TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengakui tugas berat yang diemban Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengatasi pandemi Virus Corona (Covid-19).
Seperti diketahui, Jakarta selesai menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang bertujuan mencegah penularan virus.
Setelah itu, DKI Jakarta bersiap untuk beranjak ke new normal di mana kegiatan di sejumlah sektor sudah mulai dibuka kembali.
• Pakar Epidemiologi Sebut PSBL Harusnya Diterapkan di Seluruh Jakarta, Tak Hanya di Zona Merah
Dilansir TribunWow.com, Pandu Riono mengomentari bagaimana PSBB diterapkan selama ini dan dampaknya terhadap penurunan kasus.
Meskipun warga belum sepenuhnya patuh, Pandu Riono memuji jumlah masyarakat yang tetap tinggal di dalam rumah mencapai 60 persen.
Ia menjelaskan angka reproduksi kasus sudah menurun, tetapi belum mencapai target.
"Dari angka kasus dan angka reproduksinya sudah mencapai 1, tapi belum di bawah 1 yang kita harapkan," papar Pandu Riono, dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, Kamis (4/6/2020).
"Jadi kita harus seimbangkan antara kondisi yang aman dan melonggarkan untuk kegiatan ekonomi," lanjutnya.
Pandu Riono menyebutkan new normal harus diterapkan secara tegas di berbagai sektor yang sudah memulai kegiatannya.
Ia menambahkan pelaku ekonomi juga harus siap melakukan protokol kesehatan.
"Kalau memang mau ada usaha, usahanya itu diterapkan dengan cara yang betul-betul," jelas Pandu.
Pandu menekankan pentingnya memastikan tidak ada kerumunan yang dapat berpotensi menularkan virus dengan mudah.
"Semua penjaga menggunakan masker, banyak tempat cuci tangan, dan kerumunan itu betul-betul dijaga," tegas pakar Epidemiologi tersebut.
• Luhut Binsar Pandjaitan Peringatkan Gelombang Kedua Corona: Kita Persulit Orang Datang ke Jakarta
Ia menyebutkan sanksi tegas perlu diterapkan bagi pemilik usaha yang melanggar protokol kesehatan.
Pandu menyarankan agar tidak segan menutup tempat usaha yang terbukti melanggar.
"Kalau ada pelanggaran, saya setuju tutup. Jangan dikasih toleransi," kata Pandu.
"Tapi jangan juga bisa dibuka lagi dengan mudah, dengan uang," lanjutnya.
Ia memahami bagaimana kebijakan dapat saling bertentangan di masa pandemi ini karena harus mempertimbangkan banyak aspek.
"Antara ekonomi dan ketegasan untuk menyelamatkan orang banyak supaya tidak terkena dan tidak meninggal," ungkap Pandu.
Pandu menambahkan bagaimana tugas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pasti berat.
"Saya kira Pak Anies mengalami tekanan yang luar biasa," paparnya.
"Di satu pihak masih di ambang antara aman dan tidak aman, tetapi juga dorongan dari banyak pihak untuk segera membuka," lanjut dia.
"Saya kira ini ujian yang luar biasa bagi kepemimpinan yang hari ini harus diputuskan," tambah Pandu.
• Beberkan Maksud Ucapan Anies, Wagub DKI Akui Belum Bisa Pastikan Pembukaan Mal: Masih dalam Proses
Lihat videonya mulai menit 8:20
Anies Baswedan Sambut PSBB Berakhir
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) fase III di Jakarta berakhir pada hari ini, Kamis (4/6/2020).
Keputusan tersebut diambil lantaran adanya penurunan kasus Covid-19 di Jakarta secara signifikan dibandingkan sebelumnya.
Selain itu, alasan ekonomi juga menjadi pertimbangan pemerintah provinsi (pemprov) untuk mengakhiri PSBB.
• PSBB akan Berakhir, Pemprov DKI Jakarta Isyaratkan Penerapan PSBL di 62 RW Zona Merah Covid-19
Namun pemprov tidak serta merta memberlakukan pembebasan pada warga, karena masih diperlukannya aturan-aturan terkait protokol kesehatan.
Oleh sebab itu, pada masa transisi tersebut pemprov mencanangkan program pembatasan sosial berskala lokal (PSBL) sebagai pengganti PSBB.
Dilansir tvOneNews, Rabu (3/6/2020), Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengungkapkan bahwa tingkat kurva penyebaran Covid-19 di Jakarta telah membaik.
Hal ini terlihat dari data penularan penyakit yang menunjukkan angka reproduksi penyakit atau R0, saat ini berada di kisaran angka 1 dan terus menurun.
"Penularan di Jakarta menurun, angka kasus baru menurun, kemudian yang biasa digunakan oleh para ahli epidemiologi yang biasanya disebut reproduction number, angkanya sekarang di Jakarta sekitar 1, bisa turun di bawah satu," tutur Anies.
"Maka mulai sesudah tanggal 4 kita bisa mulai melakukan transisi menuju normal baru," lanjutnya.
Namun penurunan tersebut tak berarti masyarakat bisa dengan bebas melakukan euforia dan beperilaku sesukanya.
Pasalnya, pandemi Virus Corona masih ada di sekitar masyarakat dan belum ditemukan vaksinnya.
Oleh sebab itu, potensi penularan Covid-19 di antara warga masih sangat tinggi.
Sehingga, warga Jakarta diminta untuk terus menerapkan protokol kesehatan agar dapat mengurangi potensi penularan tersebut.
• Luhut Tantang Para Pengkritik terkait Utang Negara: Enggak Usah Ngomong di TV, Ketemu Saya Sini
Karena bila kurva penularan virus meningkat lagi, maka pemprov terpaksa akan memberlakukan kembali proses pembatasan sosial.
"Tetapi, bila hari-hari ke depan angkanya meningkat karena kita mulai bebas, mulai bepergian, tidak disiplin menggunakan masker, tidak disiplin cuci tangan," ujar Anies.
"Maka ada potensi kita harus memperpanjang, seakan mengulang proses yang kita kerjakan kemarin," tandasnya.
Adapun syarat agar suatu daerah diperkenankan memberlakukan tatanan kenormalan baru, antara lain angka R0 atau angka reproduksinya harus dibawah 1.
Selain itu, adanya penurunan kurva untuk pasien positif Corona, menunggal dunia, pasien dalam pengawasan (PDP) hingga orang dalam pengawasan (ODP).
Terakhir, adanya dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang tatanan kenormalan baru juga perlu diperhatikan.
Hal ini mencangkup sumber daya manusia yang tersedia seperti dokter, perawat dan tim medis lainnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Noviana)