Virus Corona

Tegal Mulai New Normal, Wawali Jumadi Tak Gegabah Buka Sekolah: TK, SD, SMP Itu Pasti Berinteraksi

Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI aturan baru di sekolah, di tengah wabah virus corona ---- Siswa sekolah dasar negeri 002 Ranai melakukan aktivitas belajar menggunakan masker di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia, Selasa (4/2/2020). Proses belajar mengajar kembali berlangsung setelah sebelumnya sempat akan diliburkan selama 14 hari terkait lokasi observasi WNI dari Wuhan, China yang berada di Natuna.

TRIBUNWOW.COM - Kota Tegal kini telah memasuki era new normal dimana masyarakat sudah mulai diperbolehkan beraktivitas seperti biasa dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan Covid-19.

New normal di Tegal telah berjalan sejak Sabtu (30/5/2020) lalu, yang nantinya akan dilaksanakan hingga Selasa (30/6/2020).

Meskipun sudah masuk ke new normal, Wakil Wali Kota Tegal Muhammad Jumadi enggan gegabah membuka kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Wakil Wali Kota Tegal Muhammad Jumadi di acara SAPA INDONESIA PAGI, Senin (1/5/2020). Jumadi mengatakan sanksi sosial dirasa cukup untuk memastikan warga Kota Tegal disiplin melaksanakan aturan new normal. (YouTube Kompastv)

 

Ragukan New Normal Indonesia, Epidemiolog Pandu Riono: Kalau Dibilang Siap, Itu Enggak Ada yang Siap

Dikutip dari acara SAPA INDONESIA PAGI, Senin (1/5/2020), Jumadi mengatakan sektor pendidikan perlu perhatian khusus sebelum bisa dibuka kembali.

"Saya melihatnya pendidikan ini perlu treatment (penanganan) khusus," kata dia.

"Ini perlu bicara dengan kementerian," tambahnya.

Jumadi menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar memang harus terus dilanjutkan baik melalui media online atau melalui tatap muka.

"Kita cepat atau lambat memang harus dibuka pendidikan," ucapnya.

Terkait kegiatan belajar mengajar online atau daring, Jumadi menyinggung masih belum adanya panduan yang jelas.

Anak Pasti Bermain, Berinteraksi

Jumadi mengatakan standar prosedur operasi pelaksanaan pendidikan di new normal akan dibuat dengan hati-hati.

"Khusus untuk pendidikan kita bikin SOP khusus agar kita lebih hati-hati," kata dia.

"Anak-anak ini masa depan bangsa, untuk itu kita enggak mau gambling (bertaruh/ambil risiko -red)."

"Pemerintah Kota Tegal akan mencoba membikin SOP yang sangat-sangat detil," sambungnya.

Terkait solusi pasti di sektor pendidikan, Jumadi mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan para tenaga pendidik dan nantinya juga akan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat.

"Ini harus dijadikan solusi yang komprehensif," tegas Jumadi.

Jokowi Minta Penerapan New Normal di Sekolah Tak Grasa-grusu, Muhadjir: Resikonya Terlalu Besar

Apabila kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan secara daring, ia meminta kejelasan panduan kegiatan belajar secara daring.

"Kalau kita mau online, online-nya yang seperti apa," ucapnya.

Ia mengatakan apabila ada penanganan khusus maka akan lebih mudah diterapkan ke golongan remaja yang telah duduk di bangku SMA dibandingkan anak-anak kecil.

"Menurut saya mungkin yang paling tepat adalah, oke yang masih SMA mungkin masih bisa di-treatment (ditangani -red) ulang," ujar Jumadi.

"Tapi anak-anak kecil saya kira ini harus diperhatikan, TK, SD, SMP itu pasti dia akan bermain, berinteraksi, ini harus lebih hati-hati."

"Kalau tidak, bisa berbahaya," tandasnya.

Berdasarkan laporan wartawan Kompas di Tegal, ditemukan banyak warga yang tidak mengindahkan protokol kesehatan pada hari pertama berjalannya new normal.

Pada Sabtu (30/5/2020) malam nampak masyarakat mengerumuni Alun-alun Kota Tegal.

Beberapa di antara mereka nampak tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak satu sama lain.

Enggan Denda Pelanggar New Normal di Tegal, Wawali Jumadi: Ekonomi Lagi Susah, Saya Kira Belum Pas

Simak videonya mulai menit ke-3.30:

KPAI: 80 Persen Orang Tua Menolak, 80 Persen Siswa Minta Sekolah

Sebelumnya diberitakan, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti tak kuasa menahan tawa saat mengungkapkan hasil angket yang telah diunggahnya.

Dari kalkulasi yang didapatkan, 80 persen responden yang berasal dari orang tua menolak sekolah dibuka kembali saat tahun ajaran baru.

Meski dengan aturan normal baru, para orangtua tersebut tetap khawatir karena situasi pandemi yang masih belum menentu.

Hal ini malah berkebalikan dengan hasil survei dari responden anak-anak yang menginginkan untuk bisa kembali ke sekolah.

Mereka diduga jenuh menjalani belajar dari rumah dan ingin segera bertemu kembali dengan kawan-kawan di sekolah.

Dilansir KompasTV, Jumat (29/5/2020), menanggapi isu dibukanya sekolah dengan tatanan normal baru pada bulan juli mendatang, Retno menerangkan bahwa ajaran baru bukan berarti kegiatan belajar mengajar akan kembali normal.

Retno menuturkan bahwa dengan tahun ajaran baru yang dilakukan sesuai jadwal, pemerintah akan tetap menggelarnya secara jarak jauh.

"Tentu KPAI mengapresiasi keputusan ini, artinya ini tidak memundurkan tahun ajaran baru, tetapi kemudian menggunakan ini tetap, semua proses tetap, hanya sekolah tidak dibuka," ujar Retno

Ia lalu menyinggung bahwa keputusan untuk belum membuka sekolah kembali tersebut sejalan dengan hasil angket yang telah diunggahnya secara pribadi.

"Dan ini sebenarnya sejalan dengan angket yang secara pribadi memang, saya mengunggah angket untuk minta pendapat publik," lanjutnya.

Retno mengaku bahwa survei yang disebarkannya tersebut bertujuan untuk memberi wadah bagi masyarakat agar dapat menyuarakan pendapatnya.

"Saya hanya ingin memfasilitasi kebijakan publik yang sedang terjadi ini bagaimana pendapat masyarakat," tutur Retno.

"Jadi membuka ruang partisipasi orang tua, siswa dan guru untuk bicara," imbuhnya.

Komisioner KPAI Retno Listyarti mendorong persiapan lebih matang sebelum sekolah dibuka kembali dalam rangka new normal, dalam acara Sapa Indonesia Pagi, Jumat (29/5/2020). (Capture Youtube KompasTV)

Namun tak disangka-sangka, Retno justru terkejut dengan banyaknya responden yang tertarik dengan surveinya tersebut.

Retno menuturkan bahwa hampir 200.000 orangtua murid berpartisipasi dalam survei tersebut.

Ia juga menyebutkan bahwa kebanyakan dari mereka menolak untuk menyekolahkan anaknya kembali bila pandemi belum berakhir.

"Yang mengejutkan adalah, dalam 32 jam sejak itu diunggah di Facebok pribadi saya, itu saya cukup terkejut karena ada 196.000 orang tua lebih, yang mengungkapkan pendapatnya," ungkap Retno.

"Dan mayoritas orang tua, lebih dari 80 persen memang menolak sekolah dibuka pada tahun ajaran baru ini."

"Jadi Juli dibuka itu mereka keberatan, mereka memberikan beberapa usul di antaranya September atau Desember, nah ini sesuatu yang luar biasa," tambahnya.

Retno tak kuasa menahan tawa karena hasil survei selanjutnya tak kalah mengejutkan.

Pasalnya, berkebalikan dengan keinginan orangtua, para siswa yang mengikuti survei tersebut malah ingin segera bersekolah kembali.

"Tapi murid, kami kan juga nanya sama murid. Ada 9.800 murid yang mengisi, dan uniknya kebalikan. Mereka setuju 80 persen masuk sekolah gitu ya," kata Retno sambil tertawa.

Kemudian, Retno juga mengatakan bahwa pihaknya juga mengambil sampel dari respon para guru.

"Nah guru juga kami tanya, guru itu 60 persen setuju sekolah, tetapi 40 persen tidak," ujarnya.

Menurut Retno, banyaknya siswa yang menginginkan sekolah tersebut disinyalir lantaran mereka jenuh harus selalu di rumah.

Ia menyebutkan bahwa hasil angket tersebut merupakan hal yang menarik karena menunjukkan bahwa kegiatan belajar di rumah tersebut ternyata tidak selalu menyenangkan untuk siswa.

"Nah ini menunjukkan memang PJJ seperti yang pernah kita bicarakan itu menjenuhkan dan anak-anak pengin nggak lama-lama belajar dari rumah. Itu fakta yang menarik menurut saya," pungkas Retno sambil menahan tawa.

Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-02:20:

(TribunWow.com/Anung/Via)