Virus Corona

Usulkan PSBB Bentuk Lain, Pandu Riono Kritik Pemerintah Terlalu Dominan: Banyak Daerah Berhasil

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga menaiki sepeda dengan mengenakan face shield atau pelindung wajah saat melintas di kawasan Alun-Alun Selatan, Kota Yogyakarta, Minggu (31/5/2020).

TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengkritik pemerintah yang dianggap kurang melibatkan masyarakat dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Seperti diketahui, PSBB diterapkan sejumlah wilayah untuk menekan pertumbuhan kasus baru Virus Corona (Covid-19).

Meskipun di beberapa tempat PSBB mulai menunjukkan hasilnya, Pandu Riono menilai kebijakan tersebut sebetulnya masih bisa lebih baik lagi.

Pakar Epidemiologi, Pandu Riono mengkritik penerapan PSBB dalam tayangan YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Minggu (7/6/2020). (YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne)

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, Senin (8/6/2020).

"Itulah, kita harus mengubah mindset kita. Mencegah itu jauh lebih baik," kata Pandu Riono.

Ia menilai kesehatan masyarakat harus lebih dulu diutamakan daripada produktivitas ekonomi.

"Aman dulu baru produktif. Jadi kesehatan dulu yang lebih penting," tegasnya.

"Ini yang semua harus narasinya sama. Aman dan produktif," tambah Pandu.

Ia menyindir kebijakan pemerintah saat ini lebih mementingkan produktivitas ekonomi daripada kesehatan masyarakat.

"Saya lihat pemerintah itu lebih mengarah ke produktif dulu baru aman, itu keliru menurut saya," ungkap Pandu.

"Jadi aman ini yang perlu kita promosikan," tegasnya.

Pandu lalu mengusulkan bentuk PSBB yang berbasis masyarakat.

Ia menilai hal tersebut akan lebih efektif daripada PSBB yang dirancang pemerintah selama ini.

"Bagaimana perilaku aman? Pembatasan sosialnya sekarang harus sudah diinisiasi oleh masyarakat," papar Pandu.

Sebut Warga DKI Abai saat PSBB Transisi, Pakar Epidemiologi Beberkan Risiko Besar: Jangan Main-main

"Jadi pembatasan sosial berbasis komunitas, berbasis lingkungan. Kalau di kota itu RW, kalau di daerah itu desa," lanjutnya.

Ia menilai bentuk PSBB yang berbeda tersebut akan membuat masyarakat lebih memiliki kesadaran akan pentingnya protokol kesehatan.

"Jadi mereka yang akan jadi tulang punggung atau garda terdepan melaksanakan perilaku aman ini," jelas Pandu.

"Ini yang menurut saya sudah waktunya pemerintah menyerahkan ke masyarakat," tambah dia.

Menurut Pandu, hal itu sudah menjadi kesalahan pemerintah sejak awal.

"Kesalahan kita strategi awal adalah terlalu didominasi oleh pemerintah, jadi lupa mengajak masyarakat," paparnya.

"Masyarakat ini seperti dibiarkan saja, bahwa mereka seperti garda terdepan yang bisa melakukan inisiatif," jelas Pandu.

Pandu Riono memberi contoh ada beberapa daerah yang memberlakukan PSBB berbasis komunitas dan terbukti lebih sukses.

"Banyak daerah yang tidak perlu PSBB tapi melaksanakan pembatasan sosial lebih sukses, lebih berhasil," tandasnya.

Bahas Sanksi saat PSBB Transisi, Wagub DKI Dapat Acungan Jempol Pakar Epidemiologi: Ini Masa Bahaya

Lihat videonya mulai menit 8:00

Riza Patria Peringatkan Bahaya Masa Transisi

Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengungkap potensi penularan Virus Corona selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.

Dilansir TribunWow.com, Riza Patria bahkan menyebut PSBB transisi sebagai masa yang sangat berbahaya. 

Karena itu, ia mengklaim telah menyiapkan sanksi tegas bagi warga yang nekat melanggar imbauan pemerintah. 

• Tanggapi PSBB Transisi di DKI Jakarta, Sandiaga Uno Tak Setuju Pembukaan Mal: Usaha Kecil Menengah

Hal itu disampaikan melalui kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Minggu (7/6/2020).

"Jadi yang pertama, sebagaimana sering kami sampaikan di masa transisi bukan masa bebas ya," ujar Riza.

"Justru di masa transisi adalah masa yang lebih sulit, masa yang sangat dimungkinkan terjadinya penularan."

Lantas, Riza mengungkap istilah keras hingga menyebut masa transisi adalah saat paling bahaya.

Ia pun menyinggung tindakan warga yang justru keluar rumah selama masa transisi.

"Bahkan saya ada bahasa yang mungkin terlalu keras ya, saya bilang ini masa yang sangat berbahaya," ungkap Riza.

"Kenapa begitu? Karena kan kami melakukan pelonggaran, itu artinya potensi orang bertemu bertambah, jumlah orang keluar bertambah."

"Semuanya bertambah, itu artinya potensi penimbulan penyebarannya bertambah," sambungnya.

Karena itu, Riza menilai penting dilakukan sosialiasi untuk mengedukasi warga.

• Prediksi Puncak Corona pada Juni Ini, Hermawan Dukung Perpanjangan PSBB DKI: Pak Gubernur Bijak Ya

Ia pun mengimbau warga untuk tetap berada di dalam rumah.

"Untuk itu, apa yang harus dilakukan? Pertama, kita terus melakukan sosialisasi di berbagai kesempatan," jelas Riza.

"Kedua, kami minta tadi disampaikan apapun sebaik mungkin tempat yang paling baik adalah berada di rumah."

Meskipun begitu, Riza tak seutuhnya melarang warga untuk beraktivitas di luar rumah.

Asalkan, warga tetap menjalankan protokol kesehatan.

"Boleh keluar? Boleh, dengan protokol Covid yang ketat, masker, jaga jarak, cuci tangan, tidak di kerumunan dan lain sebagainya," tuturnya.

"Kemudian yang ketiga kami terus melakukan sosialisasi." (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Jayanti)