Virus Coromna

Di ILC, Anies Klarifikasi soal Rekor Lonjakan Corona di Jakarta: Bukan Seperti yang Dibayangkan

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anies Baswedan mengungkapkan alasan mengapa terjadi rekor lonjakan kasus baru Virus Corona. Hal itu disampaikan Anies Baswedan saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa.

TRIBUNWOW.COM - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengungkapkan alasan mengapa terjadi rekor lonjakan kasus baru Virus Corona.

Pernyataan Anies menyusul data kasus baru Covid-19 pada Selasa (10/6/2020), yang memaparkan terdapat 234 kasus baru di DKI Jakarta.

Hal itu disampaikan Anies Baswedan saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjadi pembicara dalam forum internasional 'Cities Against Covid 19 Global Summit 2020’. (Youtube/tvOneNews)

Sebut PSBB Transisi Jakarta dan Malang Raya Bingungkan Publik, Pakar: Hanya untuk Sekedar Beda Saja

Anies Baswedan menjelaskan bahwa pihakya memang akan memperbanyak pengujian.

Sehingga, ia mengakui bahwa hal itu membuat lonjakan kasus baru.

"Nah proses dalam satu minggu ini kita juga, atau satu bulan ini kita juga mengaktifkan proses deteksi kepada masyarakat yang punya potensi penularan Covid."

"Jadi kalau Bang Karni lihat angka hari ini itu termasuk tinggi, jadi hari ini itu penambahan kasus ada 234 kasus," jelas Anies.

Anies mengungkapkan, angka tersebut menjadi rekor jumlah kasus baru terbanyak di Jakarta sejauh ini.

Namun, ujarnya, angka kasus baru itu bukan karena ada penularan baru.

"Ini rekor terbanyak di Jakarta, sebelumnya 16 April itu 223 kasus."

"Tetapi perlu saya sampaikan di sini, angka tertinggi hari ini itu bukan berarti selama ini ada lonjakan kasus seperti yang dibayangkan," jelasnya.

Anies Kenalkan KSBB di Forum Internasional terkait Corona: Mari Balas Apa yang Telah Jakarta Berikan

Ia mengatakan, 40 dari 234 kasus itu merupakan data dari rumah sakit.

"234 kasus ini, 40 rapelan dari rumah sakit, jadi angkanya yang benar adalah 194," ungkapnya.

"194 itu dari mana? 113 dari pasien, 110 kegiatan tracing puskesmas," ujarnya.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menegaskan selama PSBB transisi ia ingin meningkatkan peran puskesmas untuk melakukan test PCR.

"Ini yang mau saya sampaikan, di masa transisi ini kita melakukan kegiatan tracing oleh puskesmas-puskesmas, bahkan secara khusus dibuatkan perintah kepada seluruh puskesmas untuk melakukan testing PCR."

"Jadi bukan rapid test, PCR, jadi puskesmas kita melakukan aktif case finding," tegasnya.

Kabar Baik di Tengah Lonjakan Kasus Virus Corona di Jakarta, Pakar UI: Pasien di Rumah Sakit Menurun

Lihat videonya mulai menit ke-11:46:

 

Kabaer Baik di Tengah Lonjakan Corona

Pemerintah Kota (Pemkot) DKI Jakarta baru saja memutuskan untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pada Jumat (5/6/2020).

Namun, grafik data pertambahan kasus Virus Corona justru meningkat pada beberapa hari terakhir.

Meski demikian, Pakar Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, Professor Ari Fahrial Syam mengungkapkan kabar baik di tengah PSBB transisi.

Jemaah melaksanakan Salat Jumat di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, Jumat (5/6/2020). Masjid Agung Al Azhar kembali menggelar Salat Jumat setelah Jakarta memasuki masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi dengan menerapkan protokol kesehatan seperti memberikan jarak antar jemaah, memakai masker, dan pemeriksaan suhu tubuh. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

• Profil Dokter Reisa Broto Asmoro, Mantan Putri Indonesia yang Jadi Jubir Pemerintah untuk Covid-19

Hal itu diungkapkan Professor Ari Fahrial Syam di acara Kabar Petang tvOne pada Senin (7/6/2020).

Mulanya, Ari Fahrial Syam menjelaskan bahwa PSBB transisi baru saja dimulai.

Sehingga dampaknya baru bisa dilihat pada satu hingga dua minggu ke depan.

Meski demikian, Ari menduga tetap akan ada penularan baru karena ada pelonggaran.

"Ya jadi kalau kita bilang masa transisi kan baru mulai beberapa hari jadi kalau mau lihat dampaknya baru seminggu dua minggu lagi," ujar Ari.

"Jadi kalau sekarang okelah, sekarang bebas sih di tengah masyarakat kemungkinan terjadi proses penyebaran infeksi," tambahnya.

Walaupun begitu Ari mengungkapkan kabar yang baik bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit sudah menurun.

"Maka dia masuk ke dalam kita bisa bilang masa inkubasi maka baru bisa lihat nanti kasusnya satu sampai dua minggu ke depan, ini dampak transisi."

"Tapi musti kita lihat juga bahwa sebenarnya, saya bekerja di rumah sakit, saya lihat memang tren pasien rawat itu menurun sebenarnya," ungkapnya.

• Bawa Surat Bebas Covid-19, Dua Penumpang Pesawat Dinyatakan Positif Corona seusai Mendarat

Bahkan, jumlah pasien di rumah sakit darurat juga menurun.

"Seperti di Rumah Sakit Cipto, di Rumah Sakit Persahabatan, Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet saya kira menurun, jumlahnya 500."

"Artinya apa bahwa pasien yang memang perlu dirawat menurun," ujarnya.

Terkait pernambahan kasus, Ari menduga karena DKI Jakarta meningkatkan pengujian di zona-zona merah.

"Jadi betul yang disampaikan memang strategi pemerintahan DKI ini cukup benarp-benar di daerah merah tadi bener-bener ditingkatkan survaillance nya."

"Saya tahu memang dilakukan pemeriksaan swab dilakukan rapid test, di situlah karena memang di situ sebagai fokusnya maka terdapat cases-cases baru," ujar Ari.

Lihat videonya mulai menit ke-4:55:

(TribunWow.com/Mariah Gipty)