TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto menilai media membuat masalah Covid-19 menjadi lebih ramai.
Hal itu diungkapkan Achmad Yurianto alias Yuri melalui channel YouTube Refly Harun yang tayang pada Jumat (5/6/2020).
Mulanya Refly Harun bertanya mengapa wabah MERS hingga SARS beberapa tahun lalu tidak seheboh Covid-19 seperti sekarang.
• UPDATE Virus Corona di Dunia, Jumat 5 Juni 2020: Kasus AS Lebihi 1,9 Juta Jiwa, Brasil di Posisi 2
Yuri menilai hal itu terjadi lantaran pada zaman dulu, orang belum memiliki media sosial.
"Kenapa virus ini seperti sangat menakutkan dibandingkan, dulu kita juga mendengar MERS, SARS itu tapi masyarakat tidak sepanik sekarang ini," tanya Refly.
"Dulu tidak banyak HP, ndak banyak WA, ndak banyak Twitter," jawab Yuri.
Yuri menilai berita menjadikan segala sesuatu lebih heboh dari apa yang sebenarnya terjadi.
"Jadi problemnya komunikasi, pengetahuan," ungkap Refly.
"Iyalah kan sekarang berita kecil jadi gede itu kan karena berita, sesuatu kecil menjadi gede itu kan karena berita, bukan karena yang lain-lain," jawab Yuri.
Namun, Refly mengatakan lagi bahwa tanggapan pemerintah sendiri juga berbeda.
• Optimis soal Corona, Achmad Yurianto pada Refly Harun: Apakah Harus Panggil EO dari Luar Negeri?
"Tapi tanggapan pemerintah agak berbeda menurut saya dibandingkan SARS atau MERS," ujar Refly lagi.
"Kan karena respon masyarakatnya juga beda," kata Yuri lagi.
Yuri melanjutkan, komunikasi di zaman sekarang bisa sangat berpengaruh.
"Jadi komunikasi terlalu banyak tahu, tidak menguntungkan," timpal Refly sambil tertawa
"Ya artinya komunikasi itu sekarang bisa menjadi suatu agen yang luar biasa pengaruhnya baik yang mengarah ke positif maupun negatif," jelas Yuri.
Kemudian, Yuri menceritakan wabah Flu Spanyol yang tidak seheboh sekarang lantaran dulu masyarakat belum memiliki media sosial.
"Mungkin di zaman dulu kalau kita lihat 100 tahun yang lalu ada namanya Spanish Flu, enggak heboh wong 100 tahun yang lalu juga belum ada WhatsApp kok, belum ada Twitter, belum ada YouTube."
"Ya masyarakat banyak yang enggak tahu juga," ungkap Yuri.
"Tiba-tiba mati aja orang," timpal Refly.
• Sering Kritik Pemerintah Lewat YouTube, Refly Harun Ikut Khawatir Diblokir: Mudah-mudahan Tidak
Yuri melanjutkan, saat ini banyak masyarakat yang sudah tahu maupun yang berlagak tahu terkait segala permasalahan mengenai pandemi Covid-19.
"Ya kalau sekarang ini banyak masyarakat yang tahu, sok tahu, pengen tahu," tutur Yuri.
Lihat videonya mulai menit ke-34:02:
Minta Jangan Ada Penggiringan Opini
Pada kesempatan yang sama, Yuri juga meminta agar penanganan Virus Corona oleh Pemerintah digiring seolah-olah pemerintah lebih mementingkan ekonomi.
Mulanya, Refly sempat menyinggung soal Pemerintah Pusat dianggap lebih mementingkan aspek ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
"Ada yang mengatakan bahwa dalam ini bukan BNPB tentunya, pemerintah Istana kecenderungannya tidak all out dalam soal pandemi ini."
"Tapi masih terlalu berpikir aspek-aspek seperti ekonomi, dampak sosial, politik, pendapat Pak Yuri bagaimana," singgung Refly.
• Soroti Corona, Achmad Yurianto: Sebagian Besar Penderita Covid-19 Gejala Klinisnya Tak Terlalu Berat
Yuri langsung membantahnya, menurutnya itu hanya penggiringan opini.
Yuri menegaskan bahwa pemerintah berusaha untuk melindungi warganya agar tak terpapar Covid-19.
"Ini kan sesuatu yang digiring ke sana. Sebenarnya kalau kita bicara dari sisi regulasi, yang pertama, begitu kita mengalami kejadian ini maka kita mengingatkan masyarakat untuk kemudian bisa secara proaktif mencegah dan melindungi dirinya agar tidak sakit," jawab Yuri.
Yuri lalu menyinggung soal banyaknya pasien Covid-19 tanpa gejala atau yang dikenal Orang Tanpa Gejala (OTG).
"Karena kita tahu bahwa ini penyakit yang dibawa oleh orang dan kita dalam pertemuan penyakit sekarang, kita tidak tahu orang yang sakit itu yang mana."
"Kalau yang sakit dan dirawat di rumah sakit jelas, wong dia ditaruh di ruang isolasi, terbaring, pakai infus, pakai oksigen jelas," terang Yuri.
Selain itu, Yuri juga menyinggung pasien Covid-19 yang hanya memiliki gejala minim.
"Tapi beberapa kelompok potensial sebagai sumber penularan adalah orang-orang yang terinfeksi tanpa gejala."
"Tapi ada gejala minim sekali seakan-akan dia tidak merasa sakit, dia merasa fine saja meskipun kalau kita tanya loh kan kamu batuk, wah batuk ini kan biasa."
"Tapi badanmu agak panas, wah ini bukan panas, ini kan persepsi sakit yang tergantung pada masyarakat itu sendiri," kata dia.
• Santri yang Positif Covid-19 di Blora Kabur saat Dirawat Hampir 10 Hari, Diduga Kangen Keluarga
Dengan adanya banyak OTG tersebut, maka pemerintah berusaha menyadarkan masyarakat akan bahaya Covid-19 yang sering tak terlihat itu.
"Oleh karena itu justru kemudian kapasitas kita untuk menyadarkan masyarakat bahwa ada ancaman berada di tengah mereka yang tidak diketahui."
"Inilah yang harus kita hindari, atau kita sadarkan mereka agar tidak menjadi sumber penularan ke orang," ungkapnya.
Lalu, Yuri menjelaskan bahwa pemerintah menyadari bagaimana penyebaran Virus Corona begitu cepat hingga memutuskan untuk melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Sehingga, Yuri meminta agar semua pihak jangan menggiring opini bahwa PSBB itu demi kepentingan ekonomi.
Ia menegaskan Pembatasan Sosial bukan ekonomi.
Dimana sosial mencakup semuanya.
"Tolong ini jangan digiring menjadi pembatasan ekonomi berskala besar, ini sosial pada semua aspeknya."
"Sudah barang tentu aspek ekonomi iya, aspek pendidikan iya, aspek sosial itu semuanya," kata Yuri.
Selain itu, ia juga mengatakan soal pelonggaran PSBB bukan semata-mata kepentingan ekonomi.
• Epidemiolog UI: Masyarakat Tingkat Rendah Dia Enggak Peduli Kena Covid-19, yang Penting Saya Makan
"Tetapi jangan kemudian diframing seakan-akan ini pembatasan ekonomi, jadi kalau sekarang relaksasi ya relaksasi ekonomi tidak seperti itu," lanjutnya.
Lalu, Yuri mengakui bahwa dengan adanya PSBB itu sangat berdampak pada segala bidang.
"Sosial, PSBB pembatasan sosial bukan pembatasan ekonomi kita menyadari bahwa betul dengan PSBB maka ada dampak."
"Yang pertama adalah bahwa aktivitas sosial ekonomi yang tidak esensial itu kita sementara kita hentikan," kata dia. (TribunWow.com/Mariah Gipty)