Virus Corona

Tanggapan Pengusaha soal Keputusan Mendadak Anies Baswedan Berlakukan PSBB Lagi: Ini Sulit

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengusaha atau Ketua Umum Hippi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menjelaskan bahwa keputusan PSBB cukup sulit bagi para usahawan di acara Kompas TV pada Kamis (10/9/2020).

TRIBUNWOW.COM - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memutuskan agar wilayahnya kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai Senin (14/8/2020).

Menanggapi itu, Pengusaha atau Ketua Umum Hippi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menjelaskan bahwa keputusan tersebut cukup sulit bagi para usahawan.

Dikutip TribunWow.com dari Kompas TV pada Jumat (11/9/2020) Sarman menjelaskan bahwa sebenarnya pengusaha hiburan malam khususnya sudah melakukan protes pada Anies.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan akhirnya memutuskan untuk kembali menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Senin (14/9/2020). (channel YouTube Najwa Shihab)

Anies Baswedan Kembali Berlakukan PSBB di DKI Jakarta, Ini Respons 3 Menteri Ekonomi Jokowi

Adanya PSBB kembali maka penantian panjang pengusaha membuka usahanya kembali ditunda.

"Ya memang sangat dilematis ya, ini pengusaha-pengusaha hiburan sudah enam bulan tutup, sebenarnya sudah beberapa kali demo di balai ibu kota."

"Dengan adanya PSBB ini ya berarti, penantian panjang lagi . Tentu memang kita bisa membayangkanah usaha kita enam bulan tidak jalan," jelas Sarman.

Apalagi bisa saja ada sebagian pengusaha yang masih bertanggung jawab membayar karyawannya.

"Tentu posisi mereka pasti tentu akan akan sulit."

"Boro-boro mereka menggaji karyawan sampai saat ini saya tidak mengerti," kata dia.

Meski demikian, ia berharap agar Anies bisa berkoordinasi dengan pemerintah di sekitar Jakarta lainnya agar PSBB benar-benar efektif.

Tak Setuju Kebijakan Anies soal PSBB, Gembong Warsono: Hebat di Atas Kertas, Implementasi Nol Besar

"Tapi yang jelas kami sangat berharap agar ada jawaban ada kita PSBB ini."

"Makanya tadi kami sangat merespons sekali misalnya Pak Gubernur mengatakan penerapan PSBB ini juga akan dikordinasikan juga dengan pemerintah penyangga lainnya, Botabek," harapnya.

Apalagi keluar masuk Jakarta dengan daerah penyangga lainnya juga cukup tinggi.

"Saya rasa harus karena bagaimanapun peregerakan manusia di Jakarta itu sangat tinggi, tidak ada koordinasi tidak efektif," sambung Sarman.

Selain itu, Sarman juga berharap agar pemerintah memperpanjang bantuannya bagi para pelaku usaha.

"Harapan kami juga beberapa stimulus dan relaksasi yang selama ini diberikan pengusaha itu kalau bisa diperpanjang sampai akhir tahun depan," ucap Sarman.

Menentang PSBB DKI Jakarta, Arief Poyuono Sebut Anies Tak Koordinasi dengan Pusat: Masyarakat Panik

Lihat videonya mulai menit ke-3:25:

 

 

Alasan Anies 'Tarik Rem Mendadak'

Sebelumnya, di acara Mata Najwa Trans 7 pada Rabu (10/9/2020), Anies Baswedan mengungkap alasannya menarik 'rem mendadak' bagi Jakarta.

Anies menjelaskan, dirinya terpaksa kembali menerapkan PSBB lantaran Jakarta mengalami kenaikan penambahan kasus Covid-19 secara signifikan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam konferensi pers Kebijakan Pemprov DKI Jakarta Terkait Penanganan Covid-19, Rabu (9/9/2020). (youtube PEMPROV DKI JAKARTA)

 

• Anies Baswedan Tarik Rem Darurat PSBB, Jakarta Balik ke Masa Awal Pandemi Mulai 14 September

"'Rem darurat' akhirnya ditarik oleh Pemprov DKI, dari berbagai hal, argumen utama, harus menarik lagi itu karena apa?' tanya Najwa Shihab.

"Jadi kita menyaksikan angka kasus aktif dalam sebulan terakhir ini sempat turun lalu meningkat dengan cukup tajam."

"Jadi dalam dua minggu ini kasusnya meningkat cukup tajam," jelas Anies.

Anies menjelaskan bahwa kebannyakan pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG).

"Kasus aktif itu artinya orang yang terpapar sudah dirawat atau diisolasi, jumlahnya sekarang di Jakarta ada 11.245 orang," sambungnya.

Meski kebanyakan pasien tak bergejala, namun 15 persen pasien bergejala sedang dan berat di antaranya tetap membutuhkan perawatan

"Kasus aktif seperti ini berdasarkan pengalaman kita selama enam bulan ini 50 persen tanpa gejala, 35 persen gejala ringan, 15 persen gejala sedang atau berat."

"Nah yang 15 persen gejala sedang atau berat ini mereka yang membutuhkan pelayanan atau perawatan," jelasnya.

• Penularan Covid-19 di Jakarta Semakin Meningkat, Anies Baswedan: Kita Mendeteksi Banyak

Menurut Anies, kenaikan penderita Covid-19 di Jakarta terus meningkat meski pelan-pelan.

"Dari data yang kita miliki semenjak pertengahan Agustus atau Agustus awal terus sampai dengan September awal itu trennya meningkat terus, steady, pelan tapi terus meningkat," kata dia.

Dari perhitungannya bersama para ahli, jika terus-terusaan meningkat maka rumah sakit yang melayani pasien Covid-19 akan penuh.

Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan bahwa pihaknya juga mau tak mau menambah rumah sakit rujukan di Jakarta.

Dari 190 rumah sakit di Jakarta, 67 di antaranya akan dikerahkan untuk menangani penderita Covid-19.

"Bila kita tidak melakukan pengereman maka pada tanggal 17 September, 4.053 tempat tidur itu akan penuh," imbuhnya.

• UPDATE Virus Corona di Indonesia Rabu 9 September: Angka Kematian Capai 8.336, Total Kasus 203.342

Lihat videonya mulai menit ke-1:14:

 

(TribunWow.com/Mariah Gipty)