TRIBUNWOW.COM - Setelah melakukan pengujian vaksin, perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech mengungkap, bahwa kandidat vaksin yang mereka uji 90 persen efektif melawan Covid-19.
Kandidat vaksin yang dibuat ini berbasis mRNA atau hanya menggunakan kode genetik, dan bukan bagian dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Perusahaan farmasi ini juga menyebut, bahwa vaksin yang dikembangkan memberikan perlindungan tujuh hari setelah dosis kedua dan 28 hari setelah dosis awal vaksin diberikan.
Baca juga: Guru Besar Unpad Sebut Pembuatan Vaksin Covid-19 Rumit dan Dipastikan Aman: Jadi Jangan Ditolak
Baca juga: 1.620 Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac Selesai Disuntik, Selanjutnya Tinggal Pengamatan
Dalam data awal uji klinis fase 3 yang disebut analisis interim tersebut, terdapat 94 kasus positif Covid-19 dari 43.000 partisipan uji coba.
Menanggapi hal tersebut, ahli biologi molekular, Ahmad Utomo mengatakan, hingga saat ini belum ada jurnal ilmiah terkait efektivitas vaksin, baru sebatas informasi satu arah dari perusahaan tersebut.
Menurut Ahmad, harus dipastikan lebih dulu, dari 94 orang yang terinfeksi Covid-19, berapa banyak jumlah terinfeksi dari kelompok vaksin dan kelompok yang diberikan placebo.
“Dari dua kelompok pada uji klinis ini, kelompok yang diberikan placebo dan kelompok yang diberikan vaksin, idealnya di kelompok vaksin kurang dari 9 orang, untuk mengatakan vaksin ini 90 persen efektif,” kata Ahmad.
Baca juga: Kemenristek Sebut Indonesia Tak Perlu Impor Vaksin Covid-19 dari China jika Ada Dana Rp 10 Triliun
Baca juga: Ahli Sebut Pembuatan Vaksin Bisa Dipercepat dengan Teknologi: Hanya Perlu Satu Dua Bulan Saja
Hal lain yang harus diperhatikan adalah, dari kelompok usia 18 hingga 80 tahun yang menjadi relawan dalam uji klinis vaksin ini, kelompok usia muda atau usia tua yang terbukti mendapat proteksi 90 persen dari vaksin tersebut.
Lebih lanjut Ahmad mengatakan, ada dua hal utama yang diharapkan dari vaksin, yaitu untuk mencegah penularan dan atau mencegah penyakit, gejala serius, dan bahkan kematian.
“Kalau kita lihat re-design dari yang dilakukan Pfizer dan BioNTech, vaksin mereka tidak mencegah penularan, tetapi yang dilihat adalah proteksi terhadap gejala,” jelasnya dalam chanel YouTube pribadi Ahmad Utomo.
Baca juga: Pengadaan Vaksin Covid-19 Jadi Prioritas Pemerintah di Akhir Tahun, Ini Perkembangan Terbarunya
Sehingga, ketika nanti memang terbukti efektif, protokol kesehatan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) harus tetap diterapkan.
Apalagi, vaksin ini tidak mungkin diberikan secara serentak. Karena kapasitas Pfizer dan BioNTech baru mencapai 50 juta dosis per tahun.
“Jika injeksi dilakukan dua kali, berarti hanya untuk 25 juta orang per tahun. Padahal, ada 3-4 miliar manusia di dunia,” pungkas Ahmad. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Vaksin Pfizer Diklaim Efektif, Ahli Sebut Tak Mencegah Penularan Covid-19"