"Jangan diharap Njenengan saja yang punya konsultan mas, kita punya juga, maaf, walaupun kita wong cilik tapi yang tidak mendapatkan tempat, itu ada ekonom-ekonom yang ahli di tempat kita," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 2.21.00
Respons Gibran Disebut Anak Muda Belum Paham Budaya Solo oleh Bagyo
Debat kedua Pilkada Solo kembali digelar pada Kamis (3/12/2020) yang diikuti oleh kedua pasangan calon (paslon), yakni Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dan Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo).
Pada kesempatan itu, paslon nomor urut pertama Gibran yang notabene masih anak muda disebut oleh Bagyo belum banyak mengetahui tentang kebudayaan Kota Solo.
Dilansir TribunWow.com dalam tayangan YouTube TATV Solo, Kamis (3/12/2020), Gibran yang mendegar pernyataan tersebut mulanya masih santai namun sempat meninggi di akhir penjelasannya.
Baca juga: Yakini Kemenangan Telak Gibran di Pilkada Solo 2020, Zulkifli Hasan Sebut Bisa Lebih dari 75 Persen
Baca juga: Mumtaz Rais Beri Dukungan Langsung ke Putra Jokowi di Pilkada Solo 2020, Gibran: Tambah Semangat
Bermula ketika Bagyo melemparkan pertanyaan kepada paslon satu, khususnya kepada Gibran.
Pertanyaan tersebut menyangkut langkah Gibran yang notabene merupakan anak muda dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Kota Solo.
Di satu sisi, Bagyo masih belum begitu yakin dengan kapasitas Gibran untuk persoalan tersebut,
"Njenengan (Anda) kan masih muda, budaya Kota Solo ini mau dibawa ke mana?," tanya Bagyo memulai pertanyaan.
"Sedangkan Njenengan kan tentang kultur budaya Solo belum tahu-tahu banget," imbuhnya.
Bagyo juga menyinggung soal kebijakan pemerintah Kota Solo, termasuk di dalamnya ada Teguh Prakosa sebagai anggota DPRD, dalam menyikapi warisan budaya tersebut.
Dirinya menyebut pemkot Solo tidak banyak berperan dalam melestarikan kebudayaan, bahkan cenderung melupakan.
"Ini banyak sekali yang dipimpin Pak Teguh, anggota DPR, banyak yang sudah lupa budayanya. Seperti keraton dan hiburan-hiburan untuk orang tua, keroncong, wayang, ketoprak entah kemana," ungkapnya.
"Nyuwun sewu (maaf), miris ini," kritiknya.