TRIBUNWOW.COM - Pengamat politik dan Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengungkapkan adanya sejumlah kemungkinan terkait isu penggantian kabinet oleh Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi).
Ia mengatakan bahwa perombakan kabinet tersebut bisa jadi telah direncanakan sebelumnya.
Yunarto juga menyebutkan kemungkinan bahwa kemarahan Jokowi pada para menterinya tersebut sebagai sarana untuk menciptakan pra-kondisi sebelum perombakan dilakukan.
• Dengar Argumen Jubir PKS soal Pidato Jokowi, Ali Ngabalin Terkekeh: Kumpulin Saja Pernyataan Itu
Dilansir KompasTV, Senin (29/6/2020), Yunarto menilai adanya sejumlah kemungkinan terkait isu reshuffle kabinet yang sedang marak dibicarakan.
Ia menyebutkan sudah adanya rencana terkait dengan penggantian tersebut sebelumnya.
Namun pemerintah disebut mencoba melihat reaksi bila reshuffle tersebut dilakukan nantinya.
"Ada kemungkinan juga sudah ada rencana terkait dengan reshuffle yang paling banyak dibahas," ujar Yuniarto.
"Tetapi kemudian coba diupayakan testing the water," imbuhnya.
Ia kemudian mengungkapkan adanya sejumlah orang yang memandang isu perombakan kabinet tersebut dari dua sisi.
Satu sisi menyebutkan bahwa pemerintah harusnya dapat menyatukan para menterinya agar dapat bekerja sama dalam kondisi krisis.
Sementara itu, berlawanan dengan anggapan tersebut, sejumlah orang malah menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan reshuffle.
"Karena dalam kondisi krisis Covid seperti sekarang ada dua kacamata, orang melihat harusnya konsolidasi terjadi, bukan malah perombakan kabinet," tutur Yunarto.
"Tapi ada juga yang mengatakan ini momen yang paling tepat untuk melakukan perombakan kabinet secara berani."
• Selain Marah, Pakar Ekspresi Singgung Ada Rasa Takut dalam Raut Wajah Jokowi: Suaranya Memelan
Ia menjelaskan bahwa ungkapan kedua dilakukan berkaitan dengan upaya untuk mencoba melihat opini masyarakat terkait hal tersebut.
"Jadi spekulasi kedua terkait dengan testing the water," terangnya.
Namun Yunarto kembali menyebutkan adanya kemungkinan bahwa pemerintah sebenarnya telah memiliki keputusan atas perombakan menteri tersebut.
Ia mengungkapkan adanya potensi bahwa kemarahan Jokowi yang terekam dalam video, merupakan upaya untuk memberi sinyal akan adanya reshuffle tersebut.
"Tapi bisa juga yang paling keras jangan-jangan keputusan sudah diambil kalau kita bicara mengenai reshuffle," ujar Yunarto.
"Tetapi kemudian merasa dibutuhkan sebuah pra-kondisi yang bisa menjelaskan termasuk di antaranya bagaimana video yang ada kemarin sehingga kemudian reshuffle betul-betul terjadi, tidak terjadi kekagetan," jelasnya.
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-00:13:
Pengamat Sebut Menteri yang Layak Diganti
Pengamat komunikasi politik Hendri Satrio memprediksi nama-nama menteri yang layak diganti setelah muncul ancaman reshuffle yang dilontarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat diundang dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Malam di TvOne, Senin (29/6/2020).
Sebelumnya Jokowi menyebutkan akan membuka opsi perombakan kabinet (reshuffle) dalam pidato arahan di Sidang Kabinet Paripurna, Kamis (18/6/2020).
Dalam pidato tersebut, Jokowi mengecam kinerja menterinya yang dianggap kurang tanggap menangani pandemi Virus Corona (Covid-19).
Menanggapi isu reshuffle tersebut, Hendri memprediksi dua jabatan yang kemungkinan akan dirombak.
"Kalau saya, kemungkinan besar memang di kesehatan dan ekonomi," ungkap Hendri Satrio.
Meskipun begitu, Hendri menduga Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tidak akan diganti.
"Tapi tidak untuk Menteri Kesehatan, menurut saya," paparnya.
Hal itu ia sampaikan mengingat awal mula kabinet dibentuk pada 2019 tidak dalam situasi krisis.
"Kembali lagi saya ingatkan, pada saat Pak Jokowi membuat kabinet ini, dibuat dalam keadaan normal," jelas Hendri.
"Pak Jokowi ingin kabinet itu lancar, kondisinya enggak ada Covid, enggak ada pandemi," lanjutnya.
Hendri menilai jika ada inisiatif mengganti Menkes Terawan, seharusnya dilakukan dari dulu.
"Begitu sekarang ada Covid, justru menurut saya kalau presiden mau ganti Menteri Kesehatan itu dari dulu-dulu," kata Hendri.
Menurut Hendri, saat ini Jokowi ingin lebih memerhatikan aspek nonmedis.
Seperti diketahui, aktivitas ekonomi banyak terhambat selama masa pandemi Virus Corona.
"Tapi yang sekarang kelihatannya dia lebih fokus pada penanganan nonmedisnya supaya ekonomi di Indonesia dan bangsa ini bisa maju lebih cepat lagi," jelas Hendri.
Hendri memberi contoh Perdana Menteri Inggris Winston Churchill yang memimpin negaranya menghadapi Perang Dunia II.
"Berkali-kali saya katakan. Dulu Churchill juga begitu," papar Hendri.
"Begitu perang, ganti semua menterinya dengan menteri yang paham bagaimana menangani perang," terangnya.
Menurut Hendri, wajar saja jika Jokowi ingin mengganti menterinya dengan yang lebih mumpuni saat ini.
"Harusnya Pak Jokowi ikutin aja. Sekarang ganti menterinya yang bisa menangani pandemi dan krisis supaya bisa naik lebih cepat," katanya.
Hendri kemudian menyinggung saat ini Jokowi lebih fokus pada akibat nonmedis yang ditimbulkan pandemi, seperti aspek ekonomi dan pendidikan.
Sementara untuk keadaan pandemi itu sendiri, Hendri menilai pemerintah dan masyarakat sudah mulai terbiasa dengan adanya Covid-19.
Lihat videonya mulai menit 9:00:
(TribunWow.com/ Via/ Brigitta)