Terkini Internasional

Angkat Bicara soal Presiden Prancis, PM Kanada 'Sentil' Macron: Kebebasan Berpendapat Ada Batasnya

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berpidato dalam upacara penghormatan korban jatuhnya pesawat Ukraina, ditayangkan oleh The Guardian, Senin (13/1/2020).

TRIBUNWOW.COM - Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau buka suara tentang pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Diketahui pernyataaan Macron mengundang protes dari umat Islam dunia, bahkan berujung pada ajakan untuk memboikot produk Prancis.

Hal tersebut terkait karikatur Nabi Muhammad yang dirilis majalah Prancis Charlie Hebdo.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron (AFP)

Baca juga: 20 Organisasi Islam Dunia Peringatkan Presiden Prancis, Tulis Petisi: Macron Nodai Warganya Sendiri

Dilansir TribunWow.com, Trudeau kemudian menanggapi polemik tersebut, mengingat Macron bersikeras menilai penerbitan karikatur tersebut adalah bagian dari kebebasan berpendapat yang dijunjung di Prancis.

"Kami akan selalu mendukung kebebasan berpendapat," tegas Trudeau, dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (31/10/2020).

Meskipun begitu, ia memberikan catatan bagi pernyataan Presiden Macron.

Menurut Trudeau, penting agar kebebasan berpendapat diikuti dengan tanggung jawab dan menghormati orang lain.

Ia menyinggung hal itu penting demi menjaga kedamaian di antara masyarakat yang beragam.

"Namun kebebasan berpendapat bukan berarti tanpa batas," singgung PM Kanada.

"Kita bertanggung jawab untuk bertindak dengan menghormati orang lain dan tidak perlu dengan sengaja menyakiti anggota masyarakat lain di dunia yang kita tinggali bersama," tambah Trudeau.

"Di masyarakat yang plural, beragam, dan saling menghormati seperti negara kita, kita bertanggung jawab untuk tetap menyadari dampak dari ucapan kita, tindakan kita ke orang lain, terutama terhadap komunitas dan kelompok yang masih mengalami isu diskriminasi," terangnya.

Baca juga: Kecam Pidato Presiden Prancis, Jokowi Anggap Lukai Umat Islam: Sama Sekali Tidak Bisa Dibenarkan

Dalam kesempatan yang sama, Trudeau menilai masyarakat dunia siap melakukan debat terbuka terhadap isu ini, mengingat dampak yang akan ditimbulkan.

Di sisi lain, Trudeau juga mengecam keras insiden penyerangan yang mengejutkan masyarakat Prancis dalam kurun waktu satu bulan terakhir.

"Sangat tidak dapat dibenarkan dan Kanada mengecam dengan keras aksi ini, dengan mendukung saudara-saudara kami di Prancis yang tengah mengalami masa-masa sulit," ungkap pemimpin Partai Liberal ini.

Diketahui sebelumnya terjadi pemenggalan seorang guru sejarah di Prancis, Samuel Paty.

Pemenggalan itu terjadi tidak lama setelah ia menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelas yang membahas materi kebebasan berpendapat.

Selain itu, ada pula penyerangan di sebuah gereja di Nice, Prancis yang menimbulkan tiga korban jiwa.

Diketahui pernyataan kontroversial Macron disampaikan untuk menanggapi dua insiden yang diduga terkait isu sensitif rasisme dan agama tersebut.

Jokowi Turut Kecam Pernyataan Macron

Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut menanggapi pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Dilansir TribunWow.com, hal itu disampaikan dalam pernyataan resmi di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (31/10/2020).

Diketahui sebelumnya Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidato yang dianggap bermuatan sensitif terhadap umat Islam terkait kartun Nabi Muhammad.

Baca juga: Sayangkan Sikap Presiden Prancis, Babe Haikal: Kemunduran Intelektual, Kebodohan dari Macron

Menanggapi hal itu, Jokowi menyebutkan pernyataan itu turut menarik perhatian para tokoh Muslim Indonesia dan para pejabat tinggi.

Mulanya ia menyinggung kerusuhan yang terjadi di Nice, Prancis yang menyebabkan tiga orang meninggal dan penyerangan di Paris, Prancis yang mengakibatkan korban luka.

"Pertama, Indonesia mengecam keras terjadinya kekerasan di Paris dan Nice yang telah memakan korban jiwa," kata Jokowi.

Berikutnya Jokowi memberikan kritik keras terhadap pernyataan Macron yang menyebutkan menjunjung tinggi sikap "sekularisme".

Kepala Negara RI menilai sikap tersebut tidak tepat di tengah pandemi Virus Corona yang berdampak secara global.

Kolase foto Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi). (AFP/Capture YouTube Sekretariat Presiden)

"Kedua, Indonesia juga mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia yang bisa memecah-belah persatuan antarumat beragama di dunia di saat dunia memerlukan persatuan menghadapi pandemi Covid-19," tegas Jokowi.

Diketahui Macron menyatakan sikap sekularisme tersebut terkait perlindungan terhadap kebebasan berpendapat, baik untuk warga yang beragama maupun tidak beragama.

Menanggapi hal itu, Jokowi beranggapan "nilai kebebasan berpendapat" yang dijunjung Macron justru menyakiti perasaan umat Islam dalam hal ini.

Baca juga: Sosok Pelaku Penusukan yang Bunuh 3 Orang di Gereja Prancis, Tidak Termasuk dalam Daftar Teroris

"Kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan, kesucian, dan kesakralan nilai-nilai simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan," ucap Jokowi.

Dikutip dari BBC.com, diketahui kejadian bermula saat pemenggalan seorang guru sejarah SMA di Paris, Samuel Paty, yang menunjukkan karikatir Nabi Muhammad kepada murid-muridnya terkait kebebasan berpendapat.

Pascatewasnya Paty, Presiden Macron menyatakan sikap negara tidak akan mengkritik tindakan guru sejarah tersebut.

Ia menilai tindakan Paty sebagai perwujudan "wajah Republik" dan untuk melindungi nilai sekularisme di negara tersebut.

Diketahui nilai sekularisme negara ini menjadi bagian dari identitas nasional Prancis, berdasarkan moto pascarevolusi libertyequalityfraternity. (TribunWow.com/Brigitta)