TRIBUNWOW.COM - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menggeleng-gelengkan kepala dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (9/6/2020).
Hal itu terjadi ketika pembawa acara Karni Ilyas menyebut ada tarik ulur antara pemerintah daerah dengan pusat terkait kebijakan New Normal.
Dilansir TribunWow.com, Karni Ilyas mulanya mengulang pernyataan Anies Baswedan yang mengatakan dalam menangani Virus Corona ada dua risiko, yakni darurat kesehatan dan darurat ekonomi.
• Di ILC, Effendi Gazali Sebut Anies Baswedan Terkesan Tak Ingin Melawan Pusat: Pilih PSBB Transisi
Dua aspek penting itulah yang memang menjadi pertimbangan dalam setiap pembuatan kebijakan atau pengambilan suatu keputusan.
"Pak Gubernur, semua saya mengira, jelas tadi gubernur sebelumnya mengatakan ada dua risiko antara risiko darurat ekonomi dan darurat kesehatan," ujar Karni Ilyas.
"Sehingga harus hati-hati keseimbangan antara dua kutub ini," sambungnya.
Karni Ilyas mengaku dan menyakini bahwa Anies Baswedan atau pun para gubernur lain pastinya mengutamakan aspek kesehatan.
Namun berbeda halnya dengan para menteri, khususnya kementerian ekonomi yang tentunya memikirkan aspek ekonomi.
Kondisi tersebutlah yang membuat Karni Ilyas merasa ada tarik ulur antara pusat dan daerah.
Karni Ilyas juga mengaku melihat Anies seperti menunda-nunda dalam membuat keputusan, khususnya terkait nasib PSBB tahap ketiga.
• 5 Arahan Jokowi soal New Normal: Jika Terjadi Peningkatan Kasus Baru Covid-19, Ada Pengetatan Lagi
"Tadinya saya sebagai warga melihat Pak Gubernur dan gubernur lain lebih melihat faktor kesehatan masyarakat, keselamatan warga," jelas Karni Ilyas.
"Tapi di lain pihak tentu saja dari menteri-menteri ekonomi lebih melihat kepentingan ekonomi yang harus berjalan," imbuhnya.
"Tadi saya mengira kenapa Pak Gubernur tertunda-tunda gara-gara tarik menarik dua kutub tersebut," sambungnya.
Mendengar perkataan tersebut, Anies terlihat menggeleng-gelengkan kepala yang artinya tidak seperti yang dimaksudkan oleh Karni Ilyas.
Anies juga terlihat tersenyum lebar.
Lebih lanjut, Karni Ilyas lantas menanyakan alasan Anies lebih memilih istilah PSBB masa transisi ketimbang New Normal yang disampaikan oleh pemerintah pusat.
"Tapi yang ingin saya pertanyakan, kenapa pakai istilah transisi?" tanya Karni Ilyas.
"Kenapa tidak kita ke normal baru misalnya, artinya setelah PSBB ini normal baru sebelum kita normal bener," sambungnya.
• Erlina Burhan Merasa Perih Corona Disebut Untungkan Dokter, Karni Ilyas: Risiko Naik, Rezeki Turun
Alasan Anies Terapkan PSBB Transisi
Pertanyaan Karni Ilyas tersebut langsung ditanggapi oleh Anies Baswedan.
Dilansir TribunWow.com, Anies Baswedan mengatakan dan sekaligus menegaskan bahwa memang DKI Jakarta masih berada dalam status PSBB.
Anies tidak ingin menggunakan istilah New Normal lantaran kondisi di Jakarta belum normal.
Anies Baswedan mulanya menyampaikan bahwa angka penyebaran Virus Corona di Jakarta belakangan ini sudah terkendali.
Hal itu dilihat dari aspek epidemiologi, kesehatan publik maupun kesiapan fasilitas kesehatan.
Dengan kondisi tersebut, maka Jakarta layak untuk diberikan kelonggaran.
"Jadi pertama kenapa kita menggunakan istilah transisi karena memang kita masih berada di dalam status PSBB," ujar Anies.
"Jadi kesimpulannya adalah di Jakarta ini angka-angka epidemologinya sudah baik, kesehatan publiknya juga sudah baik, baik itu artinya bisa untuk dilonggarkan," terangnya.
"Fasilitas kesehatan kita bisa dibilang sangat siap."
• Reaksi Risma saat Ditanya Kenapa Tak Ingin Tiru Anies soal PSBB Transisi: Kami Sudah Tau Pasien Itu
Meski begitu, di satu sisi, menurut Anies, penyebaran Virus Corona di Jakarta masih berlangsung dengan adanya penambahan kasus baru.
Itu artinya risiko untuk bisa tertular masih ada.
"Tetapi wabah itu masih ada," kata Anies.
"Jadi kita ini masih mendapatkan penularan, kita masih ketemu kasus-kasus baru," jelasnya.
Anies kemudian menyinggung sejarah kasus Corona di Jakarta sejak awal Maret 2020 lalu.
Dirinya membandingkan pada awal Maret yaitu terdapat 2 kasus positif dengan kondisi sekarang yang penambahan kasusnya bisa mencapai ratusan.
"Kalau dilihat sejarahnya di kasus Jakarta pada awal Maret itu ada 2 kasus positif," kata Anies.
"Dan hari ini (Selasa, 9 Juni 2020 -red) ada 194 kasus positif, artinya bulan Maret itu 2 di tanggal 3 Maret, hari ini kita umumkan ada 194," ungkapnya.
Maka dari itu, Anies tidak setuju dengan penyebutan New Normal karena memang fakta di lapangan belum normal.
"Jadi tidak bisa kita bilang bahwa sekarang kita sudah berada dalam situasi yang normal," ungkapnya.
"Ini belum normal, wong masih ketemu kasus terus kok," tegasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 4.20:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)