskan tenaga kesehatan (nakes). (YouTube Sekretariat Presiden)

Baca juga: IDI Sebut Pasien yang Sudah Sembuh dari Covid-19 Masih Perlu Divaksinasi walaupun Punya Antibodi

Baca juga: Vaksinasi Dimulai pada Pertengahan Januari, Menkes: 426 Juta Dosis untuk 181 Juta Penduduk

Ia mengatakan, sejak Agustus 2020 lalu sudah terjadi kekeliruan komunikasi publik.

Karena itulah, dr Tirta mengatakan kini cara komunikasi menteri kesehatan yang baru, Budi Gunadi, sudah berbeda.

"Dan kita udah melakukan itu sejak Agustus," jelas dr Tirta.

"Tapi apa yang dilakukan oleh tim jubirnya komunikasinya Indonesia?"

"Dari zaman dulu ya kita lihat, Pak Budi Gunadi kemarin udah jumpa pers."

"'Tenang, pelan, vaksin itu prosesnya lama 15 bulan', itu yang dikatakan oleh jubir satgas vaksin," lanjutnya.

Terkait hal itu, dr Tirta lantas mengungkit poster yang dibuat Satgas Covid era menteri Terawan.

Menurut dia, sejak awal opini soal vaksin Covid-19 di era Terawan sudah keliru.

Baca juga: Sebanyak 181,5 Juta Penduduk Indonesia akan Divaksin, Pemerintah Targetkan Herd Immunity

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Lebih Mudah Menular, Menkes Budi Bentuk Tim Khusus untuk Meneliti

"Kalau yang dilihat sama satgas Covid, saya masih ingat poster pertamanya aja 'Vaksin datang hatiku gembira, vaksin selesai obat Corona'," ujar dr Tirta.

"Dan media gorengnya terlalu berlebihan."

"Yang terjadi adalah antipati masyarakat."

dr Tirta mengatakan, kesalahan sudah sejak awal dilakukan Satgas Covid-19 era Terawan.

"Sesuatu yang terjadi terlalu cepat itu masyarakat anggapnya enggak masuk akal," ucapnya.

"Jadi kesalahan yang terjadi di Indonesia itu bukan vaksinnya, bukan kesalahan dokter."

"Tapi kesalahan alur komunikasi publik yang dilakukan Satgas Covid saat itu."

"Makanya kalau kita lihat sampai ada jubir vaksin itu sebenarnya ada masalah di komunikasi publik dari Agustus sampai November," tambahnya.

Setelah Budi Gunadi menggantikan Terawan, dr Tirta melihat komunikasi publik Satgas Covid-19 membaik.

"Komunikasi publik kita di menteri kesehatan itu mulai bener ketika menterinya ganti."

"Itu adalah fakta yang harus kita lihat," tandasnya.

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-1.49:

Cara Registrasi Ulang setelah Dapat SMS dari Peduli Covid

Sementara itu, vaksin Covid-19 akan segera didistribusikan ke masyarakat.

Dilansir TribunWow.com, hal itu telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI (KMK) Nomor HK.01.07/MENKES/12757/2020 tentang Penetapan Sasaran Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mengirimkan SMS secara serentak kepada penerima vaksin Covid-19 tahap pertama.

Baca juga: Pemberian Vaksin Covid-19 untuk Lansia Belum Pasti, Menkes Ungkap Alasannya: Sesudah Ada Konfirmasi

Baca juga: Penggunaan Darurat Global Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech Akhirnya Disetujui WHO

Untuk mengecek daftar nama calon penerima, dapat diketahui melalui situs pedulilindungi.id.

Meskipun begitu, untuk sementara ini daftar yang tertera di situs tersebut hanya khusus tenaga kesehatan sebagai kelompok prioritas penerima vaksin.

Berdasarkan keterangan pada situs pedulilindungi.id, tenaga kesehatan dan tenaga penunjang yang mendapat SMS dari PEDULI COVID harus melakukan registrasi ulang.

Vaksin Covid-19 tahap dua sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, dari Sinovac di Beijing, Tiongkok, Kamis (31/12/2020). (Capture YouTube Sekretariat Presiden)

Ada tiga cara yang dapat dilakukan, berikut daftarnya.

1. Aplikasi PeduliLindungi

2. Web https://pedulilindungi.id

3. Melakukan panggilan ke *119#

Saat mengonfirmasi melalui satu di antara ketiga saluran itu, calon penerima vaksin akan diminta memasukkan nomor induk kependudukan (NIK) yang umumnya tertera di KTP.

Baca juga: Bakal Teken Perjanjian dengan Pfizer untuk Datangkan Vaksin Covid-19, Menlu Retno: Kabar Baik

Apabila Anda adalah tenaga kesehatan atau tenaga penunjang di fasilitas pelayanan kesehatan tetapi belum mendapat SMS, segera kirim email ke vaksin@pedulilindungi.id.

Perlu diingat bahwa setelah menerima vaksin, protokol 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) harus tetap dilakukan.

PeduliLindungi sendiri adalah aplikasi buatan pemerintah yang bertujuan membantu pelacakan untuk menghentikan penyebaran Covid-19.

Aplikasi tersebut mengandalkan partisipasi masyarakat untuk memasukkan data lokasinya saat bepergian.

Hal tersebut dapat memudahkan tracing (penelusuran riwayat) kontak dengan penderita Covid-19.

Melalui aplikasi tersebut, pengguna akan mendapatkan notifikasi jika berada di keramaian atau di zona merah.

Aplikasi ini juga akan memberitahu jika di kelurahan atau area yang terdata ada orang yang terinfeksi Covid-19 atau ada pasien dalam pengawasan (PDP). (TribunWow.com)