Virus Corona

Khofifah Buka Suara soal Masalah Mobil PCR yang Sebabkan Risma Ngamuk, Singgung Angka Kematian PDP

Penulis: anung aulia malik
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa bersama Forkopimda Jatim dan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini; Plt Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin; dan Plh Sekretaris Daerah Kabupatan Gresik, Nadlif saat penyampaian hasil rapat di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/4/2020). Hasil dari rapat itu memutuskan akan diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik untuk meredam penyebaran virus corona (Covid-19).

TRIBUNWOW.COM - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa akhirnya buka suara soal bantuan mobil PCR yang menyebabkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini marah besar.

Seperti yang diketahui, Risma sebelumnya sempat marah pada Jumat (29/5/2020), hal tersebut karena bantuan 2 unit mobil PCR dari BNPB dialihkan ke daerah lain.

Khofifah mengatakan bahwa pertimbangan kemampuan tes jadi alasan mobil tersebut dialihkan ke Tulungagung dan Sidoarjo terlebih dahulu.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat marah mengetahui mobil PCR yang ia minta malah dikirimkan ke luar daerah. (Kolase Instagram @surabayakabarmetro)

Kelelahan Tangani Pasien, Tim Analis Mobil PCR yang Sempat Diperebutkan Risma Minta Libur

Dikutip dari SURYA.co.id, Minggu (31/5/2020), awalnya Khofifah menjelaskan bahwa Kota Surabaya memiliki kapasitas tes jauh lebih baik dibandingkan Tulungagung dan Sidoarjo.

Kemudian pertimbangan selanjutnya adalah jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) di Tulungagung adalah yang terbesar kedua di Jatim setelah Surabaya.

“Di Tulungagung itu, jangan kaget ya teman-teman, PDP-nya terbesar setelah Surabaya," kata Khofifah, Minggu (31/5/2020).

"Dan teman-teman bisa melihat dari data ini PDP yang meninggal di Tulungagung itu sangat tinggi."

"Itu yang menjadi pertimbangan ketika dokter Joni menyetujui permintaan bantuan mobil PCR agar dioperasionalkan di Tulungagung," lanjutnya.

Khofifah mengatakan ada 175 orang berstatus PDP di Tulungagung yang meninggal dunia.

Angka tersebut adalah angka tertinggi PDP yang meninggal di seluruh Jatim.

“Kami berkoordinasi sangat teknis ke sana. Juga Kapolda berpesan khusus supaya hal-hal seperti ini bisa kita tangani lebih efektif lagi,” kata Khofifah.

Gubernur kelahiran Surabaya itu menjelaskan bawha banyak PDP di Tulungagung yang meninggal tanpa sempat melakukan tes swab PCR.

Hal tersebut dikarenakan terbatasnya alat penguji dan laboratorium.

Sedangkan untuk Sidoarjo, Khofifah menjelaskan bahwa pemerintah provinsi Jatim dengan Pemda Sidoarjo sudah lama melakukan koordinasi untuk bantuan percepatan pengujian spesimen.

Serupa dengan Tulungagung, Sidoarjo juga tidak memiliki laboratorium yang memadai dan memiliki mesin PCR untuk melakukan tes Covid-19 secara akurat.

“Permintaan dari Sidoarjo sudah lama kami terima bahkan saat minggu kedua Ramadan kita rapat di pendopo tengah malam."

"Kepala RSUD Sidoarjo menyampaikan bahawa mereka membutuhkan adanya percepatan PCR test, karena di Sidoarjo per hari ini, ada 632 kasus orang terkonfirmasi positif Covid-19."

"Dan kondisi seperti ini di sana tanpa ada support untuk PCR test."

"Kalau hanya 16 spesimen per hari dibandingkan 632 yang kasus positif Covid-19, maka sangat jauh dibandingkan harapan untuk percepatan,” urai Khofifah.

Kemudian Khofifah membandingkan kondisi dua daerah tersebut dengan kondisi di Surabaya yang memiliki total tujuh laboratorium yang mampu melakukan tes PCR.

“Jadi sebetulnya ada 7 laboratorium yang bisa digunakan untuk tes PCR di Surabaya. Kalau ini dimaksimalkan akan menjadi percepatan untuk uji spesimen,” kata Khofifah.

Gaduh Rebutan Mobil PCR antara Risma dan Pemprov Jatim, PDIP Minta Khofifah Lebih Bijak

Risma: Nanti Saya Dituduh Tidak Bisa Kerja

Sebelumnya diberitakan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meluapkan kemarahannya karena tidak jadi mendapat bantuan mobil laboratorium PCR.

Sebelumnya bantuan tersebut sempat dijanjikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk Surabaya.

Namun dua mobil laboratorium tersebut kemudian dialihkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur ke Tulungagung dan Lamongan.

Seperti diketahui, Surabaya tengah menjadi episentrum penyebaran Virus Corona (Covid-19) di Jatim.

Dilansir TribunWow.com, Risma langsung geram begitu mendengar kabar pengalihan mobil PCR itu melalui telepon.

Ia langsung memprotes dengan nada tinggi dan menunjukkan raut wajah jengkel.

"Nanti saya dituduh tidak bisa kerja lagi," kata Tri Rismaharini melalui telepon, seperti yang tampak dalam tayangan KompasTV, Jumat (29/5/2020).

"Gimana, Pak?" tanyanya.

Ia menyebutkan sudah berkoordinasi dengan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Doni Monardo.

Menurut Risma, Doni Monardo sudah mengiyakan akan mengirimkan mobil bantuan tersebut untuk Surabaya.

Hal yang membuatnya geram adalah mobil tersebut tiba-tiba dialihkan ke daerah lain.

"Ini saya lho Pak, dapat WA-nya Pak Doni Monardo kalau itu (mobil laboratorium) untuk Surabaya," ungkap Risma.

"Kenapa (dialihkan)?" tanyanya.

Risma merasa tidak terima lantaran sudah meminta bantuan tersebut ke banyak pihak.

"Dan saya yang minta, Pak. Saya minta ke mana-mana," bentak Risma.

"Apa pula Pak. Kalau mau boikot jangan gitu Pak caranya," tegurnya dengan nada tinggi.

Pemprov Jatim buka suara mengenai kisruh antara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan pihaknya soal mobil PCR bantuan dari BNPB. (Kolase Foto Surya.co.id)

Ia bahkan mengancam akan blak-blakan membicarakan kasus tersebut ke publik.

Risma merasa prihatin karena banyaknya pasien yang menunggu untuk dapat dites.

"Saya akan ngomong ini ke semua orang," ancam Risma.

"Bapak tahu? Pasien itu sudah nunggu di Asrama Haji," lanjutnya.

Risma menyebutkan dirinya sudah memohon-mohon agar bisa mendapat bantuan mobil laboratorium itu.

Seperti diketahui, mobil laboratorium itu dapat mempercepat proses tes swab.

"Saya minta tolong ke mana-mana itu ngemis-ngemis Pak," ungkap Risma.

"Saya enggak terima Pak, betul saya enggak terima. Saya dibilang enggak bisa kerja," bentak dia.

Ia merasa bantuan tersebut diserobot untuk wilayah lain yang tingkat kasusnya tidak setinggi Surabaya.

"Siapa yang enggak bisa kerja sekarang, kalau ngawur nyerobot gitu?" tanya Risma lagi.

Dikutip dari Surya.co.id, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengirimkan mobil tersebut untuk Lamongan dan Tulungagung.

Sebelumnya kedua mobil itu sempat beroperasi selama dua hari di Surabaya dan Sidoarjo.

Khofifah menyampaikan ucapan terima kasih karena mendapat bantuan BNPB.

"Alhamdulilah kami kembali mendapat bantuan dari BNPB, berupa dua unit mobil mesin PCR," kata Khofifah Indar Parawansa, Jumat (29/5/2020).

"Bantuan ini penting, karena saat ini kebutuhan mesin PCR test untuk swab memang yang paling dibutuhkan karena validitasnya paling tinggi," lanjut dia.

Masing-masing mobil tersebut dilengkapi empat mesin PCR.

Mesin tersebut dapat mengetes sampai 200 sampel tiap hari.

Dengan jumlah empat mesin PCR di tiap mobil, maka kemampuan tesnya menjadi empat kali lipat.

"Dengan tambahan bantuan mobil mesin PCR ini maka kapasitas maksimal layanan swab test di Jatim jika dimaksimalkan mencapai 3.106 sampel per hari," jelas Khofifah.

Kisruh dengan Tri Rismaharini, Pemprov Jatim Sebut Mobil PCR Tak Digunakan untuk Surabaya Saja

Lihat tayangan selengkapnya mulai dari menit pertama:

(TribunWow.com/Anung/Via)

Artikel ini diolah dari surya.co.id dengan judul Khofifah Beber Fakta dan Pengakuan Mobil PCR Dikirim ke Tulungagung yang Bikin Risma Marah Besar