TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi menyebutkan bahwa Jakarta mulai terkena krisis ekonomi.
Hal ini dikarenakan dampak tidak langsung dari pandemi Virus Corona yang memaksa masyarakat untuk mengurangi aktivitasnya.
Dengan adanya pembatasan tersebut, konsumsi masyarakat semakin menurun sehingga berimbas pada berkurangnya pendapatan pihak pengusaha.
Menurut data yang diperoleh Kadin, saat ini perekonomian di Jakarta telah menurun hingga 60 persen sehingga terancam mengalami krisis ekonomi.
• Mal di Jakarta Disebut Buka Mulai 5 Juni, Gubrnur DKI Anies Baswedan: Itu Imajinasi
Dilansir Kompas.com, Minggu (31/5/2020), Diana menuturkan bahwa ada sejumlah sektor yang paling terdampak akibat adannya pandemi Covid-19.
"Beberapa sektor tersebut adalah tour & travel, properti, hotel, dan resto," kata Diana.
Menurut Diana, banyak tempat usaha terkait empat sektor tersebut yang terpaksa harus tutup karena mengikuti aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Selain itu, meskipun ada yang masih diperbolehkan buka, namun animo masyarakat yang menurut membuat mereka terpaksa menutup tempat usahanya karena tidak adanya pendapatan.
"Data yang ada pada kami, ribuan resto dan waralaba harus tutup selama pelaksanaan PSBB dan untuk Jakarta ada 100 hotel yang terpaksa harus berhenti beroperasi," tutur Diana.
"Saya pikir tidaklah berlebihan apabila kondisi krisis ekonomi mulai dirasakan di Jakarta. Keseluruhan, (perekonomian Jakarta) sudah turun 60 persen," imbunhya.
Terkait wacana New Normal yang tengah dirumuskan oleh pemerintah, Diana menyebutkan adanya kekhawatiran dari pihak pengusaha.
Mereka ragu untuk memulai usahanya kembali karena belum yakin daya beli masyarakat dapat kembali seperti sedia kala.
• Bersiap New Normal, Sandiaga Uno: Ekonomi Sangat Memprihatinkan, Berbeda dengan Krisis Sebelumnya
Pasalnya, kondisi ekonomi yang tidak menentu menyebabkan menurunnya penghasilan yang berimbas pada meningkatnya pengangguran.
Oleh sebab itu para pengusaha khawatir akan merugi lebih jauh bila biaya operasional mereka nantinya lebih tinggi daripada pendapatan.
"Kalau usahanya dimulai, lalu pangsa pasarnya tidak ada, itu akan memengaruhi kapital yang semakin berkurang di mana biaya operasional tetap keluar, sedangkan income tidak balance," jelas Diana.
"Sampai saat ini, sebagian pengusaha masih ada yang ragu untuk melangkah dengan keputusan mau memulai operasional atau menunggu," lanjutnya.
Diana menyebutkan bahwa pihak pengusaha di Indonesia saat ini tengah menghadapi dilema.
Mereka bingung memilih akan memulai kembali usahanya di tengah pandemi atau tetap menunggu hingga dampak pandemi mereda.
"Bila usaha dimulai kembali tapi Covid-19 masih mewabah, ini akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang belum pulih. Tetapi, kalau (usahanya) tidak juga dimulai, kapan bisa memulihkan ekonomi pengusaha itu sendiri," ujar Diana.
Agar dapat membantu meringankan beban para pengusaha sebagai pelaku ekonomi tersebut, Diana meminta agar pemerintah memberikan relaksasi.
Antara lain dengan pelonggaran pembayaran pajak dan keringanan pembayaran biaya bunga bank.
"Buat regulasi yang jelas kepada bank untuk memberikan keringanan bunga bank kepada seluruh debitur yang usahanya terkena dampak," pungkasnya. (TribunWow.com)
Artikel ini merupakan olahan dari Kompas.com dengan judul "Hadapi New Normal, Pengusaha Jakarta Khawatir Pendapatan Tak Sebanding Biaya Operasional" dan "Kadin: Jakarta Mulai Rasakan Krisis Ekonomi Imbas Covid-19, Ini 4 Sektor yang Paling Terpuruk"