Virus Corona

Yaman Jadi Negara Paling Parah Terdampak Pandemi, Sistem Kesehatan Runtuh hingga Krisis Kemanusiaan

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Virus Corona

TRIBUNWOW.COM - Yaman menjadi satu di antara beberapa negara yang paling terdampak parah pandemi Virus Corona.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 di Yaman memiliki konsekuensi lebih mematikan daripada negara lain.

Selain karena masih berperang, Yaman juga memliki kasus krisis kemanusiaan yang terburuk di dunia.

Ditambah lagi dengan sistem kesehatan mereka yang kurang berjalan dengan baik dan tenaga medis yang tidak memadai.

Dilansir bbc.com, Minggu (21/6/2020), berikut alasan Yaman menjadi negara terdampak paling buruk pandemi Virus Corona.

Ilustrasi pemakaman penderita Covid-19. Petugas melakukan proses pemakaman jenazah korban virus corona (Covid-19) di sebuah Taman Pemakaman Umum (TPU), di Jakarta, Rabu (15/4/2020). Proses pemakaman korban positif Covid-19 maupun yang masih berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) harus mengikuti protokol kesehatan, yakni antara lain petugas mengenakan alat pelindung diri (APD), jenazah segera dikuburkan, dan keluarga yang hadir dibatasi seminimal mungkin. Terbaru, ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19. (AFP/Bay Ismoyo)

 

Cara Melindungi Diri dari Virus Corona jika Anda Harus Pergi ke Kerumunan

1. Masih Berperang

Sejak 2015, Yaman telah hancur oleh konflik, meninggalkan jutaan orang tanpa akses ke perawatan kesehatan yang layak, air bersih atau sanitasi yang krusial untuk mencegah penyebaran virus.

Makanan vital, pasokan medis dan kemanusiaan telah dibatasi oleh blokade darat, laut, dan udara sebagian dilakukan oleh koalisi negara-negara yang dipimpin Saudi melawan pemberontak Houthi.

Sementara pemberontak itu sendiri telah menghalangi distribusi bantuan ke arah kota dan mengusir pemerintah keluar dari ibukota dan ke selatan negara tersebut.

Tidak adanya pemerintahan pusat yang bertanggung jawab membuat pandemi Virus Corona lebih sulit dikendalikan.

2. Krisis Kemanusiaan Terburuk

Hampir tiga tahun sebelum munculnya Covid-19, PBB menyatakan Yaman sebagai tempat yang paling membutuhkan di Bumi.

Sekitar 24 juta orang di sana, yaitu sekitar 80% dari populasi penduduk, bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup, dan jutaan lainnya berada di ambang kelaparan.

Diperkirakan 2 juta anak kekurangan gizi akut, dan negara itu sudah berjuang untuk mengatasi penyakit seperti demam berdarah, malaria dan kolera sebelum kasus pertama Virus Coronadilaporkan.

Sistem kekebalan yang melemah berarti mereka yang menderita penyakit kronis dapat tertular Covid-19 lebih mudah, dan merasa lebih sulit untuk bertahan hidup.

Hacker Jual Data Pasien Covid-19 di Indonesia, dari Nama hingga Alamat Rumah, Dihargai Rp 4,2 Juta

3. Sistem Kesehatan Telah Runtuh

Perang lima tahun telah menghancurkan sistem kesehatan negara itu, membuatnya tidak mampu menghadapi pandemi.

Banyak dari 3.500 fasilitas medis Yaman telah rusak atau hancur dalam serangan udara, dan hanya setengah yang dianggap berfungsi penuh.

Klinik dilaporkan penuh sesak, dan obat-obatan dan peralatan dasar masih kurang.

Di negara berpenduduk 27,5 juta orang tersebut, hanya ada beberapa ratus mesin ventilator, yang digunakan untuk membantu pasien bernafas dalam kasus di mana Covid-19 menyebabkan gagal paru-paru.

4. Jumlah Aktual Kasus Positif Tidak Diketahui

Tanpa mengetahui lebih akurat siapa yang menderita Virus Corona, lebih sulit untuk mencegah penyebarannya atau merencanakan jumlah pasien yang menambah tekanan pada sistem kesehatan yang sudah rapuh.

Sejak pasien Virus Corona pertama kali dilaporkan di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah pada bulan April, skala sebenarnya dari wabah tersebut belum dapat ditentukan.

Pemerintah telah mengumumkan lebih dari 900 kasus , sementara pemberontak yang menguasai ibukota dan daerah padat penduduk lainnya mengatakan mereka hanya mendeteksi empat kasus di wilayah mereka.

PBB mengatakan bahwa dengan pasokan pengujian yang terbatas dan kurangnya transparansi dalam data dari para pemberontak dan pemerintah, jumlah kasus yang sebenarnya hampir pasti jauh lebih tinggi secara keseluruhan.

5. Tenaga Medis Rentan

Di samping kurangnya obat untuk mengobati kasus, petugas medis di Yaman tidak memiliki peralatan perlindungan pribadi (APD), seperti masker dan baju hazmat, untuk melindungi mereka dari penyakit.

Sebuah laporan yang belum dikonfirmasi tentang situs berita Al-Masdar yang dimiliki secara pribadi mengatakan puluhan petugas medis tewas akibat Covid-19 di kedua daerah yang dikuasai pemberontak maupun yang dikuasai pemerintah.

Seorang pakar penyakit menular yang paling terkenal di Yaman, Yassin Abdul Wareth, meninggal akibat Covid-19 awal bulan ini.

Kematian Wareth digambarkan sebagai pukulan besar bagi sektor kesehatan di Yaman. (TribunWow.com)