Terkini Nasional

Kepada Fadjroel, BEM UNY Pertanyakan Keberadaan dan Sikap Jokowi soal Demo: Kami Butuh Presiden Kami

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua BEM Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Bayu Septian mempertanyakan kepada Jubir Presiden, Fadjroel Rachman soal keberadaan sekaligus sikap dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait aksi demo tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.

TRIBUNWOW.COM - Ketua BEM Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Bayu Septian mempertanyakan keberadaan sekaligus sikap dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait aksi demo tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Dilansir TribunWow.com dalam acara Mata Najwa, Rabu (28/10/2020), Bayu Septian mengaku menyayangkan sikap dari Jokowi yang tidak juga menemui para pendemo yang sudah berpanas-panasan.

Lebih menyayangkan lagi dikatakannya ketika pemerintah justru memberikan tudingan miring terhadap aksi massa tersebut, yaitu disebut ada yang menunggangi.

Ketua BEM Universitas Negeri Yogyakarta, Bayu Septian meluruskan soal tudingan-tudingan terhadap aksi demo menolak UU Cipta Kerja, dalam acara Mata Najwa, Rabu (28/10/2020). (Youtube/Najwa Shihab)

Baca juga: Di Mata Najwa, BEM UNY Tak Terima Aksi Demo Tolak UU Cipta Kerja Disebut Ditunggangi: Kita Patungan

Dengan sikap yang ditunjukkan oleh pemerintah tersebut, Bayu Septian lantas mempertanyakan siapa yang sebenarnya tidak jujur.

"Jadi dengan pernyataan pemerintah seperti ini, siapa yang sebetulnya membuat hoax itu, masyarakat atau pemerintah," ujar Bayu Septian.

"Yang kita dituduh bahwa seolah pemerintah itu sebagai seorang malaikat bisa menentukan mana yang salah dan mana yang betul," imbuhnya.

Hal itu sempat diluruskan oleh Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman.

"Tidak-tidak, mari kita sama-sama menegakkan hukum," kata Fadjroel.

"Ini negara hukum bukan negara kekuasaan, kita sudah hafal luar kepala soal itu, mari dibantu," jelasnya.

Fadjroel lalu menegaskan bahwa pemerintah menghargai proses-proses demokrasi dan tentunya tetap menjunjung tinggi penegakkan hukum.

"Kita setia kepada demokrasi dan negara hukum, kita tidak tedeng aling-aling terhadap ini. Jadi hindari segala tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar, mari kita sama-sama menegakkan hukum," harapnya.

Baca juga: Fadjroel Minta Bawa UU Ciptaker ke MK, Asfinawati Beri Sindiran soal Penangkapannya di Era Reformasi

Mendengar penjelasan dari Fadjroel Rachman, Bayu Septian lantas mempertanyakan keberadaan dan sikap dari pemerintah, khususnya Presiden Jokowi.

Ia mengatakan harusnya Jokowi bisa menemui rakyatnya dan mendengar aspirasi yang disampaikannya.

"Kami ingin wakil rakyat kami yang kami pilih ketika mereka berkampanye panas-panasan untuk hadir bersama kami di lapangan berpanas-panasan bersama, kita berdialog bersama mahasiswa dan elemen lainnya ketika prosesi demonstrasi yang ada," harapnya.

"Kami butuh presiden kami. Di mana presiden kami ketika kami mengunjungi Istana Negara, di Istana Merdeka dan seterusnya."

"Jadi sampai saat ini sama sekali kita tidak melihat batang hidung dari yang terhormat Ir. Joko Widodo," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit ke- 8.05

Tak Terima Aksi Demo Disebut Ditunggangi: Kita Patungan

Ketua BEM Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Bayu Septian meluruskan soal tudingan-tudingan terhadap aksi demo menolak UU Cipta Kerja.

Dilansir TribunWow.com, Bayu Septian mengaku tidak terima ketika aksinya untuk memperjuangkan hak buruh itu disebut ada yang menunggangi atau mensponsori.

Hal itu diungkannya dalam acara Mata Najwa, Rabu (28/10/2020).

Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) demo tolak UU Cipta Kerja kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Selasa (20/10/2020) (Tribunnews/ Danang)

 

Baca juga: Korek Kuping Disiapkan Massa Pendemo Serikat Pekerja Tolak UU Cipta Kerja untuk Jokowi

Dalam kesempatan itu, Bayu Septian mengakui bahwa memang terdapat tindakan kerusuhan dalam demo tersebut.

Namun ditegaskan bahwa oknum-oknum tersebut di luar dari mereka yang murni melakukan demo, apalagi para mahasiswa.

"Saya enggak berbicara banyak, visualisasi sudah ditunjukkan, biar masyarakat yang lebih cerdas bisa menilai."

"Jangan sampai gerakan-gerakan kita yang bermoral dan berintelektual itu dikambinghitamkan dengan pernyataan-pernyataan entah ditunggangi, disponsori, dan sebagainya," ujar Bayu Septian.

Dirinya sangat menyayangkan sikap dari pemerintah yang juga mengklaim bahwa aksi massa ada yang mendalangi dan selalu identik dengan kerusuhan.

Menurutnya, hal itu jelas sangat menyinggung para pendemo dan khususnya para mahasiswa itu sendiri.

Karena dikatakannya bahwa gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa itu memang disponsori, namum disponsori oleh rekan-rekan mahasiswa itu sendiri dengan cara berpatungan.

Termasuk mengirimkan perwakilannya dari masing-masing kampus ke pusat.

Baca juga: Di Mata Najwa, Ernest Tanggapi Statement Megawati soal Milenial: Mungkin Lagi Terlalu Bersemangat

"Ketika ada pernyataan pemerintah yang cukup viral kemarin, bahwa aksi daripada mahasiswa itu adalah aksi-aksi yang ditunggangi," katanya.

"Ini saya ingin luruskan, kita anak-anak daerah untuk bisa membersamai kawan-kawan yang ada di pusat, kita patungan kawan-kawan yang ada di kampus," ungkap Bayu Septian.

Lebih lanjut, Bayu Septian menilai statament tak mendasar yang dikeluarkan oleh pemerintah itu justru bisa memancing amarah baru.

Sehingga ditakutkan malah yang terjadi dalam aksi demo tersebut benar-benar tidak lagi tentang substansi.

"Akhirnya dengan kondisi seperti itu malah menimbulkan amarah baru, para mahasiswa menghidupkan api amarah bahwa tidak benar kita itu disponsori dan ditunggangi," pungkasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)