TRIBUNWOW.COM - Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo mengomentari kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam menangani Covid-19.
Dilansir TribunWow.com, hal itu disampaikan Suko Widodo dalam acara Rosi di Kompas TV, Kamis (2/7/2020).
Suko menilai ada gesekan politik yang terjadi antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dipimpin Gubernur Khofifah Indar Parawansa.
• Ditanya soal Warga Surabaya Bandel, Risma Komentari Penelitian Unair: Coba Dicek Lagi, untuk Mana?
Ia menyebutkan bahkan Risma tampak sudah sangat stres menghadapi Covid-19 di Surabaya.
"Saya lihat terakhir ini Bu Risma memang sedang mengalami depresi luar biasa, karena kita tahu kalau ngomong apa adanya, ada problem komunikasi yang buntu antara Bu Risma dengan Provinsi Jawa Timur," kata Suko Widodo.
Menurut Suko, kebuntuan komunikasi itu dapat dijelaskan dengan adanya sindrom ibu kota.
"Sebetulnya ini rangkaian panjang. Saya melihatnya sebagai sindrom ibu kota," paparnya.
"Kalau ibu kota itu selalu berbenturan dengan gubernur," ungkap pakar komunikasi tersebut.
Ia menjelaskan fenomena itu juga terjadi pada periode pemerintahan gubernur sebelumnya.
Suko membandingkan dengan pemerintah daerah lain pasti lebih memiliki hubungan baik dengan pemprov.
"Surabaya itu sejak 2002, gubernurnya Imam Utomo, kemudian dilanjutkan Pakde Karwo, kemudian sekarang Bu Khofifah, ada memang hubungan yang dalam komunikasi politik tidak terlalu harmonis seperti daerah lain," jelasnya.
Suko menyebutkan masalah komunikasi semacam ini bukan hal baru.
• Attack Rate Kota Surabaya Melonjak, Total Kasus Covid-19 di Jawa Timur Capai 10.092 Orang
"Menurut saya, ini sudah sejarah lama. Sehingga setiap ada sedikit saja konflik muncul, itu akan terjadi kebuntuan yang tidak tuntas," papar Suko.
Ia memberi contoh pada persiapan Piala Dunia U-20 2021 di Surabaya.
Suko menerangkan saat itu juga konflik muncul antara Risma dengan Khofifah.
"Stadion Gelora Bung Tomo sudah oke, lalu gubernur mengatakan stadionnya mau dipindahkan," ungkap Suko.
"Itu ribetnya sudah luar biasa," lanjutnya.
Menurut Suko, masalah komunikasi ini seharusnya dapat dipecahkan sehingga membantu jalannya pemerintahan Kota Surabaya.
"Saya melihatnya seperti komunikasi yang buntu, sehingga defense terus Bu Risma ini," kata Suko.
"Ini saya kira sindrom itu yang harus dipecahkan," tambahnya.
• Pemicu Risma Sujud pada Dokter, Tak Terima Anak Buah Disalahkan Pihak RS: Saya Jenderal di Surabaya
Lihat videonya mulai menit 1:00
Risma Ngaku Sering Disalahkan soal Covid-19
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebutkan banyak pihak yang menyerangnya tentang penanganan Virus Corona (Covid-19).
Dilansir TribunWow.com, Risma akhirnya memutuskan angkat bicara tentang hal itu dalam acara Rosi di Kompas TV, Kamis (2/7/2020).
Hal itu ia sampaikan setelah sebelumnya melakukan aksi sujud di hadapan Ketua Tim Pinere RSUD dr Soetomo, dr Sudarsono pada Senin (29/6/2020).
• Aksi Sujudnya pada Dokter Jadi Sorotan, Risma Ngaku Tak Peduli: Ada yang Katakan Lebay, Terserah
Aksi itu ia lakukan karena merasa pihak rumah sakit menuding bawahan Risma tidak bekerja dengan benar.
Hal tersebut kemudian ditanyakan presenter Rosiana Silalahi.
"Mengapa Ibu langsung merasa ini menyerang secara pribadi dan menganggap bahwa Ibu sudah diperlakukan tidak adil?" tanya Rosi.
Saat bersujud, Risma juga menangis dan mengatakan dirinya telah gagal menjadi wali kota.
"Mengapa Ibu merasa itu serangan pribadi?" tambah Rosi.
Risma mengaku bukan hanya sekali itu saja kinerjanya dipertanyakan.
Menurut dia, sebelumnya banyak sekali kejadian serupa.
"Karena sebelum-sebelumnya banyak sekali peristiwa, kejadian itu," ungkap Tri Rismaharini.
Meskipun begitu, Risma mengaku sebelumnya memilih untuk bungkam.
Hal itu ia lakukan agar tidak memperpanjang masalah.
"Saya sebetulnya enggak mau bicara. Untuk apa sih?" kata Risma.
"Saya juga enggak kepengin ini," tambahnya.
Risma menyebutkan bahkan ada beberapa tuduhan yang diajukan langsung kepadanya.
Namun ia enggan menjawab tudingan-tudingan tersebut.
• Dirut RSI Surabaya Ungkap Kondisi Kesehatan Pasien yang Jenazahnya Tertukar: Tanda Klinis Covid-19
"Saya ditanyakan, saya jawab bahwa sebelumnya banyak sekali kasus," papar politisi PDIP ini.
"Tapi saya tidak menjawab, meskipun saya tahu arahnya ke saya," ungkapnya.
Menurut Risma, tudingan-tudingan itu lalu dibantah dengan data oleh para stafnya.
Risma menilai data menjadi poin penting yang harus dipegang dalam pekerjaannya.
"Saya mencoba yang menjawab itu staf saya dengan menjelaskan dengan data," kata Risma.
"Terus terang, saya selalu bekerja dengan data. Saya selalu bekerja dengan catatan, saya bekerja dengan teknologi," paparnya.
"Saya bekerja dengan sistem di mana semua standarnya ada," lanjut wali kota yang sudah menjabat selama dua periode ini.
Risma menyebutkan dirinya selalu menunjukkan data jika muncul tuduhan-tuduhan terhadap kinerjanya.
Ia mengaku serangan kepadanya sebenarnya kerap muncul.
"Jadi kalau ada yang menyerang begitu, saya langsung tunjukkan data," tutur Risma.
"Itu sering sekali, sehingga terus terang kemarin saya ya bingung," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)